Bagian 3

4.2K 376 10
                                    

Maaf banget cerita ini lama banget di update... soalnya nemu idenya susah banget... Dilarang mencopy cerita ini tanpa seizin aku yah...

__________________________________________________________

Salah satu dari mereka terjatuh dengan panah yang menusuk kepalanya. Aku menoloh ke arah depan, ternyata Hendri dan Ferdi kakak kelas ku. Aku tidak menyangka mereka masih hidup. Saat mayat hidup itu semua sudah musnah dipanah, Hendri dan Ferdi berjalan menghampiri kami semja.

“Are you oke, guys?” tanya Hendri sambil memasukan panahnya yang tidak terpakai. Aku dan yang lainya hanya mengangguk.

“gue sama hendri dari tadi muterin satu sekolah untuk evakuasi apa masih ada yang selamat, tapi nyatanya gue nggak menemukan satupun. Yang gue temuin hanya kalian semua,” kata Ferdi.

“Nih cewek kenapa?” tanya Hendri saat melihat sarah yang sudah tidak sadarkan diri.

“dia nggak kuat liat darah…” ucap Pevita lirih.

“Sebaiknya lo secepatnya masukin dia kedalam mobil!” perintah Hendri, Rian langsung membuka pintu bus diikuti yang lainnya.

Pevita merasa ada sesuatu yang kurang saat ingin masuk kedalam bus, dilihatnya sekeliling lapangan sekolah. Para mayat hidup mulai berdatangan menghampiri bus yang akan dinaiki pevita dan teman-temanya. 

“Astaga Vanessa!” seru Pevita saat melihat Vanessa berjalan mendekati salah satu mayat hidup. Pevita langsung berlari mendekati Vanessa, “Vanessa!” teriak Pevita dan memeluk Vanessa dari belakang menjahuinya dari mayat hidup itu.

“Lepasin gue! Lepasin! Gue pengen bawa Nesha!” seru Vanessa menangis. Pevita melihat mayat hidup itu, Pevita tidak percaya bahwa mayat hidup itu adalah Nesha sahabat Vanessa.

“Lo nggak bisa bawa dia Van… dia udah meninggal dan dia sekarang udah jadi mayat hidup!” kata Pevita sambil memeluk Vanessa.

“Nggak, dia belum meninggal dia Cuma terjangkit. Please lepasin gue, gue pengen tolongin dia!” seru Vanessa meronta.

“lebih baik kita pergi dari sini Van sebelum kita berdua menjadi korban…”

“Lo ajah yang pergi gue mau disini temenin Nesha,” Ujar vanessa membuat Pevita menamparnya. Vanessa langsung menatap tajam Pevita.

“gue nggak pernah tinggalin lo kalau lo nggak mau pergi. Karena sekarang kita sahabat!” Ucap Pevita membuat Vanessa terdiam. “please gue nggak pengen kehilangan temen lagi…” lanjut Pevita dan mengajak Vanessa berjalan menuju bus sambil merangkul tubuh Vanessa.

            Saat dimobil Pevita melihat beberapa temannya yang masih selamat dan tiga orang guru. Wajah mereka tampak sedih. Pevita merebahkan tubuh Vanessa yang terlihat lemas dan pucat. Seorang guru perempuan bernama Farah dia juga wali kelas Pevita, Pevita langsung memeluk Farah dan menangis.

“Ibu  bersyukur masih ada yang selamat, ibu berjanji akan menjaga kalian semua.” Ucap Farah sambil menghapus airmata Pevita dan tersenyum.

“Ibu Farah lebih baik kita secepatnya pergi dari sini,” ucap Pak Daniel.

“lagipula di dalam sekolah sudah tidak ada lagi yang hidup bu..”Ujar Ferdi lirih, Farah hanya menganguk.

“Hendri kamu bisa menyetir kan?” tanya pak Leon, Hendri menganguk, “Kalau gitu kamu menyetir, karena saya tidak sanggup menabrak anak murid saya.”

Hendri langsung berjalan dan mentrater bus, Hendri memejamkan kedua matanya sebelum menarik gas. “Maafin gue!” gumam Hendri dan menabrak teman-temannya yang melintas di depan bus, Pintu gerbang sekolah langsung di tabrak Hendri hingga hancur.

SCHOOL ZOMBIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang