7. Kunjungan

348 22 7
                                    

Kalau ada yang tanya gimana hubungan aku dan Jason setelah insiden itu, kami akan serempak menjawab, kami baik-baik aja. Kami nggak canggung sama sekali. Aku masih akan datang ke ranjang Jason di malam hari jika hujan lebat, dan Jason akan tetap membiarkanku seperti itu, memasukkanku dalam peluk hangatnya sepanjang malam bahkan hingga pagi menjelang. Kami masih akan duduk berdua di taman sambil membahas pelajaran yang aku nggak ngerti atau sekedar makan siang bareng. Kami masih melakukannya, nggak ada yang berubah.

Apa kami pernah mengulangi perbuatan nikmat kami? Lagi-lagi kami akan serempak menjawab, pernah. Nggak tiap hari. Tapi ada saatnya kami butuh menurunkan ketegangan setelah berjibaku dengan tugas dan kuliah yang makin mendekati akhir semester akan semakin terasa sangat sangat sibuk. Kami cukup terbuka. Saat aku menginginkannya, aku tinggal bilang ke Jason dan Jason akan langsung menghentikan segala kegiatannya kemudian mengikutiku, melakukan yang ena-ena hingga berkeringat di atas ranjang. Begitupun jika Jason yang kepingin, aku akan dengan sukarela menyingkirkan tugas-tugas kuliahku dan fokus pada 'memuaskan Jason'. Well, sepertinya Jason nggak 100% straight lagi. Biseks? Mungkin. Tapi kami nggak pernah memusingkan hal itu.

Apa kami kemudian menjalin hubungan melebihi teman sekamar? Jawabnya jelas, enggak. Kami udah nyaman seperti ini. Persetan dengan status 'berpacaran' tai kucing itu. Yang penting kami berdua nyaman, masing-masing ada saat yang lain membutuhkan. Kami rasa itu aja udah cukup.

Lantas gimana hubungan Jason dan Melanie? Mereka udah nggak berpacaran lagi. Itu jelas. Tapi di luar konteks itu, mereka masih baik-baik aja. Kami masih baik-baik aja. Melanie kadang berkunjung ke kamar kami, sebagai 'teman' tentu aja. Atau ikut makan siang di atas rumput taman bersama kami. Semua baik-baik aja. Kami seperti tau diri masing-masing.

Masalah timbul justru dari aku. Setelah kandasnya hubungan Jason dan Melanie, entah gimana ceritanya, status orientasi seksualku juga tiba-tiba aja menyebar. Selama ini hanya teman sekelasku dan penghuni klab musik yang tau. Tapi sekarang hampir satu kampus tau kalau aku gay. Nggak jadi masalah mau mereka tau atau enggak. Profesorku juga nggak ada yang mempermasalahkannya. Yang jadi masalah sekarang adalah mulai banyak cowok di kampus yang melirikku. Melirik dalam artian PDKT. Ajakan makan, ajakan nonton, ajakan berkunjung, ah, itu hampir setiap hari aku terima. Ada yang berani bicara langsung, dan nggak sedikit juga yang malu-malu mengajak via teks. Bahkan, nih ya, ada yang terang-terangan ngajak aku melakukan yang ena-ena. Terang aja aku tolak. Adik si Jason udah cukup memuaskanku. Hahahaha...

Gimana dengan Jason sendiri? Well, dia makin protektif ke aku. Bukan karena cemburu, ya. Jason di sini berperan sebagai brother yang sedang menjaga adik kecilnya dari tangan kotor laki-laki nakal. Aku akan terkikik geli jika melihat Jason melotot ke cowok-cowok yang 'main mata' ke aku. Tatapannya itu seakan berarti, 'jauh-jauh dari adik gue!' Hahaha

***

Pagi ini aku terbangun di dalam pelukan Jason. Tadi malam hujan deras disertai guruh yang bersahut-sahutan. Aku langsung hijrah ke ranjang Jason begitu guruh pertama terdengar membahana di angkasa. Baru satu menit aku memejamkan mata, Jason yang memelukku dari belakang berbisik kalau dia kepingin. Aku langsung bangkit, berjalan ke arah lemariku, mengambil pelumas kemudian kembali. Malam tadi kami bermain cepat. Begitu selesai, kami langsung tidur tanpa membersihkan diri. Jason pakai kondom, jadi nggak ada sperma yang berceceran di mana-mana.

Aku melenguh sambil mengulet ringan. Jason sepertinya juga terbangun. Dia menggeram pelan. Aku menyibakkan selimut yang menutupi ketelanjangan kami, kemudian ku tarik tangan Jason ke arah kamar mandi. Kami mandi bareng kemudian sarapan dengan roti, keju, dan susu yang memang udah kami sediakan untuk berjaga-jaga seandainya kami malas keluar kamar untuk makan.

"Apa rencanamu hari ini, Charl?" Jason baru selesai meneguk habis susunya. Oh, iya, hari itu hari sabtu, libur kuliah.

"Entahlah, Finn mengajakku jalan, tapi aku malas. Paling ujung-ujungnya minta mampir ke rumah, terus masuk kamar. Aku males sama yang begituan." Aku melempar kemasan roti yang telah kosong ke tempat sampah di sudut kamar. Meleset.

Charlie Punya CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang