9

5.2K 257 9
                                    

Mohon maaf gaes , babnya aku revisi dikit - dikit karena tulisan aku dulu tuh ternyata berantakan banget. Terimakasih yang sudah nunggu ya....





Rian mengajakku untuk ikut hadir di acara ulang tahun perusahaan tempat dia bekerja. Semua karyawan di Aljabar - perusahaan dimana Rian bekerja - di harapkan bisa datang bersama keluarga. Tahun - tahun sebelumnya juga seperti itu , tapi tahun ini pertama kalinya aku ikut karena sudah menjadi istrinya. Rian biasanya datang sendiri , tanpa didampingi siapapun.

Aku mengenal beberapa orang di Aljabar , seperti Malik , Danu dan Nandang , mereka semua teman Rian yang sering jadi teman nongkrong juga.  Beberapa kali sempat makan bareng pas acara ulang tahun Danu dan pernikahan Nandang 7 bulan lalu. Selebihnya sih aku belum ketemu lagi karena mereka sama - sama sibuk dengan pekerjaannya.

"Kalau bawa gandengan kan enak , gak dipepet terus sama mantan!" Danu menggoda dengan nada suara yang keras. Aku hanya tersenyum menanggapi , walaupun mengenal mereka tapi aku tidak begitu dekat. Jadi aku masih berusaha menjaga sikap , lagipula tidak enak kalau jadi bahan perbincangan nanti. Kalau nama baik Rian jadi jelek karena aku , bagaimana? Walaupun aku tahu yang dimaksud adalah mantan Rian.

"Yang mepet juga paling si Malik , kan Malik doank yang betah jomblo." Sambung Nandang yang sekarang juga datang bersama istrinya. Jadi kami para istri hanya melihat live show para suami.

"Daripada si Ola?!" Sambung Malik yang langsung dapat jitakan dari Danu karena ucapannya. Dasar lelaki.

"Ola siapa?" Celetuk Nisa istri Danu yang ada disampingku. Nisa pasti belum mengenal Ola , aku saja baru tahu namanya dari Rian kalau ketemu langsung belum hanya dengar cerita - cerita saja.

"Itu loh mantan Rian , cewek most wanted di Aljabar, sepupunya yang Direktur." Jawab Malik.

Heh?
Aku langsung melirik Rian yang wajahnya masih aja kelihatan santai. Dia gak pernah cerita lho kalau Ola itu most wanted dan sepupunya salah satu direktur  Aljabar. Merasa ditatap olehku , dia menatap balik.

"Apa?" Tanyanya kalem dan lempeng.

"Kok gak pernah cerita?" Tanyaku cemburu. 

Harusnya sih aku biasa saja , tapi ya mendengar ternyata sainganku lebih berat pasti penasaran juga. Yang aku tahu , Ola itu sekelasku lah, cuma staff aja di kantor gak punya peranan penting.

"Ah si Malik nih bikin perang dunia ke III aja." Danu memperhatikan kami.

"Apanya yang mau diceritain?" Tanyanya balik kepadaku.

"Tenang aja kali Mel , sama Ola mah masa lalu. Makanya kan jadi nikahnya sama lu." Itu Nandang yang ngomong , dia sih pasti membela Rian.

"Penasaran aja." Jawabku berusaha bersikap biasa.

"Canda doank ah Mel!" Balas Malik.
Para cowok itu gak pernah sadar , bahwa bercandanya mereka kadang membuat hati sensitif kaum hawa seperti kami meradang, Apalagi kalau ngomongin mantan , lagi dimanapun pasti telinga tiba - tiba tajam.

Tiba - tiba otak sinetron aku berjalan , bagaimana nanti kalau Ola  mengancam Rian agar menceraikanku? Bagaimana nanti kalau Jabatan Rian dipertaruhkan?

Ooooh stopppppp! Kembali sadar Mel!

Sepulangnya dari gedung Aljabar , didalam mobil aku masih saja kesal. Dasar wanita memang apa - apa dibawa perasaan. Rian menatapku lalu dia menghela nafas ,dia mungkin lelah melihat kelakuanku yang seperti ini. Pikiran dia kan pasti menganggap hal tadi itu sepele. Apalagi tadi aku juga melihat bagaimana wujud penampakan Ola , cantik , elegan , seksi , bikin kacau! Dia juga sempat melihat ke arahku saat berdampingan dengan Rian. Dia pasti merasa kasihan pada Rian karena mendapatkan pengganti dirinya yang seperti aku. Kalau tahu sainganku sekelas itu , aku tadi bisa pakai pakaian lebih bagus dan dandan lebih cantik lagi.

"Kamu tuh mau aku cerita apa?" Tanya Rian saat lampu merah menyala dan mobil kami tertahan sementara.

"Ternyata Ola sepupunya Direktur kan?"

"Ya terus kalau kamu udah tahu , kamu mau ngapain?"

Pertanyaan macam apa sih itu?Tapi iya juga , aku mau ngapain? Ya aku emang bisanya ngapain? Cuma meratapi nasib aja. Yang aku tahu , sempat baca di koran , keluarga besar Aljabar itu rata - rata pengusaha , konglomerat. Jadi aku itu pasti nilainya dimata Rian dibawah Ola kan?
Sebelum aku menjawab , lampu sudah hijau. Sepertinya lebih dari 60 detik aku berpikir untuk menjawab pertanyaan Rian. Otakku tiba - tiba blank , kalau aku bandingin diri sendiri sama Ola ya jelas aku kalah kemana - mana dan cuma bikin insecure.

"Saingan aku berarti berat." Jawabku jujur.

"Kalian saingan apa emangnya? Kenal aja enggak!"

Aku mendelik , tapi iya sih.

"Berarti aku harus mulai hati - hati , kali aja kamu dipepet lagi persis seperti yang Danu bilang tadi."

"Kamu tuh ngelakuin hal yang sia - sia."

"Apa salahnya hati - hati?"

"Hati - hati sih gak masalah , tapi buat apa kalau sama Ola? Kamu itu istriku , sudah ku nikahi , ngapain harus saingan sama orang lain yang jelas gak halal buat aku?" Jelasnya sambil bertanya kepadaku. Mungkin Rian memang benar , tapi sebagai wanita ,hati kami itu sensitif sekali.

"Aku kan cuma antisipasi."

"Udahlah gak usah dibahas lagi , kami itu sudah selesai sebelum kita pacaran . Jadi tolong , percaya sama aku , suami kalau dicurigain terus juga nanti bisa jengah. Kalau kecurigaannya nanti jadi beneran gimana?" Apa? Aku melotot ke arahnya , kupukul lengannya keras.

"Awas aja, aku sunat kamu!" Dia malah tertawa keras lalu mengusap rambutku dengan sayang.
Jangan sampai deh....

"Habisnya gitu aja dicurigain. Kamu juga pasti punya mantan kan? Kayak Handy misalnya."

"Handy kan gak lebih baik dari kamu."

"Ola juga gak lebih baik dari kamu. Dia mungkin nyaris sempurna di mata kamu , tapi gak bisa nyempurnain hidup aku. Cuma kamu yang bisa nyempurnain hidup aku , kamu itu special buat aku." Ya ampun Rian itu jarang banget bisa gombal begini , kayak anak ABG aja aku sampai bersemu - semu.

"Emang aku martabak , spesial? Gombal banget!"

"Kok gombal? Beneran lho!"

"Maafin aku ya cemburuan terus , aku kan sayang sama kamu Mas." Jawabku jujur.

"Iya , Mas juga sayang sama kamu. Jadi Mas juga takut kehilangan kamu."

Cup

Karena jalanan merayap jadi Rian masih bisa mengecup bibirku sambil tangannya tetap pada kemudi mobil.

"Ih! Curi kesempatan."
Dia hanya nyengir sambil melakukannya sekali lagi. Aku tertawa tapi langsung menyambutnya , kali ini sedikit bermain sebentar sebelum akhirnya kami tertawa lepas , menertawakan kelakuan kami tepatnya kelakuanku sih.

____________

TBC


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 22, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PONDOK MERTUA INDAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang