Kejutan yang Tak Terlupakan

5K 77 1
                                    

Oleh: Satyacaraka

PERINGATAN! Mengandung materi seksual dan adegan kekerasan yang eksplisit.

PERINGATAN! Mengandung materi seksual dan adegan kekerasan yang eksplisit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_____

Seseorang menekan bel berkali-kali saat aku mencoba menyambung kepala ranger merahku.

Dalam dua minggu terakhir, aku menghabiskan setengah botol lem untuk memperbaiki mainan ini. Kulakukan bukan karena aku sangat suka dengan pahlawan plastik ini, hanya saja aku lebih mendapatkan kesenangan saat memperbaikinya daripada saat memainkannya. Berkali-kali putus, berkali-kali pula kusambung lagi. Aku tak tahu apakah memang sudah takdirnya untuk mati dengan kepala terputus atau bagaimana, tapi aku tak peduli dan tetap saja menyambungnya.

Bel itu tak henti-hentinya berbunyi. Semakin lama terdengar semakin mengganggu dan menjengkelkan. Aku menyerah dan melempar ranger serta botol lem yang ada di tanganku. Orang itu tidak pernah membunyikan bel atau bagaimana, sih?

Dari dalam kamarnya, bunda berlari kecil sambil menguncir rambutnya. Entah mengapa ia terlihat lebih ceria kali ini. "Bereskan sampah-sampahmu dan masuk kamar. Main game sampai bunda selesai."

Lagi deh. Selagi bunda melesat ke ruang tamu, aku menghampiri keranjangku dan kembali memasukkan mainan-mainanku yang berserakan di sekitarnya. Aku terdiam sejenak, mendengarkan langkah bunda menuju pagar, membukanya, dan berbicara dengan seseorang. Kadang diselingi dengan tawa kecil. Sampai suara mereka terdengar di pintu depan, aku baru melanjutkan beres-beres yang sempat tertunda. Sengaja kuperlambat karena aku ingin tahu siapa tamu bunda kali ini.

Pria itu langsung membeku sejenak saat melihatku. Untuk sekilas, wajahnya mirip seperti anjing laut. "Itu anakmu?" tanyanya kepada bunda dengan nada yang terdengar tidak senang.

"Kenapa?" jawab bunda ringan sambil mempererat pelukannya di lengan si Anjing Laut. Bunda menangkap keberatannya. "Dia tidak akan mengganggu."

Aku menyeret keranjang mainanku dan masuk ke dalam kamar dengan pandangan lekat pada si Anjing Laut. Ia semakin tidak senang. Setelah menutup dan mengunci pintu, kuputuskan bahwa aku tidak menyukai orang itu. Sayup-sayup terdengar suara tinggi bunda yang halus, kemudian disusul pintu yang dibanting.

Kuletakkan keranjang mainanku di samping meja belajar dan segera meraih remot televisi untuk menyalakannya. Sebelum aku berjalan menuju Play Station, kalender meja itu tiba-tiba menyita perhatianku. Aku meraihnya dan duduk di kursi, melihat sebuah tanggal yang kulingkari dengan spidol merah.

Seminggu lagi adalah hari ulang tahunku, dan sudah hampir satu bulan ayah belum pulang. Kemarin saat kutelepon, ayah berjanji akan pulang secepatnya dan membawakan hadiah spesial untuk ulang tahunku yang ketujuh ini. Aku tak bisa berhenti memikirkan apa yang dibawakan ayahku nanti. Semoga saja bukan mainan, seperti yang selalu diberikan oleh bunda, yang sekarang hanya menjadi rongsokan dalam keranjang.

Multiverse (Kumpulan Cerpen Fiksi Ilmiah dan Fantasi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang