Oleh: Adiza
_____
Suasana rumah sakit terasa cukup lenggang, tak begitu ramai dan tak begitu disibukkan dengan pasien-pasien yang mengidap penyakit kronis. Hingga tiga orang perawat dan seorang wanita sedang menyorong seorang pasien menyusuri lorong rumah sakit. Laki-laki itu tergolek lemas dengan mata terpejam. Ia memasuki ruang ICU bersama tiga orang perawat itu, salah satu dari mereka meminta wanita pengantarnya untuk menunggu di luar ruangan.Beberapa menit berlalu, wanita itu bersandar dinding dengan tangannya yang terlipat di depan ruangan. Tak berselang lama, seorang dokter keluar dari balik pintu.
"Dokter! Bagaimana keadaan anak saya?" tanya wanita itu.
"Secepatnya anak anda akan siuman. Tapi ada hal serius yang harus dibicarakan dengan anda secara empat mata di ruangan saya." Seketika raut wajah yang lega berubah menjadi kekhawatiran yang sangat menggangunya.
Baru beberapa saat ketika remaja itu dipindahkan dari ruang ICU, ia mulai membuka kelopak matanya perlahan dan memegang kepalamya yang masih terasa sedikit pusing. Suasana dingin kamar rumah sakit dan bau yang khas tersebar di setiap sudut ruangan. Segera ia beranjak dari ranjang dan mencari ibunya tanpa menghiraukan dinginnya lantai. Dengan wajah yang tampak pucat ia berusaha berjalan sambil memegangi dinding lorong rumah sakit untuk menyeimbangkan tubuhnya. Lebih dari limapuluh langkah ia lewati dengan susah payah hingga mendapati sebuah pintu ruangan yang tidak tertutup rapat, di mana ibunya berada dengan seorang dokter.
"Nyonya Rita,.. anak anda Lillo, harus segera menjalani kemoterapi." Seketika air mata mengalir deras membasahi pipi dan menutupi mulutnya dengan kedua tangan.
"Kanker otak yang dideritanya sudah menginjak stadium akhir. Saya tidak yakin bila dia bisa bertahan hingga empat bulan"
Suara gaduh memasuki ruangan bersamaan dengan seorang perawat yang terlihat panik. Dokter diikuti dengan Rita segera keluar dan mendapati Lillo yang pingsan dibopong oleh seorang perawat, dengan cepat Rita menghambur ke arah Lillo dengan panik. Dokter segera memerintahkan perawat itu untuk membawa Lillo ke kamar pasien.
Jarum infus dan baju pasien yang dipasang dokter sudah menjadi aksesoris Lillo, keadaan yang semakin lemah membuat Rita semakin mencemaskannya.
"Keadaan psikologis seperti depresi yang berlebihan akan mempercepat pertumbuhan kanker," jelas dokter. Rita yang membisu menatap keadaan Lillo sedari tadi, dengan tegas menyetujui pengobatan kemoterapi yang disarankan dokter.
-#-
Seminggu berlalu sejak proses kemoterapi dilakukan, Lillo meminta ibunya membawakan laptop untuk mencari hiburan, di rumah sakit hanya ada acara televisi yang membosankan, ia tak dapat menemukan hal menarik di sana. Bau obat yang khas memasuki lubang hidung Rita saat ia melewati pintu kamar. Matanya terfokus pada sosok berkepala botak diatas ranjang dan memberikan laptop yang ia bawa kepadanya.
"Aku bawakan kerpus untuk menghangatkan kepalamu," sambil memasangkannya kekepala Lillo. Kehangatan mulai menyelimuti kepala botaknya, senyuman menghiasi wajah yang sedang menatap Rita.
Terdengar suara berdengung dan monitor mulai menyinari wajahnya, laman Facebook tampak di layar tanda laptop telah tersambung sinyal wi-fi rumah sakit. Jari telunjuknya mulai menggeser kursor ke bawah melihat status teman-temannya yang belum sempat ia baca dari sepuluh hari yang lalu.
"Tampak tak berdosa! Dasar brengsek!" gumamnya dalam hati.
"setelah apa yang mereka lakukan padaku, meremehkanku, mem-bullyku karena tubuh yang lemah dan nama yang aneh di telinganya. Mereka masih bisa bikin status cinta-cintaan, sayang-sayangan? Bullshit!" segera ia membuka laman YouTube untuk mencari hiburan. Sebuah laman iklan muncul di jendela baru begitu saja, membuatnya semakin jengkel. Kursor telah mengarah pada tombol 'close' namun tak lekas tertutup. Tatapannya tertuju pada apa yang berada dalam laman itu. Berjudul "Death Page" dan kalimat deskripsi "Be Murderer Be Happy" dengan latar belakang berwarna hitam tampak menarik di matanya. Kolom ID dan Password terpampang, tanda mengharuskan ia untuk membuat akun pada situs itu terlebih dahulu. Tanpa berpikir panjang, ia segera menekan kursornya tepat di atas tombol Register dan melewati sesi Terms of Service dengan mantap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Multiverse (Kumpulan Cerpen Fiksi Ilmiah dan Fantasi)
KurzgeschichtenBukalah kedua matamu, dan lihatlah sekelilingmu. Realitas yang kau jalani tidak hanya satu. Kau bisa bermain dan menyelami mimpimu, hingga larut di dasar terdalam alam bawah sadarmu. Atau seketika tersadar bahwa kehidupan membosankan yang kau lalui...