Beberapa bulan kemudian aku dinyatakan lulus dengan nilai yang cukup baik. Aku senang sekaligus sedih dengan kelulusanku. Senang karena akhirnya aku bisa lulus dan melanjutkan studiku ke college, sedih karena itu artinya aku nggak bisa sering-sering ketemu Simon.
Hari ini aku akan berangkat ke Rhode Island. Aku diterima di Brown University jurusan musiknya. Aku ingin lebih mendalami dunia musik sekaligus meningkatkan bakat vokalku. Tadi malam Simon membantuku berkemas sambil menangis. Sebenarnya dia ingin ikut mengantarkanku, namun Pak Robertson ternyata punya rencana untuk mengunjungi salah satu kerabatnya di Cleveland, sekaligus menghabiskan waktu liburan musim panas yang tinggal beberapa hari. Jadilah hanya Dad yang mengantarkanku. Mom harus menemani July, adikku yang pertama, ke pementasan dramanya di sekolah. Sebenarnya ini masih libur, tapi sekolah July mengadakan festival musim panas yang diisi dengan pagelaran seni, bazar buku dan makanan serta kegiatan bakti sosial. Kebetulan July didaulat untuk memerankan salah satu tokoh utama dalam cerita dramanya.
***
Sudah tiga bulan aku habiskan di bangku perkuliahan. Selama tiga bulan ini juga aku nggak ketemu dengan Simon. Karena ada libur selama dua minggu, aku memutuskan untuk pulang ke Pittsburgh. Aku sengaja nggak mengabari Simon tentang kepulanganku. Biar jadi kejutan.
Aku tiba di Pittsburgh sekitar jam dua siang. Begitu masuk ke kamar, aku memilih untuk beristirahat terlebih dahulu. Mom barusan bilang kalau Simon ada di rumahnya. Hanya Mrs. Robertson saja yang nggak ada karena sedang ada liputan ke Portland.
Setelah dua jam tidur siang, aku bangun dan membersihkan diri. Aku mematut diriku di depan cermin, memastikan wajahku nggak kelihatan seperti orang yang baru bangun tidur. Kotak berukuran sedang berbalut kertas warna biru metalik sudah ada dalam genggamanku. Ini oleh-oleh untuk Simon. Haaaaah, aku nggak sabar untuk melihat ekspresi bahagia Simon.
"Mom, aku main ke rumah Simon, ya," teriakku lantang sambil menuruni tangga.
"Oke, Dear. Jangan lupa undang Simon dan Will untuk makan malam bersama kita, ya!" sahut Mom dari dapur.
Aku nggak menyahut, langsung membuka pintu depan dan keluar. Begitu tiba di depan rumah Simon, aku berhenti sejenak. Seperti biasa, rumah Simon kelihatan sepi seperti nggak ada penghuni di dalamnya. Aku langsung masuk karena aku tau pintu depan jarang dikunci semenjak keluarga Simon akrab dengan tetangga sekitar. Dengan berjinjit, aku melangkah sepelan mungkin. Kulewati ruang kerja Pak Robertson namun beliau nggak ada di tempat.
Masih dengan perlahan, kutapaki anak tangga satu per satu. Makin ke atas, aku makin bisa mendengar suara aneh, seperti suara kecapan bibir. Suaranya berasal dari kamar Mr. dan Mrs. Robertson. Aku mendekat ke arah sumber suara. Pintu kamar Pak Robertson sedikit terbuka sehingga aku bisa melihat apa yang sedang terjadi di dalam. Aku terkejut setengah mati dengan apa yang aku lihat saat ini. Suara kecapan tersebut ternyata dihasilkan dari peraduan bibir Pak Robertson dan Simon! Jantungku langsung memompa lebih cepat. Keringat dingin mulai membasahi dahi dan leherku. Tanganku gemetar hingga kado yang kupegang hampir terlepas dari genggamanku.
Keadaanku berbanding terbalik dengan keadaan Simon dan ayah tirinya itu. Mereka makin panas. Pak Robertson yang awalnya menindih Simon, tubuh mereka sudah telanjang sejak pertama aku melihat, kini berdiri dan membimbing Simon untuk memeluknya. Simon bangkit, menautkan kedua tangannya memeluk leher Pak Robertson, kemudian menautkan kedua tungkai kakinya melingkari pinggang ayahnya. Tangan kiri Pak Robertson menahan bokong Simon agar nggak jatuh, sedangkan tangan kanannya membantu junior-nya memasuki lubang pembuangan Simon. Gila! Mereka bersenggama!
Aku udah nggak sanggup lagi melihat pemandangan di depanku, jadi kuputuskan untuk pergi. Baru satu langkah aku menuruni anak tangga, pintu kamar Pak Robertson terbuka. Buru-buru aku bersembunyi. Ku lihat Pak Robertson keluar, masih dengan Simon di dalam gendongannya. Penisnya bahkan masih menancap di lubang Simon. Sambil asik berciuman dan menggoyangkan pinggulnya, Pak Robertson membuka pintu kamar Simon yang memang berhadapan langsung dengan pintu kamarnya. Mereka masuk tanpa menutup pintu. Aku tertarik untuk melihat mereka kembali. Belum juga aku sampai, kudengar teriakan Simon dari dalam.
"Aaaaaaarrrgghh! Lehh... bih keras, Willhh! Aaaaaahhh... Nghhhh... Lebihhh... aaaah! dalamhhh!" Simon memanggil Pak Robertson dengan nama depannya.
"Sssseperti aaaah... ini, sayang? Nghhhh!" Pak Robertson menyahut. Suara tepukan terdengar makin menggila di sekitarku.
Jantungku berdegup makin kencang, namun aku nggak menghentikan langkahku untuk mendekat. Aku melongokkan sedikit kepalaku. Dari sini aku bisa melihat bagaimana Pak Robertson menggempur Simon dari bawah. Nggak terasa air mataku mulai mengalir. Kuputuskan untuk benar-benar pergi dari tempat laknat itu. Kado yang awalnya akan kuberikan kepada Simon kuletakkan begitu saja di lantai. Aku berlari menuruni anak tangga, menangis, kemudian keluar rumah dengan agak membanting pintu depan.
Dan di sinilah aku sekarang, di tepi sungai Ohio. Aku menatap api di depanku. Yah,aku baru saja membakar semua foto-fotoku bersama Simon. Rasanya aku masih belum percaya dengan yang aku lihat tadi sore. Dasar gila! Aku masih ingat bagaimana dengan hebatnya Simon mendesahkan nama Pak Robertson saat ayah tirinya yang mesum sekaligus bejat itu menghentakkan kejantanannya ke lubang Simon. Aku jijik jika mengingatnya. Ah, lebih baik aku segera menyelesaikan ini semua. Kubuang foto-foto yang masih ada di kotak kayu yang aku bawa dari rumah, beserta beberapa sampah pemberian Simon ke dalam kobaran api. Setelahnya, aku berbalik dan meninggalkan tempat itu tanpa menoleh ke belakang. Life must go on! It's time to move on, Charl!
######################################
Heihooooo!!! Charlie balik lagi nih. Agak kasian dia, ya?
Jangan sungkan untuk vomment, yaaaa!
KAMU SEDANG MEMBACA
Charlie Punya Cerita
ספרות חובביםHai! Aku Charlie, iya, Charlie Puth yang penyanyi itu. Ini cerita aku di universe yang lain. Penasaran gimana kehidupanku? Nggak usah sungkan untuk mampir! ########################################### Ini cerita keduaku di Wattpad. Kali ini aku solo...