3

33 10 0
                                    

"Kita akan kemana?" Tanyaku pada Harry.

"Kita cari toko terdekat" balasnya.

"Memangnya apa yang akan kau berikan?" Tanyaku.

"Kalung?" Tanya Harry balik. Oh.

"Kay" balasku singkat.

*At the store*

"Menurutmu yang mana yang bagus?" Tanya Harry sambil memegang dua kalung yang berada di tangan kanan dan kirinya.

"Menurutku? Aku tidak suka memakai perhiasan" balasku.

"Setidaknya mana yang terlihat lebih bagus?" Tanya Harry lagi.

"Menurutmu dia suka yang mana?" Tanyaku balik.

"Mengapa kau jadi menyebalkan?" Ucapnya. Aku hanya mengangkat bahuku.

"Aku membutuhkan bantuanmu Halia" lanjutnya

"Tapi aku tidak suka keduanya, yang itu lebih baik" ucapku, aku pun menunjuk satu kalung yang berada di barisan paling belakang pojok. Sang owner pun mengambil kalung tersebut dan memberikannya pada Harry.

"Bisa dicoba, itu pasti akan terlihat cantik pada pacar anda." Ucap sang owner. Deg...pacar.

"Haha no, she's not my girlfriend" balas Harry dan tersenyum ramah. Aku hanya tersenyum. Bagitu pahit kenyataanku.

Setelah Harry membayar, kami langsung beranjak dari tempat tersebut. Saat ini kami sedang berada di restoran, Harry menawarkanku. Awalnya aku tidak mau karena aku pikir aku masih mempunyai waktu untuk pergi ke kafe walaupun hanya tersisa 1 jam tapi Harry melarangku, ia bilang tidak ada gunanya lagi aku balik kesana, jarak kami dari sini ke kafe kira-kira 30 menit. Aku pun menyutujui permintaannya.

"Kau ingin makan apa?" Tanya Harry padaku sambil memegang menu.

"Samakan saja denganmu." Balasku, ia hanya mengangguk.

---

Seharian ini sejak aku tiba di kampus, aku belum melihat batang hidung Harry. Biasanya ia berada di kafetaria, aku juga sudah mengirimkan pesan padanya tetapi tidak ada balasan. Mungkin dia tidak masuk hari ini. Tetapi saat aku sedang menyantap makananku, aku melihat pemandangan yang sangat tidak terduga. Itu Harry, ia baru saja masuk ke kafetaria bersama...Addison. Oh, rupanya mereka sedang menghabiskan waktu bersama. Aku dengan cepat menundukkan kepalaku agar tidak terlihat oleh Harry, aku tidak mau perasaan sakit itu datang lagi.

"Hi Halia, kami bisa gabung?" Aku mengangkat kepalaku dan mendapati Harry dan Addison yang kini telah berdiri di depanku. Sial....

"Sure" balasku dengan terpaksa. Addison hanya tersenyum.

"Apa kalian saling kenal?" Tanya Addison tiba-tiba saat kami sedang menyantap makanan masing-masing.

"Ya, dia temanku" jawab Harry, aku tersenyum dan menjulurkan tanganku.

"Halia" ucapku padanya, ia membalas juluran tanganku.

"Addison" ucapnya, aku pun berkata...

"I know you" dan menyunggingkan senyuman kecil.

"Okay, tapi aku sepertinya pernah bertemu denganmu(?)" ucapnya tidak yakin.

"Yeah, di cafe The Wellington" balasku sambil menyebutkan nama cafe tempatku bekerja, mungkin ia dapat mengingatnya. Wait....mengapa aku berharap ia dapat mengingatku?

"Oh i remember.... Jadi kau kuliah disini ternyata" ucapnya sarcasm, aku tidak tahu jika ini hanya perasaanku saja atau tidak.

Setelah perkenalan singkatku tadi dengan Addison, aku memutuskan untuk beranjak dari situ dengan alasan aku akan pergi ke cafe. Harry terlihat percaya saja dan membiarkanku pergi.
Aku sekarang sedang berada di perjalanan menuju cafe. Saat tiba disana aku langsung bertemu dengan Kenna.

What is love. || H.STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang