"Aku akan membunuhmu!!!" Ucap seseorang terdengar begitu menggema.
"Aku akan membunuhmu!!!" Ucapnya lagi terdengar bengis lalu orang itu pun tertawa terbahak-bahak.
"AKU AKAN MEMBUNUHMU!!!"
...
Nabilah membuka matanya dengan tiba-tiba. Nafasnya memburu dan terasa begitu sesak. Ia mencoba bangkit untuk duduk. Nabilah mengusap setiap keringat yang muncul di dahinya. Dan mencoba mengatur nafasnya yang masih terasa carut marut.
Mimpi itu lagi...
Mimpi yang memperlihatkan seorang wanita yang sedang di ikat kedua kaki dan tangannya di sebuah kursi kayu. Mulutnya di bekap dengan lakban berwarna hitam. Di kedua lengannya terdapat dua sayatan dengan panjang kurang lebih 4 CM. Dengan darah yang terus mengalir sampai mengenai gaun putih yang wanita itu kenakan. Kerutan di dahi wanita itu menandakan bahwa ia mungkin sedang menahan rasa perih akibat sayatan pisau itu.
"Setelah kedua lenganmu, aku akan menyayat bagian tubuhmu yang lainnya, dan terakhir lehermu. dengan begitu kamu akan mati secara perlahan karena kehabisan darah," ujar seseorang yang berdiri di hadapan wanita itu dengan mengacungkan sebuah pisau yang tampak mengkilap. Lalu orang itu menyeringai jahat dan tertawa terbahak-bahak seolah begitu menikmati pemandangan yang ada di hadapannya itu.
"Ck, Mimpi itu selalu berakhir sampai disitu, dan ini sudah ke 4 kalinya aku bermimpi seperti itu," gumam Nabilah lesu dan kemudian ia kembali membaringkan tubuhnya yang terasa begitu lelah.
"Apa mimpi ini ada kaitannya dengan hantu itu?"
Ingatan Nabilah kembali pada saat ia terakhir kali bertemu dengan hantu itu. Tepatnya sudah sekitar 2 Minggu yang lalu.
Flashback
Veranda melangkahkan lagi kakinya dengan perlahan. Membuatnya terkesan dramatis. Ketika jarak sudah semakin dekat dengan Nabilah tiba-tiba saja Veranda merasa bulu kuduknya berdiri, membuatnya sedikit terhenyak.
"Ada apa Kak Ve?" Tanya Nabilah khawatir saat melihat Veranda memeluk dirinya sendiri.
Veranda mendongak ke arah Nabilah. "Aneh ya, tiba-tiba saja aku merasa merinding," Gumamnya pelan dengan wajah keheranan.
Apa Kak Ve juga bisa merasakan hantu itu seperti Beby?
Ah... Semoga saja tidak.
"Mungkin, itu hanya perasaan kak Ve saja."
Veranda terdiam untuk beberapa detik dengan mata yang tetap memandang ke arah Nabilah seolah sedang menimbang-nimbang sesuatu. "Mm... Mungkin juga. Ah iya, aku baru saja menonton film horror jadi mungkin masih terbawa suasana."
Nabilah menghembuskan napas lega.
Amaaaaan!!!
"Nabilah, kau kenal dengan orang itu?" Tanya Melody sambil mengamati wajah Veranda. Dan anehnya ia merasa tidak asing dengan wajah itu.
Ah... Mungkin itu hanya perasaanku saja.
Dalam sepersekian detik Nabilah menatap Melody tajam dan memberinya isyarat untuk diam. Sungguh, ia tidak ingin menempatkan dirinya kedalam bahaya lagi.
"Oh ya, kamu sedang apa disini?" Tanya Veranda merasa baru ingat dengan pertanyaan untuk adik sepupunya itu.
Aduuuuh!!!
Nabilah menggaruk kepalanya. "Aku... hanya kebetulan lewat sini," Ucapnya dengan sedikit tercekat.
Veranda menyipitkan matanya, memandang Nabilah dengan sedikit intens. Kerutan di dahinya terlihat samar-samar membentuk huruf V. Beberapa detik kemudian ia menggeleng-gelengkan kepalanya pelan, seolah-olah ia tidak mempercayai sesuatu hal.
Nabilah merasa tidak tahan di tatap dengan cara seperti itu. "Ada apa Kak Ve? Apa ada yang salah dengan ku?" Tanyanya mulai jengkel.
Veranda menyunggingkan senyumnya. "Kau habis dari mana? Setahuku, tempat les mu tidak melewati daerah sini? Apa kau dari rumah temanmu Nabilah?" Tanyanya begitu antusias. "Ah iya, bukannya kamu tidak punya teman ya? Atau dari rumah pacarmu? Ah, tidak mungkin juga."
Nabilah mendesah pelan. "Apa perlu aku menjawabnya?" Wajahnya cemberut.
Veranda terkekeh pelan. "Ok... kau tidak usah menjawabnya. Dan sebaiknya sekarang kamu ikut denganku masuk ke rumah Friska. Ok," ucapnya dengan merangkul santai bahu Nabilah. Tanpa Veranda sadari tangannya mengenai wajah Melody yang berdiri di samping Nabilah.
"Aduh..." Melody terhenyak sampai membuatnya mundur satu langkah. Ia mendengus pelan. "Wanita itu benar-benar mengagetkan ku," ucapnya dengan wajah memberengut.
"Tapi kak Ve..."
"Sudahlah ayok kita masuk. Tidak ada penolakan," Ucap Ve memotong ucapan Nabilah lalu menekan tombol interkom.
Nabilah akan masuk ke dalam rumahku?
Aku pikir ini kesempatan yang bagus.
"Nabilah aku pikir ini kesempatan yang bagus. Aku bisa masuk ke rumah itu dan mencari tahu lebih lagi tentang diriku," Ujar Melody dengan penuh semangat dari belakang kepala Nabilah.
Sedangkan Nabilah hanya diam dan lebih memilih untuk mengabaikan hantu itu.
Diam-diam sudut mata Nabilah terus memperhatikan gerak-gerik Melody yang sedari tadi tidak bisa duduk diam disampingnya. Hantu itu terus bergerak seperti cacing kepanasan. Ia benar-benar kegirangan saat menatap foto dirinya yang berada dalam figura yang nampak mahal. Berjejer bersama anggota keluarganya. Dia, ayahnya yang tampak gagah, ibunya yang nampak anggun lalu adik perempuannya yang tidak lain dan tidak bukan adalah Frieska yang sama cantiknya. Dalam foto itu mereka tampak bahagia dan mereka mengenakan baju yang senada berwarna abu-abu. Foto yang akan membuat siapapun yang melihatnya akan beranggapan bahwa mereka adalah keluarga bahagia yang harmonis.
Dan secara diam-diam pula Nabilah menarik sudut bibirnya membentuk sebuah senyum manis yang dapat menyebabkan siapapun yang melihatnya terkena diabetes. (Wkwk hiperbola ya :-v)
Tiba-tiba Melody membalikan tubuhnya dan menghampiri Nabilah dengan wajah yang berbinar-binar bahagia. Saat itu pula, senyum itu berlalu dari wajah Nabilah dan kembali memasang ekspresi datar yang merupakan andalannya.
"Nabilah, jadi perempuan itu adik ku?" Tunjuknya pada Friska yang sedang mengobrol dengan Veranda. Entahlah mereka sedang bercengkrama tentang apa. Nabilah benar-benar tidak menyimaknya. Karna sedari tadi ia hanya memperhatikan tingkah laku konyol hantu itu.
Nabilah menolehkan kepalanya ke arah Friska lalu beralih lagi kepada Melody yang sedang menanti jawabannya dengan tidak sabar.
Nabilah menggelengkan kepalanya pelan dengan tatapan sebaiknya-kau-diam-saat-ini-aku-tidak-ingin-bicara-denganmu-aku-tidak-ingin-mereka-menganggapku-gila.
Melody mendesah pelan lalu memasang wajah cemberut di hadapan Nabilah "Ok baiklah... Saat ini aku tidak akan bicara padamu. Dan sekarang aku akan melanjutkan lagi tour keliling rumahku yang mewah ini." Lalu dengan langkah yang menggebu-gebu dia berjalan menuju ruangan lain yang Nabilah yakini sebagai ruang keluarga.
Setelah itu, Nabilah dan Veranda pun pamit pulang kepada Friska.
Dia tampak ceria meskipun kakak kandungnya hilang dan belum di temukan sampai saat ini...
Astaga Nabilah, apa yang kamu pikirkan? Mungkin saja ia menyimpan kesedihan itu di dalam hatinya.
Sungguh, sejak saat itu ia tak tahu lagi keadaan hantu itu bagaimana. Apa ia sudah menemukan apa yang ia cari? Apa ia sudah menemukan alasan kematiannya? Nabilah benar-benar tidak tahu.
_______________________________________
Hai semuanya, maaf ya baru muncul hehe.. oh iya, maaf juga kalo ceritanya makin aneh dan gak dapet feel-nya. Ternyata mengembalikan mood buat nulis lagi itu susah ya...