Bagian 7

4.1K 330 72
                                        

Selamat siang, mohon maaf terlalu lama update...


☭ ✯❅ ۞☾ ☼☭ ✯❅ ۞☾ ☼☭ ✯❅ ۞☾ ☼☭ ✯❅ ۞☾ ☼☭ ✯❅ ۞☾ ☼

"Fer, kita nggak boleh nyerah. Gue yakin di luar sana pasti masih banyak yang hidup..." balas Hendri sambil menepuk pelan punggung Ferdi. Aku yang mendengarnya hanya menangis dan pada akhirnya kami semua menangis kecuali Rian.

☭ ✯❅ ۞☾ ☼

Setelah hampir satu jam kami berada di tepi jalan yang sepi ini, Ferdi kembali menyalakan mesin mobilnya. Pevita dan yang lainnya memandangi Ferdi yang sedang mencoba menstrater mobilnya.

"Biar gue ajah yang ngendarain mobil," ucap Rian, Ferdi lansgung menolak.

"Tidak usah, biar gue saja..." ucap Ferdi, Rian hanya mengangguk mengerti. "Gue tau kita harus kemana..." ucap Ferdi membuat mereka semua menatapnya bingung. "Kita harus ke bandara..." ucap Ferdi.

"Untuk apa kita kesana?" tanya Hendri heran.

Ferdi menoleh kearah Hendri, "Kita akan pergi menggunakan pesawat milik ayah gue, kita nggak mungkin terus berada di kota terkutuk ini!" jawab Ferdi.

"Tapi kita nggak ada yang bisa ngendarain pesawat Fer, lagipula jika kita ke Bandara pasti sangat berbahaya buat kita!" ujar Venessa di setujui oleh semua temannya.

"Tenang ajah, gue punya jalan rahasia menuju bandara. Dan gue bisa menjadi pilot kalian..." ucap Ferdi memandangi mereka satu persatu.

Akhirnya mereka semua setuju dengan usulan Ferdi. Ferdi hanya ingin pergi dari kota ini membawa semua teman-temannya, dia sangat yakin di luar sana pasti ada kota yang layak untuk kehidupan mereka tanpa adanya virus dan mayat hidup yang berkeliaran. Ferdi menjalankan mobilnya dengan kecepatan penuh.

☭ ✯❅۞☾ ☼

Setibanya di depan lobby Bandara, Ferdi menghentikan mobilnya. Mereka semua melihat pemandangan di hadapannya dengan pandangan melangsa. Banyak sekali mayat hidup yang berkeliaran di Bandara membuat jantung mereka seakan berhenti.

"Bagaimana Fer? Kita tidak mungkin masuk ke sana, lo lihat disana banyak sekali mayat hidup!" ucap Dimas berbisik.

Ferdi menghembuskan nafasnya berat, pintu rahasianya berada di ujung sana. Tapi sangat tidak mudah menuju ke sana karena beberapa mayat hidup memenuhi depan pintu rahasia itu. Ferdi memejamkan kedua matanya, dia ingin semua temannya selamat dan hidup.

"Oke gue punya ide, gue akan alihkan mayat hidup itu dan kalian lari secepat mungkin ke pintu di ujung sana, ikuti jalan itu dan kalian akan menemukan pesawat yang terpakir disana. Tunggu gue disana!" ucap Ferdi memberikan aba-aba kepada mereka.

Pevita menggeleng, dia menolak ide gia Ferdi. "Gue nggak mau! Kita harus kesana bersama Fer!!" tolak Pevita dia tidak ingin kehilangan teman terbaiknya apalalgi di luar sana banyak sekali mayat hidup.

"Please Pev, sekali ini ajah turutin keinginan gue!" ucap Ferdi.

"Gue nggak mau Fer, waktu di kantor polisi lo korbanin diri lo buat gue dan sekarang lo mau korbanin diri lo lagi! Gue nggak mau!" teriak Pevita dengan mata melebar.

"Iyah Fer, apa yang dibilang Pevita bener kita nggak mau kehilangan lo..." ucap Vanessa lirih.

"Gue ngelakuin ini buat kalian semua Guys! Lagipula tubuh gue udah di suntik cairan virus kan? Jadi gue udah kebal. Please gue mohon...." Mohon Ferdi dengan suara parau.

SCHOOL ZOMBIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang