Hitam pekat. Gelap. Apa yang bisa kau rasakan? Cahaya memutariku, tapi tak sedikitpun aku dapat masuk ke dalamnya. Pelangi tersirat di depanku, apa yang bisa aku lakukan? Menatapnya dalam diam. Angin membelaiku, apa peduliku? Aku tetap tidak bisa memasukinya. Merah dan hitam. Dalam cahaya aku merah, dalam kehidupanku aku hitam.
Bisakah dua warna berbenturan dalam satu waktu? Bisakah kehidupan berlanjut tanpa adanya cahaya? Aku memang tidak bisa memasukinya, tetapi aku sadar, bahwa cahaya yang memasuki diriku. Aku merasa lengkap. Tapi apakah selamanya aku akan begini? Dalam diam, aku membantunya. Membantu cahaya mencapai tujuannya. Sedangkan aku? Cahaya membantuku, menuju tujuanku.
Di dunia ini, semua mempunyai tujuan. Angin yang berembus, mentari yang bersinar, semburat jingga yang bermekaran, begitupula aku. Jangan lupa, cahaya pun juga mempunyai tujuan. Kami saling berkaitan, bergandeng tangan dalam semu. Aku bagaikan poros bumi, yang selalu dikelilingi berbagai macam keajaiban. Tapi apa? Tak sedikitpun aku berterimakasih pada mereka. Aku tidak bisa membalasnya. Aku merasa lebih rendah dari cahaya.
Dalam diam, aku lemah. Cahaya menguatkanku. Aku menguatkannya. Tanpa cahaya, warnaku tidak akan berubah. Dengan cahaya, warnaku melebur bersama warnanya. Bisakah kalian menerima hidupku? Takdir yang dibawa kuasa untukku, bisakah kalian mencobanya? Bisakah kalian merasakan apa yang aku rasakan? Bisakah?
Bisakah kalian merasakan apa yang cahaya rasakan? Bisakah kalian melihat saat merah dan hitam melebur menjadi satu?
Bisakah, laki-laki yang tidak mempunyai alat untuk berjalan, seperti cahaya, hidup tanpa aku, seorang gadis yang tidak bisa melihat apa-apa dalam hidupnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way We Try
RandomMencoba membuat cerita yang antimainstream. Eh ternyata malah gagal. Akhirnya buku ini jadi seonggok buku percobaan yang gagal. Kalo jelek sih tolong dimaklumin, namanya juga percobaan. Challenge 3 WOW [Reborn] : The Way We Try [[Lapak The Way We T...