BAGIAN 2

5.1K 407 15
                                    

Dimas membuka pintu gudang olahraga dengan perlahan, dicondongkan kepalanya untuk melihat situasi di luar sana. Dimas memberi isyarat bahwa keadaan diluar aman. Aku dan yang lainya langsung keluar gudang dengan mata  wasapada.

Sarah terus mengenggam tanganku, tangannya begitu dingin sama seperti tanganku. Sarah membawa stick golf dengan begitu gemetar, aku membawa kayu baseball, sedangkan Rian dan Dimas membawa balok kayu.

Dimas berada di depanku dan kedua matanya terus waspada, Sarah dibelakangku, dan Rian dia berada dibelakang Sarah.

Saat kami berempat melewati koridor sekolah banyak sekali darah yang berceceran di lantai dan di tembok, tapi kami tidak menemukan mayat disini, apa mereka semua sudah menjadi makhluk yang menyeramkan? Bau anyir darah semakin tercium jelas, aku berusaha menahan nafasku. Bau anyir darah membuatku agak mual.

“Guys, sebentar. Kita tetep bersama jangan ada yang berpencar apapun yang terjadi.” Kata Dimas setengah berbisik.

Aku, Rian dan Sarah kontan mengganguk.

Sekarang kami berada di lantai tiga dan ingin turun ke lantai dua. Saat berada di anak tangga Dimas menghentikan langkahnya lalu mencondongkan kepalanya, aku bisa merasakan tubuh Dimas gemetar saat aku memegang bahunya.

“Dimas ada apa?” tanyaku berbisik.

“Di lantai dua banyak teman-teman kita yang sudah berubah menjadi mayat hidup. Mereka berkeliaran.” Ucapnya  membuat badanku merinding. Aku mendengar suara tangisan Sarah.

“Terus kita harus gimana? Apa kita balik lagi ke gudang?” tanya Sarah panik, dia sangat begitu takut.

“kita harus tetap melanjutkan perjalanan. Kita nggak mungkin terus-terusan disini.” balas Rian.

“Oke, lo semua jangan panik!” seru Dimas, dia melangkahkan kakinya pelan lalu kami mengikuti setiap langkah Dimas.

Tiba-tiba salah satu dari mayat hidup itu melewati kami, kami semua langsung merapatkan diri ke tembok. Saat suasana sudah aman aku dan yang lainya berjalan menuju anak tangga penghubung lantai dua dan satu.

Tapi sial bagi kami, dari lantai satu teman kita yang sudah berubah menjadi mayat hidup melihat kita berempat, dia berjalan mendekati kami untuk menyerang kami. Bukan hanya satu, empat mayat hidup berjalan mendekati kita, dari lantai dua ada tiga mayat hidup yang menghampiri kami.

Aku dan yang lainya langsung bersiap-siap mengayunkan senjata, tubuh kami semua gemetar, wajah kami semua pucat dan begitu takut.

“Aaaahhh!” teriak sarah histeris saat Rian memukul salah satu mayat hidup itu.

Teriakan sarah membuat Mayat hidup yang lainya berjalan menghampiri kami. Rian terus memukul mayat hidup itu. Dimas juga melakukan hal yang sama, tiba-tiba tubuh Dimas melemah aku bisa melihat dia sangat begitu letih, letih bukan karena kelelahan karena dia tidak sanggup dan tidak tega memukul semua mayat hidup itu karena mereka adalah teman dan sahabat kami.

Aku hanya memejamkan mata menahan menangis dengan tangan terus mengayunkan stick baseball, jujur aku tidak sanggup melakukan ini kepada mereka semua yang sudah menjadi mayat hidup.

Aku bisa lihat sarah sudah melemas dia sudah menyerah sedangakan Rian begitu semangat melawan mereka.

“Dimas, Sarah please bangkit. Kita harus ngelawan mereka!” teriakku yang masih terus memukul mereka.

Dimas dan Sarah tidak menjawab, mereka berdua sudah putus asa. Aku hanya bisa menangis melihat kondisi kedua temanku. Saat kondisi mencekam seperti ini, tiba-tiba semua mayat hidup di lantai dua itu terjatuh dengan kepala bocor. Aku dan yang lainya terkejut dan memandang keatas.

SCHOOL ZOMBIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang