Orang-orang itu terkejut. Beberapa dari mereka sibuk merapikan tempat itu dan beberapa sibuk menyambut.“Selamat pagi, Paduka,” kata Steele kebingungan, “Maaf tempat ini kotor.”
“Selamat pagi,” balas Elleinder, “Apakah kalian dapat tidur nyenyak?”
“Ya, Paduka.”
“Apa yang sedang terjadi hingga keributan kalian terdengar sampai ke kapal induk?”
“Maafkan kami, Paduka,” Steele merasa bersalah.
“Beberapa dari kami tiba-tiba memutuskan untuk makan pagi dengan ikan bakar. Tetapi dari tadi kami belum mendapat seekor pun. Itulah yang membuat kami ribut. Kami sungguh menyesal telah menganggu istirahat Anda, Paduka.”
“Tidak apa-apa, Steele,” kata Elleinder, “Kami ke sini bukan untuk marah tetapi untuk ikut makan pagi dengan ikan bersama kalian.”
Elleinder melihat sekeliling.Beberapa orang tampak menanti umpannya dimakan ikan dan beberapa yang menyadari kedatangan mereka, sibuk merapikan peralatan untuk segera menyambut.
“Sudah lama aku tidak memancing,” kata Elleinder tiba-tiba, “Masih ada alat yang tersisa?”
“Ada, Paduka,” kata Steele.
Kemudian Steele memanggil seseorang yang berada di dekat mereka.
Elleinder melihat Illyvare.
“Engkau mau di sini atau ikut bersamaku?” Sebelum Illyvare menjawab, Elleinder berkata, “Aku tahu engkau pasti ingin ikut bersamaku.” Illyvare tak menanggapi.
Tak lama kemudian seseorang mendekati Steele sambil menyerahkan sebuah alat pancing.
“Ini alatnya, Paduka,” Steele menyerahkan dengan hormat.
“Terima kasih, Steele.” Illyvare mengikuti Elleinder ke tempat prajurit yang lain memancing.
Prajurit-prajurit itu segera berdiri dan membersihkan bebatuan itu.
“Silakan duduk, Paduka,” kata mereka hampir bersamaan.
“Tidak perlu bersikap seperti itu. Kali ini aku hanya seorang pemancing biasa seperti kalian,” kata Elleinder, “Mari kita memancing.”
Elleinder duduk diikuti prajurit lainnya yang telah memancing di sana sejak tadi.
“Berapa banyak ikan yang kalian dapatkan?” tanya Elleinder sambil menanti umpannya dimakan ikan.
“Kami hanya mendapat sedikit, Paduka.”
“Sepertinya ikan-ikan di tempat ini tahu akan dipancing sehingga kabur semua,” gurau yang lain.
“Kalian kurang bersabar. Memancing membutuhkan kesabaran.”
Mereka mengeluh panjang.
Elleinder tertawa.“Kalian tidak bersabar seperti itu bagaimana bisa mendapat ikan?”
Illyvare melihat pancing Elleinder bergerak-gerak, ia memegang lengan pria itu.Elleinder menoleh. Ia melihat Illyvare memandang laut kemudian mengikuti pandangan gadis itu.
“Rupanya aku telah mendapat seekor,” kata Elleinder menarik pancingnya.
Elleinder melepas ikan yang menggelepar-gelepar itu. Illyvare mengambil ember di sampingnya.
“Anda beruntung, Paduka. Anda telah mendapatkan seekor sedangkan kami yang sejak tadi di sini belum mendapatkan apapun.”
“Kalian harus bersabar.” Elleinder melemparkan kailnya.
Pagi ini Elleinder beruntung. Lebih beruntung daripada prajurit-prajuritnya yang lain. Ketika orang banyak itu menanti ikan mengambil umpannya, Elleinder telah mendapatkan beberapa ekor.

KAMU SEDANG MEMBACA
Topeng Sang Puteri
Ficção HistóricaAUTHOR BY SHERLS ASTRELLA Siapa yang berkata ini adalah ide gila? Ini adalah rencana hebat! Tidak ada yang berani menyerang kerajaan makmur itu. Kekuatan bersenjata kerajaan kecil itu terlalu tangguh untuk diremehkan. Pasukan rahasianya terlalu kej...