Oleh: Adiza
_____
Suara langkahku terdengar nyaring di sepanjang jalan, terdengar pula beberapa langkah kaki berlari ke arah ku layaknya predator yang sedang mengincar mangsanya. Aku harus lebih cepat!
Lelah aku berlari melewati berbagai jalanan sepi dan gelap. Sial, jalan buntu! Apa yang harus kulakukan? Mendengar langkah kaki mereka semakin mendekat, pandanganku berakhir pada mulut lorong. Orang itu berhenti terpaku melihat ke arahku. Tak terlihat jelas bagaimana wajahnya. Masih tersudut di pangkal lorong, tiba-tiba muncul sebuah tangan yang menepuk pundakku dari belakang. Tak sempat kulihat wajah pemilik tangan itu, ia menghujamkan sebilah pisau tepat ke arah jantungku dan seketika itu aku terbangun di tengah materi kuliah dosen biokimia-ku. Mimpi? Cukup nyata untuk sebuah mimpi.
Kupandang buku catatan di atas meja yang masih bersih tanpa coretan sedikitpun. Aku tertinggal jauh, tentu saja. Aku menatap sekeliling sebelum meminjam catatan temanku, hingga terhenti pada bapak dosen yang berbicara. Apa itu? Sebentuk kursor hijau yang biasa ada dalam video game melayang di atas kepalanya. Tunggu, benda itu ada di atas kepala semua orang. Apa yang sebenarnya terjadi?
"Hei, Laura!" panggilku.
"Ada apa?" liriknya dari kacamata tebal itu.
"Apa kau tak melihat sesuatu yang aneh? Di atas kepala setiap orang di sini?" Tanyaku sambil memandangi wanita berambut coklat panjang itu, hingga kursor hijaunya.
"A-apa maksudmu?" Laura membetulkan kacamatanya yang melorot.
"Ada sebuah kursor hijau di atas kepalamu, kepala orang-orang!" Sembari ku tunjuk kursornya.
"Kau pikir ini The Sims? Pergilah ke psikiater, Toby!" Ia langsung mengacuhkan pandangannya. Kupikir dia akan terlihat lebih cantik jika tidak sesinis itu.
Jam kuliah telah usai. Aku terus saja memandangi kursor-kursor hijau melayang itu. Tak hanya di kelas, benda itu juga melayang di setiap kepala orang yang kulihat. Bahkan pada orang-orang asing dalam perjalananku kembali ke apartemen.
Sampai di flat, aku bergegas membuka google. Keyword yang kugunakan hanya memunculkan beberapa artikel mengenai game. Hingga sebuah halaman dari yahoo answer membuat mataku terpaku: "Apakah melihat kursor pada kepala orang dapat disebut delusi?"
Sama seperti Laura, orang-orang ini menganggapnya sebagai kelainan psikologis. Kelainan macam apa? Sempat aku berpikir dan berjalan menuju cermin. Kenapa aku tidak melihat kursorku sendiri? Namun satu hal yang kutahu, aku tidak mengalaminya sendiri.
Keesokan hari, aku pergi ke kampus dengan membiasakan diri terhadap penglihatan ini. Aku bertanya kepada beberapa temanku tapi mereka malah menyarankanku untuk menemui psikiater, sama seperti yang dikatakan Laura.
Hari ini hanya ada dua mata kuliah. Setidaknya aku dapat beristirahat lebih lama dari pada memikirkan hal ini. Setelah pemberian tugas dan beberapa basa-basi penutupan, aku segera kembali ke flat dan rebah di atas kasur.
Kring.. Ponselku menampilkan nama dan foto sahabatku yang berambut pirang itu. "Hallo, ada apa Will?"
"Besok ke kafe yuk!" Ajaknya antusias.
"Boleh. Besok aku juga tidak ada jam kuliah, kok."
"Oke, di kafe biasa ya!"
-#-
Kami duduk di dekat jendela kafe. Aku berpikir untuk menceritakan pengelihatanku pada Will, tapi kuurungkan dan kuhisap moccacino dari cangkirku.
"Hei Toby.." kata Will setengah berbisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Multiverse (Kumpulan Cerpen Fiksi Ilmiah dan Fantasi)
Short StoryBukalah kedua matamu, dan lihatlah sekelilingmu. Realitas yang kau jalani tidak hanya satu. Kau bisa bermain dan menyelami mimpimu, hingga larut di dasar terdalam alam bawah sadarmu. Atau seketika tersadar bahwa kehidupan membosankan yang kau lalui...