Chapter 1 - Aneh

1K 24 2
                                    

"Hello ?" suara seorang laki-laki yang terdengar berat di dekatku membuatku berhenti membaca buku yang sedang ku baca dan menengok ke arah sumber suara tadi.

"Hello ?" kataku bertanya kembali. Seorang laki-laki berdiri menghadapku kacamata membingkai wajahnya, rambut hitam dan potongan yang rapih di samping kepalannya. Ia mengenakan sebuah Jas pendek sepinggang yang tidak di kancingkannya, syalnya yang berwarna abu abu terang kontras dengan jasnya yang berwarna hitam gelap.

"Maaf menggangu, I'm Zayn Malik, can you tell me where the music class ? I'm new in here." Katanya dengan senyuman ramah sambil membetulkan letak tas gemblok yang di kaitkan di lengannya.

"Ya, ruang musik ada di gedung tiga, kau masuk saja kesana dan ruang musik akan terlihat begitu kau masuk kesana." Kataku sambil tersenyum ramah dan membetulkan letak kacamatku yang merosot.

"Okay. Thank you. Hmm.. Can I know your name, young lady ?" katannya dengan malu-malu sambil membetulkan letak tas punggung yang disandarkan di bahunya.

"Scorlet Hills. Call me Corl. Anyway, I should get to my class now." Kataku sambil menutup buku dan memasukkannya kedalam tas selempangku. Sepertinya laki-laki ini akan bertanya banyak. And I hate Questions.

"Oh.. okay. What's your class now ?" tanyanya begitu aku berdiri.

"Music." jawabku dengan senyuman di bibir. Matannya yang berwarna coklat gelap terus-menerus menatap ke dalam mataku yang berwarna abu-abu kehijauan yang terang.

"Ha ! Kebetulan kelas kita sama sekarang. Bagaimana kalau kita pergi ke kelas bersama ?" tanyanya dengan antusias.

"Hmm.. boleh. Kenapa tidak." Kataku sambil mengangkat bahuku.

"Okay." Katannya sambil tersenyum menunjukan giginnya yang rapih dan putih bersih. Kami pun berjalan berdampingan ke ruang music dalam diam.

"So.. you like Sherlock Holmes ?' katannya memecah keheningan.

"How do you know ?" tanyaku dengan bingung, kedua Alisku berkerut dalam rasa penasaran. Aneh jika seseorang yang baru saja kukenal beberapa menit yang lalu dapat mengetahui hal yang begitu kusukai.

"Your Detective clothes." Katannya dengan cengiran, memandang kearah pakaianku.

"Detective clothes ?" merasa bingung akan arah tatapannya, aku tak dapat menahan diriku untuk tak bertanya lebih lanjut.

"You wear Detective clothes; jas panjang selutut yang sering kulihat di serial televise series Sherlock Holmes, syal tebal digantung dengan rapi di leher, sepatu boots berbahan tebal, sarung tangan yang kau kantungi di jas panjangmu, dan gantungan kunci dengan gambar kepala seseorang yang memakai topi dengan 2 penutup. -"

"Tunggu, kau melihat semua ini dalam jangka waktu beberapa menit? Lagipula kau tak bisa membuktikan apapun. Bisa saja aku memakai semua ini hanya karena selera fashion-ku lebih condong ke arah oldies and warm stuff ketimbang 'new and trendy'" aku memotongnya, membuat kedua alisnya yang berwarna hitam legam melonjak dalam sebuah pertanyaan. Menaikkan kedua bahuku dalam tanda menyerah, aku membiarkannya melanjutkan 'anaslisnya' mengenai diriku.

"Seperti kataku, kau mengenakan satu di depan dan yang satu lagi di belakang. Lalu di belakang gantungan kunci itu terdapat tulisan bertuliskan 'Sherlockian' , menandakan kau seorang Sherlockian yang berarti fans dari seorang Sherlock Holmes. Oh ! Dan ada lagi, buku karya Sir Arthur Conan Doyle yang tadi kau baca dan sekarang berada di dalam tas selempangmu yang berwarna gelap itu menyimbolkan hal besar dari observasiku. Sir Arthurt Conan Doyle adalah seorang pengarang buku detektif, dan karyanya terkenal karena kekuatan intelektual, kepintaran, dan ketepatan seorang Sherlock Holmes yang diceritakannya dalam novelnya."

Snow Has The SherlockTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang