Chapter 3 - Café

361 12 0
                                    

“That.. was Horible. Belum pernah aku bertemu dengan seseorang seperti Niall itu. I mean, bagaimana bisa seseorang dengan tampang Imut dan lucu itu adalah seseorang yang suka makan dan kentut. New kind of human.” Aku dan Zayn berada di jalan menuju keluar gedung. Dia masih saja membicarakan Niall. Tapi dia berbicara dan matannya melihat kemana-mana.

“Hey Zayn kalau jalan lihat ke depan. Atau kau akan. Woops.” Pertkataanku belum selesai menceramahi Zayn ketika Zayn yang baru menghadap depan menabrak pintu gedung yang terbuat dari kaca. Kejadian itu membuat orang orang di sekitar situ tertawa terkikik,

“Hahahahahaha… Zayn… hahahaha..” tawaku dengan sangat geli begitu melihat benjolan besar di kepalannya. Benjolan itu memerah dan sangat besar.

“Aww.. itu sangat sakit Corl. Kenapa kau tidak memberitahuku kalau aku akan manabrak pintu ?!” katannya marah-marah sambil mengusap ngusap kepalannya yang benjol.

“Kau sudah kuingatkan Zayn. Tetapi kau sibuk dengan ocehanmu tentang Niall. Hahahaha” aku kembali tertawa.

“Tertawalah selagi bisa. Sudah. Ayo temani aku pergi dari sini.” Zayn menarikku dengan cepat sambil masih mengelus-ngelus jidatnya.

“Hey heeey.. mau kemana ?” kataku Panik.

“Ke Café di seberang sana.” Katannya sambil menunjuk Café yang terletak di depan kampus.

“Baiklah. Hahahaha.” Katau masih sambil tertawa-tawa.

“Shut your fucking mouth up !!!” katannya berteriak ke arahku. Akupun menahan tawaku dengan menggigit bibirku dan menyamakan langkah dengan langkah cepat Zayn.

~ Café ~

Aku dan Zayn memasuki Café dengan tangan Zayn yang mencengkram pergelangan tanganku. Di Café ini tidak begitu ramai. Rata-rata adalah anak yang kuliah di tempat yang sama denganku. Suasana Café ini sangat nyaman dengan interior yang Cozy dan merilekskan. Harum Café ini lebih ke Kopi. Karena kebanyakan pembelinya memesan Kopi.

“Ini menunya, silahkan anda memesan.” Kata seorang pelayan begitu kami duduk di salah satu meja di dekat kaca tembus pandang besar di dekat pintu Café.

“I want a cup of Tea with 2 spoon of sugar. And you Zayn ?” tanyaku begitu memesan minuman.

“Same like you. Ohh.. dan saya minta kantung Es boleh ?” kata Zayn kepada si pelayan. Aku bisa melihat dari pandangan sang pelayan kalau sepertinya ada ketertarikan antara pelayan ini kepada Zayn. And I swear. Aku melihatnya menggigit bibir. Sepertinnya dia ingin tertawa juga.

“Okay. Silahkan di tunggu.” Kata pelayan itu. Kemudian dia pergi tetapi masih dengan pandangan kearah Zayn.

Selama beberapa menit terjadi keheningan.. aku mencoba untuk menahan tawa dan menunduk.

“Tertawalah sepuasmu.” Kata Zayn sarkatis. Tangannya masih memegangi kepalanya yang membengkak.

“Hahahahahahahahahahaha….” Tawaku meledak. Membuat beberapa orang di Café tersebut melihat ke arahku.

Aku pun sedikit demi sedikit berhenti tertawa dan mengalihkan pandanganku ke arah luar Café.

Saat aku melihat keluar Café, aku melihat Vicky, kakakku dengan pacarnya, Sarah. Mereka sedang berjalan bersama. Tangan Vicky merangkul leher Sarah dan tangan Sarah merangkul pinggang Vicky. Mereka sedang tertawa bersama. Sesekali Vicky mencium puncak kepala Sarah. How happy they are.

“Who is he ? kenapa kau melihatnya begitu ?” Tanya Zayn memerhatikanku.

“That is Vicky and his Girlfriend. Sarah. Tidak terlalu tampan bukan ? dan yang mengherankannya adalah kenapa dia bisa mendapatkan Sarah yang cantik bak Model Victoria Secret dalam sekali kencan. I mean. Wow.” Kataku masih sambil memerhatikan Vicky dan Sarah yang berjalan menju ke Taman Sunny Shine yang terletak 2 blok dari kanan kampus. Tapi, Sunny Shine itu kan taman untuk anak kecil. Untuk apa mereka kesana ?

Zayn hanya menggangguk mengerti.

Snow Has The SherlockTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang