Prolog

204 25 8
                                    

flashback 4 years ago

"argh sial, hape gue mati lagi"

Seorang gadis dengan seragam sekolah yang sudah tampak basah berdiri di depan sebuah minimarket. Bibirnya sedari tadi tak berhenti mengeluarkan kata-kata yang tak pantas diucapkan, untungnya suara hujan yang deras mampu menyamarkan sumpah serapah yang dilontarkan gadis itu.

"ARIVAAA!!"

Merasa namanya dipanggil gadis itu mencari Sumber suara yang memanggilnya. Samar-samar dia melihat disebrang jalan sana berdiri kakak laki-laki nya dengan dua payung ditangannya, satu untuk dia pakai dan satunya lagi untuk Ariva.

"ALHAMDULILLAH YA ALLAH TERIMAKASIH TELAH MENGIRIM SEORANG MALAIKAT PENOLONG UNTUKKU" Ariva melompat-lompat kecil saat kak Arif berdiri didepan nya. Namun Riva berhenti melompat-lompat saat kakak nya mencubit pipinya dengan gemas.

"Sakit bego rip" Riva mengelus-elus bekas cubitan Arif.

"Adek durkamit, ditelpon dari tadi gak di angkat, bunda dirumah khawatir dek"

"Hape gue mati" Riva memperlihatkan kan layar hp nya yang mati disertai senyuman bodoh nya.

"Pasti kerjaan lo ngeliatin cowok-cowok cantik itu kan, makanya hp lo mati"

"Cantik mata lo bintitan, makhluk tuhan setampan itu lo bilang cantik, mereka itu putih, ganteng, hebat ini hebat itu and bla bla bla~ ocehan Riva terus mengiringi langkah mereka di tengah guyuran hujan yang mulai mereda, dengan sedikit pertengkaran kecil yang biasa terjadi antar saudara, jalan kaki pun terasa tidak melelahkan bagi mereka.

"BUNDA~" teriak Riva begitu sampai di teras rumah.

"Asalamualaikum" Arif berjalan kearah pintu.

'Klek'

"Lah ga di kunci dek " Arif berjalan memasuki rumah diikuti Riva di belakang.

"Bun pintu depan ga di kunci ntar mas-" Arif berhenti berjalan dan tubuh nya membeku. 'Buk' Ariva menabrak Arif yang berhenti tiba-tiba.

"Aduh bang kalo berhenti pake kode dong" Riva memukul punggung Arif. Lalu dia berjalan mendahului Arif namun

"BUNDAAAAA" Riva berlari kearah bunda nya yang telah tergeletak di lantai bersimbah darah. Bundanya menoleh lemah ke arah Riva dengan tatapan menahan sakit bercampur takut.

"BANG JANGAN DIAM AJA! TEIEPON AMBULAN!" Arif yang shok segera menelpon ambulans.

"Per-gi cep-at" bunda berucap lemah. Riva memeluk bundanya erat.

"Bunda mau nyuruh Riva pergi kemana? Sabar bun abang udah telpon ambulans" Bunda menggeleng lemah.

'Prang' suara itu berasal dari kamar ayah dan bunda segera Arif berlari membuka pintu. Namun, dia melangkah mundur dan keluar seorang pria yang menodong kan pistol ke arah Arif.

"Tidak jangan anakku!" Ayah berlari dari belakang dan memukul tengkuk pria itu.

"Rif bawa ini dan adikmu pergi Cepat!" Arif menatap map tersebut bingung. Sementar pria tadi bangkit.

"Arif pergi selamatkan adikmu" 'bugkh' pria tadi memukul ayahnya. Arif yang kaget langsung berlari kearah Riva dan menariknya.

"Bang lepasin!" Bentaknya namun Arif tetap berlari dan membawa Riva ke mobil.

"Bang bunda di dalam bego!" Riva hendak keluar dari mobil namun suara tembakan membuat dia terdiam dan menunduk takut. Arif menancap gas mobil sebelum pria itu menembak kan peluru ke arah mobilnya.

"Bang jangan ngebut, Riva takut" Cicit Riva tapi Arif malah menambah kecepatan nya karena pria itu mengejar mereka.

'Brak' sebuah mobil ambulans menabrak badan mobil mereka dan malam itu mereka berakhir di rumah sakit.

***

Manusia merencanakan tapi tuhan yang menentukan. Semua tidak berjalan sesuai dengan kemauanku. Setelah peristiwa itu, aku hanya menjadi anak penyendiri, takut terhadap kenyataan. Kenyataan yang telah membuat ku yatim piatu, kehilangan kedua orangtua ku, kehilangan teman-teman ku bahkan kehilangan diri ku yang dahulu.

Awalnya aku membenci satu-satunya keluarga ku yang tersisa. 'Arif' aku membencinya yang tak membiarkan ku tinggal dan terbunuh bersama ayah dan bunda malam itu. Namun, aku sadar dan mencoba bersikap dewasa. Arif malam itu sangat panik dan tidak tau akan melakukan apa. Sehingga hanya menuruti perintah ayah dan memilih menyelamatkan ku dari pria jahat itu.

Aku sangat membenci pria itu dan siapapun yang menyuruhnya, aku sangat membenci mereka. Sampai pria itu membekam di penjara pun dia tetap diam tidak mau membuka mulut siapa yang menyuruhnya. Dan sekarang dia kabur dari penjara menjadi buronan nomor satu karena telah berani membunuh orang tuaku yang memang orang terpandang di Indonesia.

Aku tidak mau mati sebelum menemukannya dan menjebloskan nya ke penjara dan mendapatkan hukuman mati.

-

Yuhuu~ this is my first story,guys😊 Mohon Vote serta Comment ya~ kritik dan sarannya juga😂

Swsaputri


Blind Spot [Discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang