Biasanya blindspot tidak terlihat namun aku bisa melihat nya
Dengan
Pikiran Mereka
---
Sore itu di halte bus, aku menunggu kedatangan bus dengan wajah suntuk ku. Isi pikiran mereka yang berada disini cukup menggangguku namun karena sudah terbiasa, aku mencoba untuk mengabaikannya.
Tetapi suatu hal mendorong ku untuk tidak mengabaikan isi pikiran orang-orang disini. Ku lihat ke arah belakang. Seorang wanita pegawai kantoran dengan pakaian yang membentuk lekuk tubuhnya, duduk di kursi halte dengan dua pemuda di kiri-kanan nya.
Isi pikiran dari pemuda di sebelah kiri nya membuat ku jijik namun bukan itu yang mengganggu pikiranku, tetapi pemuda yang sebelah kanan wanita itu, yang sedari tadi terus memikirkan ' aman nih,sedikit lagi, sedikit lagi ' dan kulihat dia mengambil dompet wanita itu. Cih, dasar otak kriminal.
'Hap' aku menarik jaketnya ketika dia hendak melangkah pergi.
"Mas mau kemana?" Aku tersenyum kearah pemuda itu. Ganteng sih tapi sayang,copet~pfft
"Ya, dek ada apa?" Ku lihat raut wajahnya yang takut karena orang-orang disini mulai melihat ke arah kami. Sepertinya dia bukan copet profesional yang biasa ku temui.
"Anda milih di gebukin atau langsung ke kantor polisi?" Tanyaku dan seketika pemuda itu berlutut di depan ku lalu mengeluarkan dompet wanita itu.
"Loh ini dompet saya" pekik wanita itu dan keadaaan sekitar mulai ricuh. Seperti nya dia mencopet karena terpaksa.
"Yuk kita bawa dia ke kantor polisi, masih muda bukan nya cari kerja malah nyopet" bapak-bapak yang berada di situ pun menarik pemuda itu. Mungkin akan di bawa ke kantor polisi. Aku tak peduli dan memilih pulang karena bus yang kutunggu sudah datang.
"Eh, dek tunggu, makasih ya" wanita tadi menahan ku dan mengeluarkan selembar uang kehadapanku.
"Eh gak usah mbak, saya ikhlas kok" tolak ku dan hendak pergi namun aku berbalik lagi
"oh iya mbak, lain kali pakai baju jangan yang pas tubuh ya, kucing pada ngiler ntar " sindirku lalu kulirik pemuda yang duduk di kursi halte itu, wanita itu kaget melihat pemuda itu memandangi dia dengan tatapan yang errrr- aku hanya bergidik jijik melihat raut mesumnya itu dan kemudian aku berlari ke arah bus sebelum bus itu pergi dan membuat ku menunggu lebih lama lagi.
***
Setelah selesai mandi dan shalat ashar, aku duduk santai di depan laptop sekedar menonton video klip, reality show, film atau apapun itu yang dapat menghilang kan rasa lelah ku.
Satu hal yang tidak berubah dari ku yaitu masih mengidolakan boyband boyband tampan sipit atau yang biasa di bilang Bang Arif cowok cowok cantik, memang sih mereka terlihat cantik tapi aku lebih suka menyebutnya cowok-cowok Indah dibanding kan cantik.
Ngomong-ngomong tentang bang Arif, dia tidak tinggal bersamaku di apartemen ini, tapi dia tinggal di sebuah apartemen mewah yang berada di dekat perusahaan ayah.
Aku dan bang Arif memutuskan tinggal terpisah agar semua orang tidak tau bahwa kami bersaudara, bang Arif takut kalau orang jahat itu mengincar nyawa ku. Karena penjahat itu sudah melihat wajahku malam itu. Entahlah,mungkin saja.
Ayah sudah mengenal kan Arif sebagai penerus Abraham corp tepat sehari sebelum insiden itu, sementara aku memilih untuk tidak di tunjukkan ke khalayak ramai karena tidak suka menjadi sorotan.
Untungnya wajah ku dan Arif tidak terlalu mirip. Sehingga walaupun kami satu sekolah tidak ada yang tau kami bersaudara.
Perusahaan ayah sekarang di pimpin oleh paman Syahrim Abraham-kakak laki-laki ayah-. Paman sangat baik kepada kami, beliau menawarkan kami untuk tinggal di rumahnya karena paman tidak dianugrahi seorang anak. Namun, kami menolak karena tak mau merepotkan dan hanya bang Arif lah yang sesekali menginap disana.
Tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul 17:00. Ku putuskan beranjak dari tempat tidur untuk memasak makan malam untuk diriku sendiri.
Beginilah hidupku sekarang yang selalu sendiri, tidak seperti aku yang dulu, memiliki banyak orang untuk bersandar. Sekarang? Semua nya serba sendiri, disekolah aku tidak punya teman, mereka mengganggap aku aneh, mungkin karena kelebihan ini.
Saat aku masih kelas sepuluh dulu, aku masih belum terbiasa dengan kelebihan ku yang bisa di bilang aneh ini.
Saat itu ada ulangan harian mendadak, satu kelas panik termasuk aku yang sama sekali tidak belajar. Sehingga saat ujian berlangsung, kelas sangat berisik.
Tidak-bukan kelasnya yang berisik tapi isi kepala mereka yang sangat berisik, ada yang berteriak, mengumpat, gelisah, meringis, bahkan menangis di dalam pikiran nya. Itu semua membuat ku terganggu sehingga aku pun berteriak di kelas yang saat itu terlihat hening diluar. Mulai saat itu banyak yang menyebutku Riva si aneh, walaupun tidak secara langsung, mereka hanya menyebutnya di dalam pikiran ketika berbicara padaku atau saat aku berjalan melewati mereka.
Dan sebutan Riva aneh mulai di perkuat ketika waktu itu, aku sedang piket kelas bersama dua teman ku, Tia dan Berta, aku tanpa sadar berkata
"hei bert, suara kamu bagus ya" padahal saat itu Berta hanya bernyanyi dalam batinnya.
"Riv lo beneran aneh, daritadi si Berta diam aja loh" Lalu setelah itu mereka cepat-cepat menyelesaikan kerjanya dan meninggalkan ku.
Semenjak itu banyak yang memanggil ku si aneh-cenayang-dukun dan berbagai macam panggilan aneh lainnya.
Hal paling mengerikan karena ini adalah saat aku dituduh membaca pikiran mereka saat ulangan berlangsung, aku memang mendapat nilai seratus saat itu namun tidak dengan cara curang.
Setiap ulangan maupun ujian berlangsung aku selalu memakai earphone yang tertutupi rambut panjang ku, dengan musik bervolume keras membuat ku tidak dapat mendengar pikiran mereka.
Dan aku menjelaskan hal itu ke guru bk, guru itupun hanya tercengang, dan semenjak itu aku resmi di cap sebagai dukun. Bahkan ada yang menuduhku dapat melihat hantu. Sungguh semua itu memuakkan dan membuat ku merasa terasing kan.
***
Ding dong
Suara bel bergema di ruangan apartemen ku. Sebelum membuka pintu aku melihat ke intercom, waspada jika itu adalah orang jahat yang menginginkan nyawaku, bisa saja kan.
Terlihat diluar sana pria mengena kan baju hitam dilengkapi topi dan masker yang menutupi wajahnya.
Aku berjalan kearah pintu untuk memastikan siapa orang itu, mungkin saja aku mengenal suara nya.
Setelah itu, ku buka pintu dan pria itu menatap ku, tangannya menggantung hendak memencet bel dan aku lihat tangan kirinya yang membawa sebuah
Sebuah
Sebuah
Tbc😰
Weheee sebuah apa hayoloh~ sebuah voment kah ato apa yaw wkwk tunggu aja yaw 😂
Swsaputri
KAMU SEDANG MEMBACA
Blind Spot [Discontinued]
Teen FictionBisa membaca pikiran orang lain membuatnya di juluki dukun,cenayang, dan berbagai julukan aneh lainnya. Hal itu membuatnya sulit mencari teman karena takut dimanfaatkan oleh orang sekitarnya dan juga trauma terhadap masalalunya. Namun ada seseorang...