6. Oh ternyata.
"Gue mau."
Suara ini terlalu asing untuk Bintang. Lalu suara itu kian mendekat hingga menghampiri mereka berdua.
Siapa lagi kalau bukan perusuh?
Rebecca mengulurkan tangan kanannya sambil menaikkan alis. Tangan kirinya berkacak pinggang, dibuntuti kerucil-kerucil yang tidak lain adalah babu-babunya. "Napa? Lo anak baru? Hm?" Senyum iblis tampak dari gadis setan itu.
"Apa?! Anak baru, Bec?"
"Ck ck ck. Kasian banget sih lo. Udah baju lepek, kena apaan tuh? Muntahan? Gamampu laundry lo?"
Ketiga penghuni neraka itu kini merajalela di tengah-tengah lalu lalang mereka yang lewat. Asik bermain dengan jin yang mengendalikan emosi mereka.
"Gausah. Cari. Mangsa. Di. Sini." Kejora mempertajam di setiap katanya, sambil menatap lekat retina Rebecca, namun ia hanya melemparkan muka busuk.
Lagian mereka siapa sih? Tuhan bukan, senior bukan, selingkuhan juga bukan.
Yang mereka lakukan hanyalah perbuatan bully yang selalu mengundang kerumunan.
Kejora sempat berfikir untuk seharusnya mengancam mereka bertiga, tetapi jika difikir ulang maka agak sedikit beresiko.Rasanya ingin berbicara kasar.
Bintang gemas. Lalu mengambil tindakan yang mungkin agak sedikit, ya, berani. "Lo kalo jadi cewek jangan keterlaluan bangsatnya bisa ngga?"
"Well, well, well." Rebecca menyilangkan tangannya di depan dadanya. Sambil memainkan rambut semirannya. "Lo baru? Tapi belagu?" Kembali ia mengitari sambil tersenyum sinis.
PLAK.
Kejora beraksi. Ia tidak segan-segan membumbui amarahnya dengan tamparan yang mendarat pada pipi ketua geng cabe. "JAGA MULUT LO!"
Gladys dan Zaskia terhenyak, lalu bertepuk tangan licik layaknya sinetron-sinetron di televisi. "Wah! Gembel udah berani ya?"
"Dasar kurang ajar!" Lengan bawah Rebecca yang dipenuhi gelang warna-warni itu terangkat, dan menampakkan muka merah. Seperti dugaan, hasratnya ingin membalas habis-habisan musuh bebuyutannya itu. "Emang lo gatau di—"
"Lo yang gatau diri!"
Yang datang membuat semua hampir mengeluarkan bola mata. Lalu mengundang lingkaran di sekitar mereka tanpa komando.
Langit. Selalu datang untuk memecah suasana. Kali ini entah untuk seratus dua puluh satu kalinya.
Langit menggenggam tangan Rebecca yang terangkat sambil menghempaskannya secara kasar. Sebelum tadinya hening sejenak.
"Keterlaluan lo Lang!" Rebecca memerah, memanas, dan sebentar lagi meledak. Dan memang sudah benar meledak. "Bisa-bisanya lo lebih ngebelain dia! Lo seharusnya ngebelain gue! Bener-bener lo tuh—"
"PERGI NGGAK!!" Langit memuncak, mengeluarkan jari telunjuk ke arah kanan, memberi tatapan sebagai isyarat agar mereka segera musnah.
"Oke. Liat aja apa yang gue lakuin ke dia!"Rebecca mendorong dada Kejora dengan segala kenaifannya, lalu menerobos lingkaran untuk menghindari kepengapan di dalamnya.
"Gilak bro, tuh anak nyali banget tau ga sih?"
"Hah? Yang mana? Kejora?"
"Lo buta ya? Barusan dia nampar primadona sekolah, Rebecca! Bego apa ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
You (Never) Know
Teen Fiction[ON GOING] -If you know, if you understand- Aku mencintaimu dalam diam, lain lagi dengan dia. Copyright©2016 -All Rights Reserved-