7. Kok, ada dua?
"Andhra?!" Risya membulatkan bola matanya sempurna. Laki-laki yang bernama Andhra-Andhra itu langsung jatuh terkulai di depan ujung kakinya.
Dengan aroma alkohol yang masih melekat di baju laki-laki itu, Risya terpaksa menahan nafas pada tengkuknya. Lalu menuntunnya—secara terpaksa untuk masuk ke dalam rumah. "Lo mabuk lagi?!"
***
Ia membaringkan Andhra di sofa putih tulang. Sungguh, kali ini Risya benar-benar shock. Rambut Andhra acak-acakan, matanya layu, celana jeans sobek-sobek, kemeja kotak-kotaknya terbuka setengah tetapi masih tertolong dengan kaos dalam abu-abunya. Andhra tergulai lemas. Risya kira, Andhra lebih baik dari dulu. Bahkan saat mereka sudah last contact.
Andhra Ravario Siregar.
Laki-laki yang menyukai Risya sejak SMA. Tak ada hari tanpa kata mabuk, pergi ke tempat yang banyak lampunya—diskotik tentunya. Sejak pertama Risya mengenal dan dikenal olehnya, sifatnya sudah begitu dan ia membeci perilaku Andhra. Sejak Risya berpacaran dengan Rangga, Andhra semakin menjadi-jadi, suka mengamuk, mengurung diri, sampai detik ini, mungkin.
Risya berjalan rindik menuruni anak tangga sambil memegangi gelas berisi air putih dan yang satunya untuk mengelus pegangan tangga dari kayu. Berharap untuk memberikannya setelah sadar nanti. Kali ini, air mukanya berubah seketika kala melihat jari-jari Andhra bergerak.
Bahunya bergetar. Jujur, ia sedikit takut ketika Andhra, ya, seperti itu. Apalagi sekarang ia berada di jarak terdekat. Risya menaruh gelas yang berisi air putih, lalu duduk di samping Andhra.
"Andhra..." ucapnya lirih.
"Andhra!" Ia menepuk paha Andhra yang membuat ia terkejut, dalam mata terpejam. Lalu, secepat kilat Andhra membuka mata.
Andhra mengerjap-ngerjapkan mata. Pandangannya yang masih kabur itu menyapu sekeliling. "Gue dimana?"
"Minum dulu." Risya menyodorkan segelas air putih yang barusan ia ambil.
"Risya?! Lo ngapain di sini?!"
"Gila lo, astaga." Risya menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Gue kira lo udah jauh lebih baik. Ternyata gue salah."
Di dalam sel-sel syaraf otaknya masih terekam jelas bagaimana tabiat cowok itu sejak dulu. Bahkan ketika dia menjadi rekor masuk BK paling banyak. Buku kepribadiannya full of vunishment dan masalah demi masalah menimpa dirinya hingga kejadian bertengkar yang mengundang seluruh perhatian pihak sekolah.
"Lo egois." Andhra memegang kepala, dan begitu terkejutnya Risya. "Lo egois ninggalin gue demi si bangsat!" Andhra membuka matanya dan menyilangkan kedua tangannya.
"Stupid." Risya menghela nafas lalu menghembuskannya berat-berat. "I've never left you anymore."
"Basi, tau gak?!" Andhra membuang muka, lalu ia mengepal hingga buku-buku di punggung tangannya terlihat bulat sempurna dan memutih.
"Inget kejadian pas Rangga nembak lo di belakang sekolah?! Abis itu Rangga memar-memar?! Itu gara-gara gue! Gue suka sama lo, tapi lo malah milih DIA! Puas lo?!"
Risya benar-benar kaget dan terpanjat. Jantungnya hampir melecos. Ia memutar balik ingatannya saat ia mengobati luka-luka lebam Rangga menggunakan revanol. Rangga tidak menjawab pertanyaan Risya, siapa yang melakukan itu karena Andhra kerap mengancamnya.
"Kenapa? Kaget? Risya sayang?" Bintang berjalan maju, mendekat ke arah Risya, sampai Risya menatap dinding dan terpepet.
"CUKUP, ANDHRA!"
KAMU SEDANG MEMBACA
You (Never) Know
Teen Fiction[ON GOING] -If you know, if you understand- Aku mencintaimu dalam diam, lain lagi dengan dia. Copyright©2016 -All Rights Reserved-