Chapter 9 - Sherlock's Pupil

184 15 0
                                    

*Scorlet's POV*

Seperti biasanya, sebelum masuk, aku membaca Novel Sherlock. My Favorite Novel. Entah sudah berapa ribu kali aku membacanya. Tidak pernah bosan dan selalu saja ada yang menganjal dari buku ini. Entah ada yang belum aku tebak dari kasus Sherlock, atau aku kelewatan clue-clue yang di berikan Sir Arthur Conan Doyle di dalam bukunya. Setiap aku membacanya, buku catatan kesil pasti selalu ada di sampingnya. Untuk apa ? untuk coret-coretanku, tentu saja. Kalau hanya membaca lalu mengetahui kenapa ini, kenapa itu, apa yang terjadi itu tidak membuatku puas membacanya. 

Bagi sebagian orang, ini novel yang berat untuk dibaca. Padahal, dari bisa memecahkan sebuah kasus bisa membuat semakin pintar, kreatif, dan pantang menyerah. Well, itu hanya pendapatku saja sih. Mereka yang menganggap Novel ini tidak penting dan tidak menarik hanya melihat dari Cover. Ha, pemalas.

"Hey Scorlet" seseorang menginterupsiku dari membaca Novel. Baiklah, ini sangat mengganggu.

"Oh, Hey Louis. Ada apa ?" aku menutup bukuku dan menatap Louis. Louis membalasnya dengan senyuman dan duduk disampingku.

"Hmm.. tidak ada. Aku hanya ingin mengobrol denganmu. Boleh ?" tanyanya. Bagaimana aku kenal dengan Louis ? aku bertemu dengannya di perpustakaan. Saat itu, aku sedang mencari buku, lalu tiba-tiba dia datang dan bertanya kepadaku. Aku bilang saja sedang mencari buku. Lalu, dia yang mencarikannya untukku. Baik, bukan ? ya. Lalu kami membahas tentang buku itu dan kami menjadi dekat. Aku dan Louis beda jurusan. Dia jurusan Hukum dan aku Musik. (oke gue gatau ini ada apa engga. Jadi, maklumin aja yooohhh)

"Boleh saja." aku tersenyum kepadanya. Aku hanya seorang perempuan dengan kacamata tebal dan stylish. Tapi dia mau berteman denganku. Pekerjaanku hanya membaca buku, kuliah, pulang dan seperti itu seterusnya. Bagiku dia menarik, tampan dan menyenangkan. Dia punya banyak teman. Dia juga tidak sombong.

"Apa yang kau lakukan akhir pekan ini ?" tanyanya dengan senyum. Senyum yang menawan. Senyum yang bisa membuat setiap perempuan merasa hangat dan.. err.. senang ?

"Hmm.. hanya di Apartment, menonton Sherlock, makan di Nandos dengan Vicky dan Sarah." jawabku. Senyumnya tidak hilang dari wajahnya. Aku sangat menyukai senyumnya itu. Scorlet.. kau baik-baik saja ? apa kau tadi bilang kau menyukai senyumnya ? oh pasti kau sedang baik-baik saja. HAHAHAHA.

"Oh ya ? aku juga menonton Sherlock. Season 3 episode 3, right ?" 

"Ya. Dan itu sangat keren dan sudah lama sekali aku menunggunya."

"Kau tahu, aku cukup terkejut sehabis Joh dan Maru menikah, Sherlock menjadi pecandu Narkoba. Hahaha. Itu membuatku berfikir satu hal tentang Sherlock, dia lebih baik sendiri dari pada bertemu dengan soulmate lalu ditinggal dan menjadi Stress." katanya. Aku hanya tertawa kecil mendengarnya. Ya. Sherlock menjadi pecandu Narkoba. Hanya sedikit.

"Ya, ya, kau benar. Tapi dia kan juga Manusia. Butuh teman. Apalagi setelah waktu-waktu yang telah mereka habiskan. Seperti sepasang kekasih. Hahaha." jawabku.

"Menurutmu, bagaimana Jim Moriarty bisa kembali hidup ?"

"Tidak benar-benar mati, menurutku. Sherlock pernah bilang, Jim Moriarty adalah seekor laba-laba di tengah sarangnya yang berkaitan dengan segala kasus. Seperti membebaskan para tahanan tertinggi Inggris, merampok Bank of England, dan memecahkan Kaca Pelindung Mahkota Ratu dalam hari yang sama, waktu yang sama pula. Menurutku, dia memanipulasi kematiannya."

"Tunggu.. tunggu. Bagaimana cara dia memanipulasinya ?"

"Aku tidak tahu persis. Mungkin dia menembakakan kepalanya dengan Pistol tak berpeluru, lalu membuat kepalanya berdarah. Dan aku tahu kalau Sherlock tahu. Dia sengaja turun dari gedung itu untuk melengkapi Cerita Jim Moriarty. Every fairy tale needs a good old-fashioned villain. Tetapi aku tidak tahu kenapa Sherlock bisa melupakan Moriarty lalu fokus kepada Magnussen. Itu masih misteri. Dan sekarang, Misteri itu akan terbongkar 2 tahun lagi. Lelah menunggunya, Lelah berandai dan lelah menahan rasa penasaran." kataku dengan tak percaya mengatakan semua kata-kata yang ada di kepalaku.

Snow Has The SherlockTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang