Angin berhembus kencang dan tiba-tiba saja selembar kertas yang tertiup angin tergeletak begitu saja di dekat kaki Nabilah.
Nabilah mengambil kertas itu. Lalu membacanya.
Kertas apa itu?" Tanya Melody.
"Tentang orang hilang." Jawabnya singkat tanpa menoleh ke arah Melody.
"Oh..." Gumam Melody pelan.
Lalu tiba-tiba saja Nabilah mengangkat kertas itu ke depan wajah Melody dengan mata yang masih terbelalak.
"O... Orang yang ada disini mirip sekali denganmu."
"Hah... Benarkah?"
Nabilah menganggukan kepalanya lalu mencoba membandingkan lagi foto itu dengan wajah Melody.
"Ya mirip sekali. Aku yakin ini kau." Ujar Nabilah yakin seyakin-yakinnya.
Melody meraih kertas itu dari tangan Nabilah dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Kemudian ia menyentuh foto yang konon mirip dirinya itu dengan telunjuknya. Mengusapnya dengan sangat hati-hati sekali. Seolah itu adalah benda rapuh yang akan hancur jika tersentuh.
"Benarkah... wajahku... seperti di gambar ini?" Tanyanya pelan nyaris seperti sebuah bisikan karena mendadak suaranya terasa begitu sulit untuk dikeluarkan.
Nabilah menganggukan kepalanya dengan mata yang masih mengawasi Melody.
"Jadi, seperti ini kah wajahku?" Tanyanya sedikit merenung dan lebih tertuju kepada dirinya sendiri. "Cantik juga." Lanjutnya, kemudian mengembang sebuah senyum dari bibirnya.
Melody menoleh ke arah Nabilah.
"Bagaimana Nabilah aku cantik kan?" Tanyanya dengan riang.Melody merasa perasaannya saat ini benar-benar tidak bisa diungkapkannya dengan kata-kata. Akhirnya ia bisa mengetahui bagaimana rupa wajahnya. Maklum saja, ia tidak bisa melihat dirinya sendiri walaupun di cermin.
Mendengar hal itu Nabilah sedikit menarik sudut bibirnya menjadi sebuah senyum tipis yang amat singkat. Hal yang sesungguhnya sangat jarang sekali ia lakukan. Bahkan Kak Ve saja sering menjulukinya dengan sebutan si muka masam menahun.
Melody menatap Nabilah dalam diam, lalu beberapa detik kemudian ia seperti menyadari sesuatu hal.
"Tunggu... Kau tadi... tersenyum ya?" Tanya Melody memastikan dengan ekspresi sedikit bertanya-tanya.
"Tidak!" Sergah Nabilah terlalu cepat seraya menggelengkan kepalanya. Berharap Melody percaya meskipun pada kenyataannya tidak.
"Bohong." Melody menatap Nabilah dengan mata yang disipitkan.
"Se... Serius." Bantahnya lagi dan terlihat salah tingkah.
"Aku tidak percaya. Kau tadi memang tersenyum kan?" Tanya Melody dengan mencondongkan wajahnya ke arah Nabilah.
Nabilah mendesah pelan. "Kau benar-benar membuatku merasa terpojok." Lalu raut wajahnya terlihat memberengut.
Melody menarik napas lega. Lalu menyandarkan punggungnya pada kursi taman berwarna hijau yang ia duduki, yang memberikannya pemandangan pada rumput hijau dan batu-batu kecil yang membentuk jalan setapak. "Syukurlah, ternyata kau masih bisa tersenyum. Asal kau tahu saja, aku bersyukur sekali atas hal itu." Ucapnya terdengar sedikit mengejek.
"Hey... Sudahlah, kau membuatku malu." Ujar Nabilah ketus dengan membuang pandangannya dari Melody.
Melody terkikik pelan. "Kau itu cantik kalau tersenyum. Jadi, mulai sekarang kau harus selalu tersenyum ya agar sama cantiknya denganku.