Changed

90 13 7
                                    

"Sayang, besok ulang tahun kamu, lho. Kamu mau hadiah apa?"

Seorang gadis menatap wajah kekasihnya. Gadis yang bernama Cantika itu dengan sabar menunggu jawaban yang akan terlontar dari bibir laki-laki di sampingnya.

"Cukup kamu ada di sampingku dan nggak bakal berpaling ke lelaki lain, itu sudah hadiah terindah menurutku."

Sungguh beruntung sekali nasib Cantika yang bisa meluluhkan hati laki-laki di sebelahnya tersebut.

Berbeda denganku. Nasibku sangat sial. Aku menyukai—ralat, aku mencintai laki-laki tampan itu yang bernama Stefan sejak dua tahun silam. Aku tidak berani mendekatinya. Selama ini aku hanya memerhatikan wajahnya dari kejauhan. Hingga pada akhirnya keadaan ini telah berubah semenjak satu minggu yang lalu, aku masih setia memerhatikan Stefan dari jauh.

Ingin sekali rasanya aku bisa bercakap-cakap dengan Stefan secara leluasa. Sebenarnya aku pernah berbincang-bincang dengannya. Tidak banyak yang dibicarakan dan kejadian ini hanya terjadi sekali dalam seumur hidupku.

Kejadian itu kualami sekitar setengah tahun yang lalu. Ia tidak sengaja menabrakku dan membuat minuman yang kupegang terjatuh. Dia meminta maaf kepadaku, lantas menggantikan minumanku dengan yang baru. Hanya sebuah anggukan dan kata 'terima kasih' yang kulakukan sebelum ia berlalu dari hadapanku. Itulah hari yang paling beruntung bagiku. Aku ingin kejadian itu terulang kembali, namun karena keadaan kini sudah berubah, kejadian itu tak mungkin terulang.

Aku membalikkan badan dan pergi menjauhi mereka. Mungkin ini adalah waktu yang tepat untuk berhenti berharap pada Stefan. Sampai kapanpun aku tak akan bisa bersama-sama dengan Stefan, karena aku tahu, duniaku dengan dunianya berbeda sejak satu minggu yang lalu.

The Way We TryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang