0

7.3K 738 61
                                    

Apa yang kalian rasakan ketika suasana lebaran Idul Fitri?

Berbahagia?

Penuh suka cita?

Atau sedang berkaca sembari mengenakan setelan hari raya?

Sayangnya tidak bagi Kandara. Lelaki malang, dan amat malang, paling malang, dan akan selalu malang tersebut justru tengah dimejahijaukan oleh para tetua keluarga. Pasalnya, lelaki yang baru saja menginjak kepala tiga saat malam takbiran itu, belum juga menampakkan tanda-tanda akan membawa gandengan guna menyenangkan hati sang ibunda yang semakin menua. Bibir menekuk dan pandangan lurus ke depan adalah ekspresi yang dipilih Kandara kini.

"Kandara, kamu dengar kata Bunda, kan ? Nanti Dindara melangkahi baru tahu, kamu."

"Nggak apa-apa, Bun. Kalau Dindara sudah dapat calon ngapain juga lama-lama nunda? Kanda kan laki-laki, jadi bisa memaklumi." Kanda menjawab kalem.

Bunda terbelalak.

"Apa katamu, Kandara Mahameru? Mau sampai kapan lagi kamu membujang? Ya Tuhan, ayahmu yang sudah tinggal belulang akan turut menangis jika tahu anak lelakinya seperti ini. Ya Tuhan."

Kandara menghela napas malas. Kandara tidak habis pikir melihat "drama musiman" itu. Ia mengira, sebagai seorang pensiunan perawat, Ibundanya akan lebih open minded karena telah melihat secara langsung bagaimana pekerjaan dokter yang sebenarnya. Tetapi ternyata sama saja dengan jalan pikiran ibu-ibu di kompleknya yang seenaknya saja bertanya "kapan kawin" setiap kali bertandang ke rumahnya. Padahal kan, nikah dulu baru kawin. Dasar ibu-ibu. Lagian, di zaman membobroknya dunia ini, banyak manusia yang sudah beratus kali kawin tapi tidak menikah.

"Abang terlalu sok sibuk, sih. Kerjaan di RS disikat, di klinik juga diembat." Adik perempuannya, Dindara, menimpali.

"Iya. Bulan kemaren, lu nggak bisa dateng pas acara nikahan gue." Ujar Tio, sepupu yang jadi teman sepermainannya semasa kecil.

Belum sempat membalas, sepupunya yang lain ikut menghakimi.

"Lamaran gue yang sekali seumur hidup aja lu absen," kata Naura, sepupunya yang sudah menikah dengan bule Kanada.

"Nikahan gue juga, lo nggak dateng. Anak gue lahiran, lu nggak datang pas pengajian bapak-bapak. Terus, acara sunatan anak gue juga nggak." Mila, sepupu perempuannya memanasi.

"Tapi kan aku sudah kirim Lego, Mbak, buat permintaan maaf." Kandara mencoba membela diri.

"Itu pas anak pertama gue, dodol. Anak gue udah tiga yang sunat, dan lo nggak tau, kan? Udahlah, lo mau ntar, gue, Tio, dan sembilan sepupu-sepupu lo ini nggak dateng di nikahan lo? Hah?" Mila berorasi dengan berapi-api. Kandara hanya mampu menghela napas panjang.

"Aku juga nggak tahu Mbak, bakal dateng atau enggak di nikahanku sendiri." Balas Kandara pahit. Yah, boro-boro ngomongin nikahan, bakal calon yang bakal dinikahin aja belom ketemu!

"Otak aja yang pinter, hati dungu. Kalau begini caranya, kita-kita yang harus beraksi," Nandara, kakak perempuan Kanda angkat bicara.

"Bunda setuju. Kalau enggak bisa nyari sendiri kita suapin." Bunda terlihat semringah dan di dadanya bermekaran bunga warna-warni.

"Pas banget, gue punya teman cewek cantik pakai kebangetan!"

"Adiknya pacar gue kayaknya jomlo."

"Eh, teman kuliah gue dulu ada yang cari suami."

Dan suara-suara berebut menawarkan kandidat menjejali ruang dengar Kanda. Rasanya, ia ingin menghancurkan koklea, tulang landasan sampai sanggurdi agar tidak mendengar suara-suara berisik itu.

Kandara berdiri, bermaksud pergi dari kerumunan dan sepupu-sepupu yang heboh sendiri. Sampai suara Bunda merusak rencana kaburnya.

"Kanda, yang ini cantik banget, loh. Mau enggak?" sahut Bunda. Perempuan itu menghampirinya sambil menyodorkan foto seorang gadis. Mata Kanda terbelalak, dan sesak menjalar, kakinya pun bergetar. Kira-kira, ada apa gerangan?

***

Setelah Nickelonau dan Egi Maggy, kami, Obat Puyer dengan komposisi O Mg, menggarap sebuah cerita baru berlandaskan kenyataan di lapangan yang sering ditemui. Masalah ini acapkali terjadi tetapi nampaknya belum ada yang membuat dalam format skripsi, tesis, atau disertasi.

Cerita ini mungkin mainstream, sebab hanya untuk bersenang-senang dan direncankan akan dipublikasi tiap pekan. Rencana, ya. Sebab manusia hanya bisa berencana dan Tuhan yang menentukan. Tetapi kalau hanya terus berencana tanpa melakukan, jangan nyalahin Tuhan. >.<

Selain di Wattpad, kami mungkin akan mempublish juga di  GWP. Kami menampung kritik dan saran selama tidak membawa hewan peliharaan karena bisa jadi ember penampungnya tidak muat kalau dimasukkan babi merah muda, anjing cokelat, atau ular hijau.

Salam semanis madu asli dari pohon mangga,

O Mg

Plutopamit & maghfiraul

14.1.17

Setengah LusinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang