8. Kejutan dari Mantan

304 18 14
                                    

Well, maaf beribu maaf untuk semua pembaca, itupun kalo ada.

Aku mau ngeles dulu ah. Jadi februari kemarin aku kecopetan, HP aku diambil orang. Dengan itu, mood-ku untuk menulis pun lenyap bersama HP-ku itu. Padahal aku udah nulis bagian ini, tapi ga ada niat untuk mempostingnya. Kesibukan juga makin nambah, jam ngajar nambah, syukur. Trus aku juga lagi persiapan untuk lanjut kuliah, jadi rada-rada sok sibuk. Padahal ga sibuk-sibuk amat. Untuk baca cerita orang masih sempat, tapi untuk menulis rasanya belum bisa. Butuh pencerahan.

Trus tadi tiba-tiba baca salah satu komentar di bagian sebelumnya. Ya udah, deh, aku posting bagian ini.

Hmm, sekali lagi maaf kalau membuat kalian menunggu. Doakan aja ujianku lancar, jadi ga harus ikut ujian lagi. Biar bisa ngelanjutin cerita si Charlie.

Oke, selamat membaca! Inget Vote ama komentarnyaaaa!!!

######################################

Pagi ini aku bangun kesiangan, jam 8. Beruntung hari ini kuliah dimulai jam 10, jadi aku masih punya waktu satu jam untuk bersantai. Jason udah nggak ada di sebelahku. Biasanya senin pagi seperti ini dia ada kelas dengan Profesor Antony jam 8. Aku beranjak dari ranjang, membuka lemari yang mulai beberapa minggu yang lalu kami jadikan tempat penyimpanan makanan, melihat apa yang masih tersisa di dalam. Oh, ada sereal dan buah anggur serta pisang. Aku mengambil seperlunya, menutup kembali lemari, lalu mulai makan di meja belajarku.

Baru beberapa suap, pintu kamar terbuka, menampilkan sosok Jason yang berkeringat dengan balutan jaket merah menyala tanpa lengan dan celana pendek ketat warna hitam. Jangan lupakan earphone yang bertengger menutupi kedua telinganya.

"Kamu nggak kuliah?" aku memutar kursi menjadi menghadap Jason. Yang aku tatap sedang membuka sepatu dan meletakkannya ke rak sepatu di sebelah lemari dekat pintu.

"Nggak. Profesor Antony memindahkan jadwal kami ke jam lima sore nanti. Beliau masih di luar kota dan baru kembali siang nanti," Jason berjalan ke arahku, "Hei, gendut! Baru bangun langsung sarapan! Liat perutmu yang udah mirip tong sampah itu!" Jason menyuap sesendok sereal ke mulutnya, lalu mengambil sebutir anggur dan memasukkannya ke mulut bulat-bulat, "Aku nggak mau tau, besok kamu harus ikut aku lari keliling kampus, jam lima!" omelnya.

Ya, aku akui, dua minggu belakangan aku malas bergerak. Biasanya kalau nggak pagi atau sore, aku pasti akan ikut Jason sekedar untuk berlari, membuang keringat, atau berenang di kolam renang kampus. Tapi dua minggu ini ada aja yang membuatku malas. Tugas kuliah yang menumpuk, kegiatan di klab musik yang makin padat karena aku ditunjuk untuk tampil di perayaan hari jadi kampusku akhir semester ini. Belum lagi aku jadi panitia lomba fotografi yang diadakan klab fotografi dan akan digelar dua minggu lagi. Aku udah lelah dengan itu, makanya nggak sanggup lagi untuk ikut berolahraga dengan Jason. Akibatnya, tubuhku mulai berlemak di beberapa bagian seperti perut dan paha. Sepertinya kegiatan panasku dan Jason di ranjang belum cukup panas untuk membakar lemak di tubuhku. Dan jika Jason udah memberi perintah, maka itu tugasku untuk mematuhinya.

Jason berlalu dari tempatku, menanggalkan semua pakaiannya dan menghilang di balik pintu kamar mandi. Aku segera menyelesaikan sarapanku dan bergabung dengan Jason. Aku suka mandi bersama Jason karena dia akan dengan murah hati menggosok punggungku. Tentu aja aku balas menggosok punggungnya. Aku kan adik yang baik. Kamu mau digosokkin juga? Makanya punya pacar! Hahaha!

Siang ini aku dan Jason makan siang di taman kampus. Jason sibuk menjelaskan ulang tentang sejarah salah satu Presiden tersohor Amerika, Abraham Lincoln, sambil mengunyah kentang goreng. Aku sendiri memperhatikannya dengan mulut penuh selada. Iya, selain memaksaku untuk olahraga, Jason juga memaksaku untuk mengurangi asupan protein dan menggantinya dengan sayuran segar. Kalau kalian melihat isi kotak bekal makan siang kami, kalian pasti akan menatapku miris. Kotak makanan Jason berisi kentang dan ayam goreng ukuran jumbo, lengkap dengan sebotol susu sapi segar, sedangkan kotak makan siangku berisi selada, wortel segar, dan jus jambu. Satu-satunya protein di dalam kotak bekalku adalah taburan keju di atas tumpukan selada. Sumpah, aku ngerasa kaya sapi ini. Sapi yang tampan, tentu aja. Hahahaha!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 02, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Charlie Punya CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang