1

12.4K 344 9
                                    

Sejak aku lulus di Universitas lalu mendapatkan pekerjaan di Jakarta , saat itu juga aku memutuskan untuk tinggal jauh dari Orang Tua. Menjadi anak perantauan dan tinggal disebuah kosan khusus perempuan , amanat Mama saat melepaskan aku ke Jakarta.
Hidup menjadi anak kos adalah hidup yang paling tidak teratur , bisa bangun siang di hari libur bahkan mungkin sampai tidak mandi seharian. Makanya saat aku menikah dan tinggal di rumah mertua , aku tidak bisa beradaptasi. Selain karena mertuaku perfectionist itu juga karena hidupku yang terlalu simple. Mana pernah aku masak saat aku jadi anak kos?
Ya , aku memang pengantin baru. 2 bulan lalu aku resmi menjadi Nyonya Bachtiar , setelah selama 2 tahun kami saling mengenal dan berpacaran. Usiaku dengan Rian , suamiku , terpaut 2 tahun saja. Dan sebagai pengantin baru , aku masih tinggal di Pondok Mertua Indah. You know what i mean , yeah.
Suamiku , Riansyah Bachtiar adalah anak lelaki satu - satunya di keluarganya. Memiliki seorang kakak perempuan yang dibawa suaminya ke Magelang dan seorang adik perempuan yang juteknya minta ampun.

 
"Besok kata Ibu kamu ikut arisan keluarga di Kebon Jeruk. Sekalian dikenalin ke keluarga besar , biar lebih akrab." 

Mas Rian berbicara sambil merapikan pekerjaan kantor yang dia bawa pulang ke rumah. Aku mendengarnya malas ,  besok hari libur dan aku berencana untuk memanjakan diri pergi ke salon bersama Uci , sahabatku.


"Harus banget ya Mas? Aku mau ke salon , mau pijet juga." Jawabku masa bodoh.


"Coba tanya Ibu saja , besok bisa gak kamu gak ikut.?"


"Lagian kan aku udah kenal sama keluarga kamu. Pas nikahan kan datang semua."


Keluarga Rian itu memang keluarga besar. Ayah dan Ibu mertuaku asli Yogyakarra ,  memiliki 4 adik yang semuanya ada di Jakarta . Ayah mertuaku seorang pegawai negeri sipil dan sudah pensiun , bisa tinggal di Jakarta karena mutasi saat dulu. Sekarang meskipun seorang pensiunan , Ayah punya bengkel di Tangerang yang dikelola oleh keponakannya dan memiliki karyawan 4 disana.


"Ya udah coba aja besok ngomong sama Ibu."


"Kamu aja deh Mas...." jawabku memelas. Kalau aku yang ngomong mana bisa lolos.


"Ke salon kan bisa sore yang."


"Sore kan Uci mau pergi sama Haris. Gak ada temen aku."


"Mas yang anter." Jawabnya.

 
Masalahnya bukan karena itu juga sih , tapi karena memang aku gak mau pergi sama Ibu. Apalagi arisan keluarga , hadeuh bisa mati bosan aku.


"Bantuin aku kek ngomong. Ibu pasti gak bakalan ngasih kalau aku yang ngomong."


"Arisan kan gak tiap minggu yang , sebulan sekali. Semua itu bertujuan agar keluarga besar tetap menjalin silaturahmi." Jelasnya kepadaku.


"Aku juga tahu."


"Nah itu tahu."


"Tapi aku udah janji sama Uci , Ibu juga gak konfirmasi ke aku bisa apa nggak.?"


"Kan Ibu pikirnya besok libur."


"Ya kalo libur , kalo lembur gimana?"


"Buktinya kamu gak lembur."


"Udah ah , males ngomong sama kamu!" Jawabku kesal. Ibuuuu terus yang dibelain , ya kali istrinya juga mau!Emang bener ya , katanya dan kenyataannya , kalo anak perempuan sudah nikah itu milik suami , kalau anak lelaki sudah nikah tetep milik Ibunya.
.
.

Makan malam di keluarga Bachtiar memang paling tertib. Duduk manis di meja makan , tanpa suara sendok dan piring. Sesekali kalimat terucap ,tapi tidak sampai menggosip. Hal yang tak pernah aku lakukan bahkan kalaupun aku di rumah Mama di Bandung.


"Itu airnya Rian coba diisi." Celetuk Ibu mertuaku saat melihat gelas anaknya kosong. Tanpa menjawab apapun , aku tuangkan air ke gelas Mas Rian. Kalau dia sih cuma diam menikmati makanan , apalagi ada terong balado makan gak inget orang lain.


"Sekalian nasi donk yang." Tambah Mas Rian .


"Terongnya juga?"


"Iya , kerupuk udangnya juga." Sekalian aja Mas ayamnya juga , capcaynya juga , centongnya juga.

 Semenjak aku menikah ,aku jadi tahu kalau Mas Rian itu type lelaki yang harus dilayani banget. Oke , memang tugasku sih. Tapi sampai hal - hal kecil kaya kaus kaki juga minta aku yang ambil. Kebiasaan baru yang mulai aku pahami.


"Besok jangan lupa jam 8 harus sudah siap. Arisannya mulai jam 10 , gak enak kalau datang terlalu mepet waktu." Ujar Ibu tiba - tiba. Tenggorokanku sudah ingin protes.


"Bu...." sedikit menjeda saat Ibu menatapku , " Besok Amel udah ada janji sama temen." Ibu mengerutkan kening begitupun bibirnya ikut mengerut.

 
"Janji apa ?"


"Mau temenin temen Amel ke - " alasan yang bagus Mellll , " rumah sakit." Bwahhhhh .


"Kenapa temen kamu?"


"Eum...hamil tua Bu. Suaminya lagi dinas di luar kota."

 
"Emang dia gak punya saudara sampai harus kamu segala?" Masih kepo nih.


"Dia pendatang Bu , sama kaya Amel." Padahal jelas - jelas Uci asli betawi , Ibu Bapaknya asli turunan Pitung.


Ibu tampak sejenak berpikir.


"Ya sudah temani saja , kasihan." Jawabnya. Dan aku langsung sumringah lalu mengucapkan terimakasih.

Ya ampun , maafin aku Ya Allah abisnya bingung banget sampe bilang Uci hamil. Padahal dia nikah aja belum. Haha. Kalau Uci tau bisa digetok aku kayak sangkuriang.

"Habis ini tolong beresin meja makannya ya , jangan langsung kabur ke kamar." Lanjut Ibu. Tapi tak apalah , tidak seberapa kalau besok aku bisa pergi sama Uci , mau ngepelpun aku kerjakan Buuuu.


"Iya Bu."

-
Bersambung.

Kali ini segini dulu , liat respon dulu. Makasih

PONDOK MERTUA INDAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang