'Luka itu kembali, setelah pudar datang lagi."
AWAL MULA
Di hari itu langit diselimuti dengan awan hitam. Tidak ada pagi yang cerah ataupun matahari yang panas membakar. Hujan deras yang mengguyur kota tadi pagi masih menyisakan rintikan dan awan hitam enggan bergerak menjauh. Membiarkan matahari menampakkan sinarnya.
Ara menopang dagunya memandang keluar jendela kamar. Minggu ini terasa membosankan belum lagi hujan yang mengganggu kegiatan liburan orang-orang.
Ara mengoleskan liptint rasa grape ke bibir tipisnya. Menggulum bibirnya dan melihat kembali penampilannya. Seumur-umur baru kali ini ia berdandan walau dengan make up tipis.
Ini semua untuk Rafa yang mengajaknya lebih tepatnya memaksa dirinya untuk hadir ke acara ulang tahun adik sepupunya yang baru berusia 7 tahun. Ara sempat menolaknya secara halus tapi lagi-lagi Rafa juga bisa membuatnya menurut walau dengan sedikit perdebatan.
Ara tahu, kalau di acara ini pasti juga ada Digo. Karena mereka itu bersaudara. Satu fakta yang harus kalian tahu Rafa adalah Kakak Digo. Kandung, karena mereka satu Ayah. Dan hal itu yang membuat Digo semakin membenci Rafa.
Ara tidak tahu bagaimana jalan hubungannya dengan Rafa. Semuanya berbeda bahkan dia tidak tahu harus bagaimana lagi bersikap semestinya sepasang kekasih kepada Rafa. Begitupun sebaliknya, walau Ara berulang kali mencoba menyuarakan mengakhiri hubungan ini. Yang hasilnya hanya Rafa yang menghilang dari pandangannya.
Flashback
"Digo ma-af hikss... Aku... Hiks... Digo aku...."
Digo hanya diam merasakan betapa sakit hatinya saat ini. Dia hanya memandang kosong ke depan. Enggan menatap Shelin yang saat ini sudah berlutut di hadapannya. Memohon belas kasih dan maaf darinya.
"Hikksss... Digo aku mohon maafin aku Digo...."
Shelin memeluk kaki Digo yang masih terpaku di tempatnya. Air matanya sudah jatuh begitu saja, dia tidak bisa menahannya. Giginya bergemeletuk, rahangnya mengeras, begitupun dengan kepalan di kedua tangannya.
"Aku tahu, aku ngecewain kamu... Hikss... Aku minta maaf Digo hiks... Ma-aaf...."
Digo masih terdiam di tempatnya. Bibirnya mulai bergetar, dia membenci sangat benci kepada laki-laki bajingan yang tidak pantas dia sebut Kakak.
Ara keluar dari pintu cafe berlari menuju taman yang sepi tempat di mana ada Digo dan Shelin. Ara bisa melihat bagaimana usaha Shelin meminta maaf dari Digo.
Untuk saat ini ia tidak bisa membela sahabatnya itu. Dia juga sama kecewa dan terlukanya. Jadi Ara tahu bagaimana perasaan Digo sekarang. Mereka sama. Sama-sama dikhianati sahabat dan orang yang mereka cintai sendiri.
Shelin beralih menatap Ara dengan masih sesenggukkan. Tangisnya semakin pecah saat melihat sahabatnya yang telah ia lukai. Sahabat yang selalu bersamanya yang telah ia buat kecewa. Ara membuang wajahnya kembali menangis. Dia bahkan enggan melihat wajah Shelin. Tidak, Ara tidak benci atau dendam. Tapi ia hanyalah manusia yang tidak bisa bertingkah baik-baik saja setelah dihianati oleh sahabatnya sendiri.
Rafa tiba dengan nafas tersengal dan wajah yang tidak kalah kacau dengan mereka. Digo yang melihat Rafa langsung kalap menerjangnya dengan pukulan bertubi-tubi.
Rafa jatuh dengan Digo diatasnya yang terus menghujami wajahnya dengan pukulan. Dia merasa tubuhnya terutama wajahnya nyeri sekali. Sudut bibirnya koyak dan pelipisnya pecah tapi Digo masih tidak bisa mengontrol emosinya.
Shelin berteriak meminta Digo berhenti. Ara tidak bisa melakukan apapun. Tubuhnya terasa kaku untuk digerakkan hanya sekedar menolong orang yang membuatnya sakit hati.
Rafa tidak berusaha melawan karena dia fikir, dia memang pantas mendapatkan semua ini. Bahkan ini masih kurang untuk menebus dosanya.
"ANJING LO BAJINGAN! BANGSAT! KENAPA LO HARUS HIDUP! MENDING LO MATI AJA ANJING!"
Digo terus menghantam wajah Rafa yang bahkan sudah tidak berdaya lagi. Shelin hanya berteriak dia tidak bisa apa-apa untuk menghentikan semua ini begitupun Ara.
"APA LO GAK PUAS NGAMBIL PAPA DARI GUE?! APA LO GAK PUAS LIAT NYOKAP GUE MENDERITA?! GUE SELAMA INI MASIH TOLERAN KARENA GUE MASIH PUNYA OTAK MENGHARGAI KALIAN! LO MEMANG BAJINGAN SAMA KAYAK BOKAP LO! LO BEDUA BAJINGAN! DEMI TUHAN GUE NYESAL DILAHIRKAN SATU DARAH SAMA KALIAN! BANGSAT!"
Setelah mengatakan itu Ara baru tersadar ini salah. Digo sudah berlebihan, tidak berlebihan juga. Tapi Ara tahu ini akan membuat Digo semakin terjebak dalam kesulitan.
Ara bergerak menahan tangan Digo yang kembali ingin menghajar wajah babak belur Rafa. Digo dengan wajah dan mata merahnya menoleh pada Ara. Ara hnya menggelengkan kepalanya dengan sesenggukkan.
Bahkan untuk berbicara pun dia tidak sanggup lagi. Digo menghempas pelan tangan Ara yang ditahan kuat oleh Ara.
Tanpa sadar Digo mendorong Ara sedikit keras hingga membuatnya hampir terjatuh.
"BIARIN AJA RA! BIAR SI ANJING INI MATI SEKALIAN! MANUSIA MANA YANG TEGA MAIN DI BELAKANG SAMA PACAR DARI SAUDARANYA SENDIRI! BANG-"
"DIGOOO!!!"
Akhirnya suara Ara kembali saat tangan Digo benar-benar hampir mencapai wajah Rafa. Shelin menangis semakin kencang di belakang mereka. Dia menutup kedua wajahnya sambil bersimpuh.
Ara menarik Digo kepelukannya lalu mereka berempat menangis bersama-sama. Mereka berempat terluka bersama-sama.
Tbccc....
Untuk chap-chap berikutnya akan lebih banyak flashback hubungan mereka ^^
Btw, udah dinext jangan hantui dedeq lgi wkwkwk....
KAMU SEDANG MEMBACA
Difficult
Teen Fiction[HIAT!!!] Penghianatan itu membuat semuanya menjadi berantakan. Merasa takdir mempermainkannya dengan begitu rumit. Mereka semua terjebak dalam dendam, amarah, dan kekecewaan. Sampai merasa 'Di sini akulah yang paling terluka'. Padahal mereka semua...