"Nabilah... Ayo kita pulang." ajak Veranda saat Nabilah hanya diam tak bergeming menatap foto keluarga temannya.
"Nabilah." ujarnya lagi seraya menyentuh pundak Nabilah yang masih terbalut seragam sekolahnya.
"Eh... Iya kak." ucapnya sedikit berjingkat. "Ada apa?" tanyanya dengan wajah polosnya.
"Ayo... Kita pulang." ajak Veranda sekali lagi.
"Oh... Baiklah." ucapnya pelan. lalu Veranda dan Nabilah pun pamit pulang kepada Frieska.
Setelah mereka berdua masuk kedalam mobil, Nabilah kembali terdiam. Ia masih mengingat-ingat foto tadi. Foto yang mengingatkannya pada sosok...
Pada sosok...
Hantu itu!!!
Mungkinkah yang dilihatnya tadi benar-benar hantu itu?
Tapi wajahnya memang sangat mirip sekali...
Nabilah menggeleng-gelengkan kepalanya pelan.
"Ah... Perduli setan." gumamnya pelan tanpa memperdulikan tatapan heran Veranda yang tak lain dan tak bukan adalah kakak sepupunya sendiri.
"Kamu kenapa?" tanya Veranda saat tak mampu lagi membendung rasa penasarannya.
"Kamu baik-baik saja?" tanyanya khawatir saat Nabilah tak kunjung menjawab dan malah terlihat gusar.
Beberapa detik kemudian Nabilah menganggukan kepalanya. "Aku baik-baik saja. Hanya saja ada yang ingin aku tanyakan."
"Tentang?" Veranda mengangkat sebelah alisnya.
"Kamu tidak bisa mengerjakan PR mu ya?" tebaknya asal sambil terkekeh pelan saat Nabilah kembali terdiam.
"Bukan... Tentu saja bukan tentang itu!" elaknya penuh penekanan. "Ini tentang kak Frieska."
"Ada apa dengan Frieska?" tanyanya semakin mengerutkan dahinya. Bahkan Veranda sampai mengubah posisi duduknya menghadap ke arah Nabilah.
Sejak tadi berada di rumah Frieska Nabilah tiba-tiba menjadi pendiam. Entahlah apa yang dilihatnya.
Veranda berpikir mungkin ada sesuatu hal yang mengganggu pikiran anak itu.
"Kak Frieska itu berapa bersaudara?" tanyanya membuat kerutan di dahi Veranda semakin dalam.
Sejak kapan Nabilah menjadi seseorang yang begitu ingin tahu tentang keluarga orang lain?
Veranda mengatakan hal itu bukan tanpa alasan. Nabilah adalah seseorang yang terkenal cuek dan anti sosial. Ia bahkan mungkin tidak memiliki teman seorang pun. Ia selalu tidak mau repot-repot dengan urusan orang lain. Ia menjadi anak yang begitu tertutup dan tak pernah bercerita apapun. Ia tidak akan keluar dari rumahnya jika bukan untuk sekolah, les dan hal yang menurutnya sangat penting. Dan saat ini, ketika Nabilah mengantarnya ke rumah Frieska untuk mengambil barangnya yang tertinggal di mobil Frieska pun ia harus memaksanya terlebih dahulu. Dan kalian harus tahu, ini bukanlah hal yang mudah untuk di lakukan.
"Kak... Jawab." desak Nabilah saat pikiran Veranda sudah melayang kemana-mana.
"Mmm... 2 bersaudara. Dan sebenarnya... kakaknya Frieska menghilang sejak beberapa hari yang lalu."
"Menghilang?"
"Ya, Namanya kak Melody."
*****
Namanya kak Melody... Namanya kak Melody... Namanya kak Melody.
Nabilah mengerang saat serentetan kata-kata itu terus menghantuinya sejak Veranda mengantarnya pulang tadi sore.
"Nama yang sama. Dengan wajah yang sama." gumam Nabilah pelan. "Mungkinkah?" ia terlihat merenung. "Orang yang di foto itu adalah hantu itu??"
"Tapi... sejak kejadian di kelas tadi siang hantu itu... belum menampakan lagi wujudnya."
Nabilah menggelengkan kepalanya. "Ah sudahlah, Sebaiknya sekarang aku tidur." Lalu tatapannya teralih pada benda kotak kecil yang menyerupai dadu. "Oh Tuhan, sudah jam 3 pagi." Serunya sedikit mengerang. Kemudian ia bangkit dari kursinya lalu beranjak naik ke ranjang single size nya.
"Ck... Hebat sekali meskipun hantu itu sekarang tidak menampakan dirinya tetapi tetap saja ia berhasil menggangguku dengan memikirkannya."
Pagi menjelang.
"Nabilah ayo bangun..."
"Nabilah... Nabilah..."
"Ayo bangun ini sudah pagi."
Gadis bergaun putih selutut itu berkacak pinggang saat Nabilah tak kunjung bangun dari tidurnya.
"Nabilah... Kau tidak mau terlambat lagi kan?"
"Ayolah Nabilah bangun. Aku tidak ingin kau menganggapku hantu pembawa sial lagi."
Ditatapnya lekat-lekat wajah Nabilah yang terlihat damai saat matanya terpejam.
"Ia sungguh berbeda sekali jika sedang tertidur. Terlihat seperti anak baik." Ucapnya pelan lalu mengembang sebuah senyum yang indah dari bibirnya.
"Arrrrrrrrrrrrrrrrrrrrggghh..."
Nabilah berteriak kencang saat melihat wajah hantu itu tepat berada di depan matanya. Sedangkan hantu itu langsung terjengkang kaget karena teriakan Nabilah.
Lalu tiba-tiba seseorang membuka pintu kamar Nabilah.
"Kamu kenapa sayang?" Tanya mamanya yang langsung menghampirinya dan duduk di samping Nabilah.
"Ti... tidak Mah. Aku hanya... bermimpi buruk saja." Ucapnya sedikit terengah-engah.
Diam-diam hantu itu memutar bola matanya. "Hebat sekali. Dia benar-benar menganggapku mimpi buruk." Ucapnya sebal. Lalu hantu itu pun bangkit untuk berdiri.
Nabilah melirik ke arahnya dan langsung dihadiahi tatapan tajam hantu itu.
Nabilah terlihat mendengus saat menyaksikan hal itu.
Berani-beraninya kau menatapku dengan tatapan seperti itu... Dasar hantu sialan. Membuatku kaget saja!
"Syukurlah kalau kamu hanya bermimpi buruk. Sebaiknya kamu cepat bangun. Ini sudah siang. Kamu tidak ingin terlambat kan?" Ucap Mamanya seraya mengusap lembut kepala Nabilah.
"Iya Mah..." Nabilah menganggukan kepalanya lalu bibirnya membentuk seulas senyum.
Ini pertama kalinya anak itu tersenyum... Terlihat manis.
Sekarang Nabilah sudah mengenakan seragamnya. Dan Sekarang ia tengah menatap dirinya sendiri di depan cermin. Ia mendesah saat mendapati lingkaran hitam pada matanya.
Nabilah memutar badannya hingga kini ia menatap si hantu itu dengan tatapan tajam.
"Ini karna ulahmu!" Desisnya tajam seraya menunjuk matanya.
"Ulahku?" Tanya Melody bingung. Ia merasa tidak melakukan apapun pada mata Nabilah.
"Iya ini ulahmu!!!" Jawab Nabilah ketus.
"Aku heran. Kenapa itu bisa jadi ulahku? Aku sungguh tidak melakukan apapun pada matamu."
"Kau membuatku tidak bisa tidur karena tidak bisa berhenti memikirkanmu."
Melody tersenyum mendengar penjelasan dari Nabilah.
"Kenapa kau malah tersenyum?"
Melody menggelengkan kepalanya pelan masih dengan senyumnya. "Ternyata kau peduli padaku ya?"
Nabilah memutar bola matanya. Lalu ia berbalik dan mengambil ransel yang bertengger di ranjangnya.
"Sebaiknya aku berangkat sekarang. Aku tidak mau dihukum lagi karenamu." Ucapnya dingin lalu melangkahkan kakinya untuk keluar dari kamarnya.
"Hey... Nabilah tunggu aku!" Seru Melody seraya berlari saat Nabilah akan menutup pintunya.
_______________________________________
Hai semuanya aku muncul lagi :-) hehe