Bagian 4

3.9K 365 11
                                    

Soree semuanya....

Mohon Maaf yang sebesar-besarnya lama up-date cerita ini. Kesibukan yang membuat cerita ini menjadi ke tunda. Terima kasih yang sudah mau meluangkan waktunya untuk membaca. ditunggu Vote dan komentarnya yah.

Happy Reading...

_____________________________________________________________________

Pevita membuka pintu mobil bus pelan-pelan, tangannya bergetar hebat, tubuhnya berkeringat, airmatanya mengalir. Pevita benci dengan keadaan sekarang, keadaan ini membuat semua orang yang dicintainya tewas dan menjadikanya mayat hidup. Saat di dalam bus suara orang yang sudah terinfeksi virus itu begitu menyakitkan telinga Pevita.

“Sarah,” panggil Pevita lirih dan pelan, dicarinya Sarah perlahan saat semua teman-teman yang sudah menjadi mayat hidup sedang memakan salah satu guru Pevita.

“Pev…” ujar Sarah lirih, Pevita yang mendengar suara Sarah langsung melihat ke bawah kursi bus, Sarah sedang meringkuk ketakutan.

“Sarah!” seru Pevita dan langsung mengangkat tubuh Sarah yang sudah begitu lemas.  “Sarah ayuk bangun, kita harus pergi dari sini.”

“Gue udah nggak kuat Pev…” tolak Sarah.

“Lo harus kuat!” balas Pevita dan langsung merangkul tubuh Sarah pelan, Pevita dan Sarah berjalan mendekati pintu belakang mobil. Saat ingin membuka pintu mobil tiba-tiba salah satu guru Pak Daniel yang sudah terinfeksi virus langsung berjalan mendekati Pevita dan Sarah. Mulut, tangan dan baju milih Pak Daniel di penuhi darah. Pevita dan Sarah yang menyadari itu langsung pucat dan tidak tau harus melakukan apa, Pevita langsung menutup kedua matanya saat Pak Daniel mulai ingin menyerang mereka berdua, Pevita pasrah dengan keadaanya sekarang.

Doorr!!

Suara tembakan membuat Pevita membuka kedua matanya dan terkejut saat melihat tubuh Pak Daniel tergeletak tak berdaya di hadapanya, Pevita mengalihkan pandanganya ke arah Sarah. Sarah memegang sebuah pistol tangan kanannya bergetar memegang pistol itu. Sarah langsung menjatuhkan tubuhnya ke dalam pelukan Pevita.

“Lo selalu membantu gue Pev dan sekarang kita impas yah…” ucap Sarah tersenyum lembut.  Pevita hanya mengangguk dan keluar dari bus sambil merangkul tubuh Sarah. Pevita tau Sarah tidak ingin melakukan penembakan itu kepada Pak Daniel, tapi dia harus melakukan itu kepadanya.

Tiba-tiba mobil kijang berhenti tepat dihadapan mereka berdua, didalam mobil sudah ada Dimas, Rian, Vanessa, Hendri, Ferdi dan anak kecil yang di temukan Pevita sedang memeluk Vanessa erat. Rian membuka pintu mobil dan membantu Pevita dan Sarah Memasuki mobil.

***

            Hendri langsung mengumudikan mobilnya perlahan dilihatnya semua teman-temannya dari kaca spion dalam mobil. Wajah yang penuh ketakutan, mata yang membengkak, tangan yang bergemetar dan baju yang sudah kotor. Hendri terus melajukan mobilnya tanpa arah, dilihatanya pemandangan kota Jakarta yang begitu sunyi dan mencekam.

SCHOOL ZOMBIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang