Chapter 5

1.2K 218 33
                                    

Kendall's pov

Setelah dua bulan kejadian itu, aku kembali lagi masuk kesekolah dan seperti biasa saja aku takut dengan mereka yang selama ini berbuat kasar kepadaku. Harry? Setelah aku keluar dari rumah sakit, Harry kadang menjenggukku di Panti Asuhan dia selalu mengajakku keluar ketika dia datang.

Kali ini, aku sekolah tanpa ada suruhan untuk mencuci piring dan tanpa ada omelan dari guru-guru karena aku telat. Entah apa, tetapi ketika aku pulang dari Rumah Sakit mereka semua berubah, ralat maksudku hanya ibu yayasan saja.

Pelajaran telah dimulai, dan aku mendengarkan dengan seksama, tidak buruk pelajarannya hanya kata-kata ilmiah itu yang membuatku susah mengerti pelajaran Sains ini. Tidak terasa, jam istirahat pertama sudah selesai dan lagi-lagi rasa takut keluar dari kelas itu muncul kembali! Aku takut ketika semua itu kembali lagi, memang aku tidak lagi dibully tetapi aku selalu ditatap sinis oleh mereka-mereka yang dulu pernah menjambak rambutku, memberi lem di tempat dudukku agar celana yang aku gunakan robek. Merobek kerjaan tanganku yang sudah susah payah aku buat, yang baru saja mereka lakukan mendorongku ke lumpur Babi dan itu sangat jorok dan jijik.

Dengan ketakutan, aku keluar dari laboratorium dan tiba-tiba—aku dicegat oleh beberapa anak cewek yang tidak bisa dibilang teman olehku.

“Ku dengar-dengar nyawamu diselamatkan ya oleh Harry Styles? Si pengusaha yang terkenal itu?” kata Athina dan menarik rambutku. Aku tidak berani untuk menjawab.

“Jawab pertanyaanku, bodoh!” kata budaknya dan menampar pipiku. Aku tidak berani menjawab dan aku masih terdiam.

“Bawa dia,” perintah Athina kepada budak-budaknya. Aku meronta kesakitan karena rambutku tetap ditarik, sayangnya tidak ada yang mendengar semua ini. Aku dibawanya kegudang yang tidak terawat, dan tentunya gudang itu berdebu.

Aku menangis, teriak, tetapi tetap saja tidak ada hasilnya. Aku diikat dengan kursi yang kelihatannya sudah tua dan juga tali dileherku ini dijadikan satu dengan tali ditanganku jadi jika tanganku bergerak aku akan mencekik leherku sendiri.

“Tolong!!” teriakku, suaraku hampir habis dan—aku bisa pastikan kalau aku akan mati disini. Tidak ada yang mau menolongku, tidak ada yang sayang kepadaku, perhatian, dan—aku cukup capek dengan dunia sialan ini.

Dua jam setelah aku disekap oleh mereka-mereka. Aku mendengar langkah kaki, tetapi siapa yang mau ke kantor Yayasan? Oh ya, jalan menuju Gudang ini sama dengan jalan pintas menuju kantor Yayasan. Tidak banyak yang tahu jalan pintas ini karena lorong-lorong disini yang cukup seram.

“Tolong aku, siapapun!” teriakku lagi. Sepertinya, dia tidak mendengar apapun dia tergesa-gesa mungkin?

“Sekarang!” teriak seseorang yang suaranya terdengar familiar ditelingaku. Terdengar lagi derap langkahnya.

“TOLONG AKU, HARRY!” dia Harry, yang teriak itu adalah Harry. Harry mencoba membuka paksa pintu itu dengan mendobraknya karena dia tidak bisa mendapatkan kuncinya karena kunci itu dipegang Athina.

“Tidak beres ini semua!” teriak Harry geram.

“Apa yang kau lakukan lagi disini, Harry? Mengapa kau mengetahui jalan pintas dengan lorong yang seram itu?” tanyaku dan Harry mencoba membuka tali yang sama sekali menggangguku.

“Mencarimu!” katanya. Aku langsung dibawanya menuju ruang Yayasan.

“Ceritakan kepada dia apa yang kau alami selama ini!” paksa Harry.

“Tidak!” kataku. Aku tidak mau kalau semua orang hanya mengasihaniku.

“Ceritakan, aku tidak mau kau begini terus menerus!”

“Mereka semua mencaci-makiku. Mereka bilang aku tidak pantas berada dibumi, aku gendut, aku selalu dipukul, disekap, didorong, dijambak, ditampar, dikata-katai yang tidak semestinya,” jelasku kepada ketua Yayasan.

“Begini, Kendall. Sebenarnya ini bukan urusan saya tetapi karena Harry sebagai pemegang saham terbesar disekolah ini menyuruh saya untuk mengurusmu jadi akan kulakukan. Saya minta maaf kalau memang mereka tidak memperlakukanmu dengan pantas. Kasus ini kasus yang sangat besar, kami tidak pernah mendapati murid disekolah kami yang dibully sepertimu. Saya akan memanggil yang memang ahli dibidang ini.”

“Sudah ku katakan, Harry. Mereka akan berhenti sendiri nantinya!” omelku ke Harry.

“Tidak, Kendall! Tidak akan!” Harry tetap tidak mau mengalah.

A/N: pendek banget emang. Gue juga punya kehidupan, dan—skul is saks jadi gue nggak bisa nulis berhari-hari dan gue bikin panjang. Maaf kalo ini itu garing, atau sebagainya lah. Gue kali ini nggak bisa berfikir lagi dan ini udah mentok.

Vomments bisa kali, daripada nggak gue lanjutin?

PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang