“Aku merasa engkau sedang berbohong padaku, Illyvare,” gerutu Elleinder ketika istrinya memaksanya duduk diam di Ruang Rekreasi Istana Vezuza.Illyvare tersenyum dan berkata tenang, “Tidak ada yang kusembunyikan padamu.”
“Aku juga belum mendapat penjelasan mengapa engkau tiba-tiba pulang tanpa memberitahu lebih dulu?” Raja Leland mengingatkan.
“Saya ingin menunjukkan bakti saya pada Anda, Ayahanda.”
“Dengan pulang tiba-tiba dan memaksa kami duduk diam sementara engkau berputar-putar ke sana kemari seperti kincir angin?” gerutu Raja Leland.
Illyvare diam saja.
Elleinder tersenyum. Seperti itulah perinya. Selalu diam bila merasa tidak perlu mengatakan apa pun.Gadis itu sibuk membantu para pelayan menata makanan di meja ruangan itu.
Elleinder terus memperhatikan punggung istinya itu.“Sebenarnya apa yang sedang direncanakannya?” tanya Raja Leland tiba-tiba.
“Saya tidak tahu. Ia juga tidak mengatakannya pada saya.”
“Makan malam sudah siap,” kata Illyvare melaporkan. Illyvare mendekati Elleinder dan menariknya berdiri lalu beralih pada ayahnya.
“Apa yang membuatmu berubah sejauh ini?” tanya Raja Leland heran.
“Tidak ada,” jawab Illyvare tenang.
Namun di matanya Elleinder melihat gadis itu menyembunyikan sesuatu. Illyvare tahu yang dipikirkan Elleinder dan berkata, “Mari makan malam telah menanti kita.”
Illyvare memeluk lengan Elleinder di tangan kanannya dan memeluk lengan ayahnya di tangan kirinya.
“Apa yang membuatmu berubah?” tanya Elleinder keheranan.
“Tidak ada,” jawab Illyvare tenang, “Aku hanya senang dapat pulang di malam Natal dan makan malam bersama keluargaku.”
Raja Leland tiba-tiba berhenti dan berkata tegas, “Sebelum engkau mengatakan apa yang kaurencanakan dari kami, aku tidak mau makan.”
Elleinder melihat Raja Leland menatapnya dan berharap ia melakukan hal yang sama.
“Aku juga tidak mau makan bersamamu kalau engkau tidak mengatakan apa yang sedang kaurencanakan.”
“Aku tidak merencanakan apa-apa,” kata Illyvare tenang, “Ayo kita makan.”
“Aku tidak mau, sayang. Engkau harus mengatakan dulu apa yang kausembunyikan dari kami,” kata Elleinder bersikeras.
“Tidak seorangpun yang mau makan bila engkau tetap menyembunyikannya,” tambah Raja Leland tegas.
“Aku tidak merencanakan apa pun,” kata Illyvare merajuk, “Sungguh.”
“Katakan padaku, sayang, apa yang kausembunyikan dari kami,” bujuk Elleinder lembut, “Atau tidak ada makan malam bersama di malam Natal ini.”
Illyvare menatap kedua pria yang disayanginya itu bergantian.
“Kalian jahat,” katanya semakin merajuk.
“Ayolah katakan,” bujuk Elleinder.
Untuk kesekian kalinya Illyvare mendengar perkataan, “Kalau engkau tidak mengatakannya, kami tidak mau makan.”
Illyvare memandang kesal ayahnya lalu Elleinder dan berkata, “Baiklah. Aku memang menyembunyikan sesuatu tetapi aku ingin memberikannya tengah malam nanti. Aku ingin memberi kalian hadiah Natal yang paling indah dalam hidup kalian.”“Katakan saja sekarang,” desak Raja Leland, “Aku tidak akan mau membuka mata sampai tengah malam. Setelah menyantap semua makanan enak yang kausediakan itu, aku tidak yakin dapat membuka mata.”

KAMU SEDANG MEMBACA
Topeng Sang Puteri
Fiction HistoriqueAUTHOR BY SHERLS ASTRELLA Siapa yang berkata ini adalah ide gila? Ini adalah rencana hebat! Tidak ada yang berani menyerang kerajaan makmur itu. Kekuatan bersenjata kerajaan kecil itu terlalu tangguh untuk diremehkan. Pasukan rahasianya terlalu kej...