7

4.9K 249 3
                                    

Mengandung Unsur dewasa...

.

.

Hari ini adalah weekend. Aku berencana untuk tidur sedikit lebih lama , tapi Rian membangunkanku untuk ikut olahraga di Taman Kota yang jaraknya hanya 2 km dari rumah. Sebenarnya malas sekali , tapi daripada dirumah ketemunya sama Ibu jadi aku ikut.
Terakhir aku olahraga itu pas ada jalan sehat dari kantor , sebabnya aku juga masih punya celana training karena itu. Dulu sih pas jaman sekolah ada pelajaran penjaskes , jadi terpaksa harus ikut. Kalau semenjak kuliah terus kerja, boro - boro inget. Yang ada makin menggencarkan slogan Libur sama dengan tidur.

Rian memakai kaos dan celana olahraga selutut dengan sepatu sportnya yang pas dia beli bikin aku ngomel bulan kemarin. Sementara aku ala - ala atlet amatir. Seadanya.

"Aku gak ada sepatu." Ucapku saat sekarang kami sedang memilih salah sepatu di rak khusus sepatu milikku. Tak ada satupun yang cocok.

"Pake punya Indri dulu aja." Usul Rian menggampangkan. Sebenarnya males juga pake punya Indri , tapi aku juga gak ada sepatu. Indri kan anak Pecinta Alam , sepatunya banyak.

"Entar dia ngomel!" Rian tak bergeming , dia sibuk memilih sepatu Indri yang sekiranya cocok untukku.

"Nih pake." Dia menyimpan sepatu di depan kedua kakiku.

"Mas , aku liatin aja kamu deh." Usulku setelah menimang beberapa detik.

"Ngapain ngeliatin orang joging? Olahraga kan buat kesehatan juga yang , gak liat apa itu perut mulai banyak lemak?"

Heh?
Apa maksudnya? Jadi Rian udah mulai komentar masalah perut aku? Iya sih perutku emang gak sedatar papan penggilasan , tapi gak juga bergelambir begitu. Mentang - mentang badannya bagus , punya aku jadi diejek.

"Gimana nanti kalau aku udah punya anak? Perutku nanti bergelambir , badanku gombyor , dadaku turun. Aku sangsi kamu masih mau terima aku!" Seruku kesal.

"Duh salah kalau komentarin penampilan cewek. Udah ah , aku mau manasin motor bentar." Rian meninggalkanku dan berlalu ke depan , karena jarak ke Taman Kota tidak terlalu jauh , kami memutuskan untuk naik motor saja. Naik mobil kan ribet , lagian juga deket. Mungkin kalau gak bareng aku , Rian bisa saja joging juga dari rumah.

Aku mengikutinya setelah aku selesai dengan sepatuku. Meskipun kesal tapi ya apa salahnya sih dengerin dia tadi ? Dirumah juga mau ngapain ,kan!

______

Sesampainya disana , Rian memimpinku untuk pemanasan terlebih dahulu. Padahal pas nyampe aku udah gak niat joging , banyak tukang jajanan soalnya. Tapi katanya kalau hari ini gak terlalu ramai , ramainya di hari minggu. Kami memulai joging memutari Taman Kota ini , satu putaran aku masih kuat , kami beriringan bersama. Pas sudah hampir 3 putaran aku mulai ngos - ngosan dan memilih melipir ke pinggir. Aku akhirnya hanya jadi penonton , melihat Rian yang belum menyerah membakar lemak.
Hampir satu jam aku menunggunya , aku bahkan sudah beli minum dan makan sosis. Niat bakar lemak malah jadi nimbun lemak.

"Mauuuuu!"

Aku melihat Rian dari jauh sudah selesai dari olahraganya , dia membawa minuman dingin ditangannya. Padahal aku sudah beli minuman , tapi masih aja ngiler sama jus jambunya.

"Udah beli juga kamu." Jawabnya seolah aku tidak boleh minta ,tapi tetap saja Rian memberikannya untuk ku minum.

"Gak manis!" Rasanya kurang manis , padahal warnanya menggoda.

"Sengaja aku beli gak pakai gula."

Oiya aku lupa , dia ini si sok sehat. Mau tidak mau aku juga sedikit menyesuaikan diri setelah menikah dengannya.

"Aku mau siomay , boleh?" Tanyaku.

"Kamu joging gak seberapa lama , malah nimbun lemaknya banyak." Protesnya.

Aku cemberut mendengar jawabannya.
"Emang perut aku gede ya Mas?"

"Lumayan lebih gede dari pertama aku liat." Jawabnya lagi. Ya pertama dia lihat perutku kan pas malam pertama. HIHI.

"Kamu gak suka ya?"

"Aku bukan gak suka perut kamunya , tapi dijaga biar gak kebanyakan nimbun lemak kan gak ada salahnya? Badan kamu sehat kan buat kamu juga." Jelasnya.

Tapi aku ini emang suka makan dari jaman dulu , apalagi ngemil sambil nonton drama korea. Beuh! Nikmat banget.

"Kalau kamu gak suka nanti cari perut yang lebih ramping." Aku mulai menyuarakan kekhawatiranku yang sebenarnya tidak terlalu perlu karena aku tahu Rian hanya asal ngomong aja.

"Ya gak segila itulah aku!" Jawabnya cepat.

"Kita kan-"

"Udah ah , mending pulang aja. Kamu mulai ngaco kalau kebanyakan micin!"

_________

Sehabis dari Taman Kota , bukannya mandi , Rian malah mepetin aku ke pojok kamar. Langsung cium bibir aku , aku yang masih shock karena Rian tiba - tiba melakukannya masih gelagapan.

"Mas...kamu....lepasin dulu donk!" Bentakku dengan suara kecil.
Kulihat wajahnya penuh gairah , tapi aku gak tahu karena angin apa ,datang - datang langsung diserang. Badan kami masih lengket.

"Kamu mau nolak suami?"Tanyanya menatapku.

"Ya...gak- Mas...aduh!" Bukannya berhenti , sekarang malah leher aku yang jadi sasaran.

"Aku udah gak bisa nahan nih , mau nolak?" Tanyanya mulai kesal. Cowok kalau udah dikuasain nafsu emang suka aneh.

Tapi Rian ini setidaknya tidak begitu sering minta jatah sih , termasuk teratur orangnya. Baru kali ini aja nih seperti ini. Bingung ,  tapi mau gimana lagi namanya juga suami kan.

"Ya nggak gitu Mas , nanti malem-"

"Gak ada nanti malem Yang , setengah jam kelar kok." Jawabnya langsung kembali menciumku. Aku tuh gak pernah bercinta pas siang hari. Selain kami emang gak ada kesempatan emang kayaknya gak tepat aja.
Aku yang harus selalu sigap melayani suami  hanya bisa menerima. Lagian juga ya pengalaman barulah.

"Ibu-"

"Udah gak apa - apa."

Rian menciumku lagi , lalu aku kini sudah mulai membalasnya. Aku masih gelagapan kalau sudah main lidah , apalagi kalau tangannya udah dipinggangku ngelus ngelus gak beraturan.

Aku mulai kehilangan keseimbangan , kehilangan kekuatan , rasanya kaki udah kaya jelly aja.

"Pindah ke ranjang ya?"
Ajakannya hanya ku balas dengan anggukan saja.

Diranjang ,Rian langsung melucuti pakaianku. Lagian aku juga udah gak nyaman sama baju aku. Keringetnya baru kering udah dibikin keringetan lagi.
Aku tiba - tiba ingat tentang lemak di perutku , jadi refleks ku tutupi perutku.

"Ini nanti bakalan jadi tempat ternyaman anak aku , buncit gak masalah." Ujarnya tiba - tiba sambil mengecup perutku setelah tanganku disingkirkannya.

Aku cuma bisa mendesah , masih sedikit sadar karena aku tidak boleh terlalu keras. Nanti orang rumah denger , ya walaupun mereka sedang di ruang tengah semua.

Dan selanjutnya aku hanya bisa mendesah pasrah dibawahnya. Tolong ingatkan Rian tentang "setengah jam kelar" nyatanya setengah jam itu cuma buat grepe - grepe doank .
Pas keluar kamar buat mandi , aku dibuat malu dengan celetukan Ibu.

"Lain kali kamu pasang kedap suara aja Yan."

Tuh kan tadi pasti kedengeran orang rumah. Lagian sih siang - siang ngajakin ngamar . Rian sih bisa cuek bebek ngadepin Ibu sama yang lainnya , kalau aku? Kalau bisa aku mau ngumpet di kolong ranjang aja. Besok - besok jangan sampe deh siang - siang lagi. Malunya bikin muka kepanasan.

.

Tobecontinue

Ini ada beberapa adegan yang kuhapus karena merasa terlalu vulgar. Wkwk

PONDOK MERTUA INDAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang