Chapter 3

1.4K 221 17
                                    

H's pov.

Kendall, dia mencoba untuk bunuh diri. Untung saja, firasatku buruk tentang Kendall dan langsung saja aku menuju kesini. Sekarang aku dimana? Jelas aku dirumah sakit, menunggu reaksi Kendall yang tidak bangun-bangun dari tidurnya ini.

Begini, aku jelaskan.

Ketika kalian ingin mencoba bunuh diri dengan menyayatkan silet kenadi kalian, kalian masih bisa diselamatkan hingga darah itu berhenti dengan cara menekannya dan transfusi darah terus-menerus. Kalau tubuhmu itu tidak kuat, ya kau akan mengalami kejang dan nyawamu mungkin tidak terselamatkan.

Aku menunggu reaksi tubuh Kendall dan menekan-nekan tangannya yang terkena silet itu dengan kassa yang disediakan oleh rumah sakit. Sebenarnya, aku takut darah! Aku menekannya dengan begidik. Tidak perduli lagi bagaimana hancurnya baju kerjaku ini dengan darah Kendall ataupun jok dimobilku, darahnya mulai berhenti perlahan-lahan. Membuat aku tersenyum lega, akhirnya pendarahan itu bisa dihentikan juga! Aku yang menyelamatkannya, ya walaupun aku harus melawan rasa takutku itu.

Kalian tidak bisa mengatakan aku sebagai pedofil, karena aku bukan seorang om-om yang menyukai anak SMA! Aku baru dua puluh tiga tahun dan Kendall tujuh belas tahun! Tidak terpaut umur yang cukup jauh. Aku-- eh, tadi aku mengatakan apa? Aku menyukainya? Hm, ini belum seminggu aku bertemu, dan berkenalan dengannya dan aku tidak mungkin cinta pada pandangan pertama, tentunya!

Aku belum bertemu dengan ibunya, ayahnya, atau siapapun sodara yang mempunyai ikatan darah dengannya. Aku tidak tahu bagaimana latar belakang Kendall dan dia adalah gadis yang pertama kali aku selamatkan.

"Harry, rapat penting 5 menit lagi. Bagaimana ini?" ah, suara Joan sekertarisku yang sudah menganggapku layaknya teman bukan atasan.

"Bisakah dibatalkan saja? Aku ada urusan penting yang mendadak," kataku, benar kan ini urusan yang sangat penting?

"Tidak bisa, Harry! Segeralah ke kantor! Kami tunggu," suara Joan berubah menjadi suara ayahku, Robin.

"Okay, okay!" aku langsung menutup sambungan telfon tanpa memberishkan apapun, aku langsung menuju ke kantorku. Sialnya, saat itu juga aku terjebak macet ini aku langsung menggila menyalip kesana dan kemari mencari jalan tercepat untuk menuju kantor tetapi tetap saja aku sampai kantor 30 menit setelahnya.

K's pov.

Aku hanya ingat dimana aku menyayatkan silet itu kenadiku dan aku langsung tidak menyadarkan diri. Rasanya? Seperti mimpi, seakan ini semua nyata dan pada akhirnya aku bangun diruangan serba putih ini dan baunya sangat familiar untukku, ini rumah sakit dan aku benci untuk memasukki rumah sakit. Tanganku seperti ada jarum disana, benar saja di lenganku ada jarum untuk darah dan dibelakang telapak tanganku ada jarum untuk infus. Siapa yang membawaku kesini? Untung saja waktu itu aku sudah memakai bajuku baru menyilet tanganku.

Tanganku yang aku silet bertuliskan perfect ditutupi oleh perban dan aku susah menggerakkan semuanya. Ada bel suster rupanya, aku langsung memanggil suster itu.

"Kau sudah bangun rupanya, Kendall," suster itu ramah.

"Sudah, siapa yang membawaku kesini?" tanyaku penasaran.

"Seseorang lelaki, mungkin itu cowokmu? Dia yang meminta untuk menekan-nekan darah di nadimu agar tidak keluar kembali dan dia berhasil, Kendall. Kulihat, dia adalah orang yang takut dengan darah yang mengalir seperti itu," Harry yang membawaku? Bukankah dia harus pulang dan juga ke kantornya, ya? Aduh! Biaya rumah sakit ini terlalu mahal dan aku tidak bisa membayarnya.

"Kau sudah makan?" tanya suster itu.

"Belum," kataku. Suster itu keluar dan membawakanku semangkuk sup. Kelihatannya lezat, tetapi apanya yang lezat? Ini masakan rumah sakit! Dia menyuapiku, sepertinya penyakit bulimiaku akan terungkap dengannya.

KENDALL TIDAK APA APAAA. Yay. Oke ini udah di post. Oke ini udah jam berapa.
Oke makasih buat thebrunettegirl covernya aku suka bgt. Makasih juga buat xyeahlarryx si alay aubel trailernya juga gue suka! Yayyy.
Ini pendek. Emang.
Kenapa pendek?
-liat jam berapa ini. Gue ngantuk besok gabisa update.
Oke. Sekian. Makasih.

PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang