Chapter 4 - Mengerikan

335 16 0
                                    

“Here they are. Silahkan. Dan ini kantung Esnya.” Pelayan yang tadi kembali membawa 2 cangkir teh dan kantung Es untuk Zayn. Lalu dia memberikan 1 cangkir tersebut kepadaku dan satu lagi kepada Zayn.

“Thank you.” Kataku dan Zayn bersamaan. Lalu pelayan itu pergi. Ketika Zayn menatap pelayan itu, pelayan itu mengedip kepada Zayn. Dan hal itu membuat alis Zayn terangkat.

“Hoho.. so.. you just sit there and the waiters start flirting with you. Hahaha.. dan betapa kasihannya pelayan hanya mendapat alis yang terangkat.” Kataku menyimpulkan apa yang sudah terjadi selama beberapa menit kami disini. Lalu aku meminum Teh ku.

“What do you mean ?” Tanya Zayn sambil mengambil sekantung Es yang tadi diberikan si pelayan lalu mengompres jidatnya yang me

“Kau tidak melihat pelayan tadi ? dia terus menatapmu dengan pandangan yang susah di jelaskan. Dan itu membuatku geli. And you see she wink to you. And then, aku melihatnya menaruh kertas di bawah cangkir mu. Lihat ?” kataku menjelaskan bagaimana kejadiannya kepada Zayn dan mengambil kertas yang tadi diselipkan oleh si pelayan dan menunjukannya kepada Zayn.

“Bagaimana bisa kau melihat gantungan kunciku yang kecil dengan jeli sedangkan secarik kertas ini di selipkan oleh seorang pelayan saja kau tidak melihatnya.” Jelasku. Aku menyeruput Teh ku kembali.

“Hmm.. sejujurnya, aku tahu dan aku lihat apa yang di lakukan oleh si pelayan. Bahkan, aku menyelipkan pula secarik kertas di tangannya ketika dia menaruh cangkir teh ini di hadapanku. Dan bagaimana bisa kau tidak melihatnya ? haha.. I see.. you are Jealous.” Katannya dengan nada jahil sambil menyeruput secangkir Tehnya.

“What ? Jealous ? Haha. Mana mungkin. Berlebihan sekali kalau aku seperti itu.” Kataku dengan jutek.

“Dari nadamu berbisaca saja sudah ketahuan kalau kau Jelous. Don’t you Lie Ms. Sherlock. Aku tahu itu dari sesuatu di belakang lensa tebal mu itu. Just tell me the truth.” Katannya menggodaku. Astaga. Aku tidak Jealous. Sungguh. Arrgh.

“Screw you, Screw god and everybody in between.” Kataku dengan tangan di laying-layangkan ke udara bebas. Lalu mengalihkan pandangan ke sekeliling Café. Memerhatikan beberapa pengunjung. Mataku menetap kepada seorang Gadis dengan rambut Brunette pendek sebahu yang lebih gelap daripada aku, tangannya mengepal dibawah meja Café yang hanya terdiri dari tiang kayu Mahoni yang diatasnya terdapat papan yang terbuat dari bahan yang sama. Kakinya yang menggunakan sepatu Boots berbahan tebal yang masih tebal milikku itu mengetuk-ngetuk lantai Café yang tebuat dari kayu. Matannya menatap dalam kepada seorang laki-laki beranbut Pirang kecoklatan yang sedang berbicara kepadannya. I think I knew that look.

“Well, sepertinnya kau sedang memerhatikan sesuatu yang serius ?” kata Zayn sambil sesekali mengompres Jidatnya.

“Hmm.. ya. Look at her. The Brunette girl.” Kataku. Mataku masih memerhatikan Gadis itu. Barusan, aku melihatnya memutar mata.

“Yeah. I see. So.. what your Teory ?” sudut mataku menangkap Zayn yang melihat sekilas. Ke arah gadis yang seling beberapa meja dari meja kami di belakangnya.

“Tangannya mengepal di bawah meja, kakinnya mengetuk-ngetuk tidak sabar, pandangannya, lawan bicarannya. Aku tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Dia akan berkata ‘You know what ?! I’m tired with all of you’re bullshit. You’re lying to me. Dan semua alasanmu itu tidak masuk akal. You know ?! you aren’t more than bitch.’ ketika perempuan itu akan bicara seperti itu, dia akan berdiri, dan dia khir kalimat, dia akan menampar pria itu dengan kencang, lalu pergi meninggalkan pria itu.” Kataku tanpa mengalihkan pandangan dari sang Gadis. Dan benar saja, gadis itu berdiri dan membentak kepada pria itu.

“YOU KNOW WHAT ?! I’M TIRED WITH ALL OF YOU’RE BULLSHIT. YOU’RE LYING TO ME. DAN SEMUA ALASANMU ITU TIDAK MASUK AKAL. YOU KNOW ?! YOU AREN’T MORE THAN BITCH. AND NOW. IT’S OVER.” Perempuan itu membentak si laki-laki dengan memukul meja Café dan pergi meninggalkan si laki-laki. Lelaki itu hanya menatap perempuan tadi dengan pandangan yang biasa saja dan kembali menyeruput minuman di depannya. Seisi Café yang tadinya memerhatikan 2 orang tadi itu kembali pada kesibukkannya masing-masing kembali.

Aku hanya diam tercengang sambil memerhatikan laki-laki tadi. Bagaimana bisa seseorang laki-laki membiarkan perempuan dengan amarah yang membara dan sakit hati yang di akibatkan oleh dirinya pergi begitu saja tanpa menjelaskan apapun. Well, perempuan tadi benar. He aren’t more than bitch.

“Well.. mungkin.. seharusnya.. aku.. tidak.. mengatakan.. itu.” Kataku dengan nada tidak percaya dengan yang aku katakana tadi  ternyata benar-benar di ucapkan oleh Perempuan itu. Zayn hanya tersenyum lebar dan menatapku dengan pandangan kagum.

“Itu tadi sangat luar biasa Corl.” Zayn tersenyum lebar dan menatapku dengan pandangan kagum.

“Apannya yang luar biasa ? tadi itu.. mengerikan.” Aku menyeruput Tehku kembali.

Snow Has The SherlockTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang