Isyana Andriani Rahman [1]

2.4K 241 30
                                    

Selamat tahun baru. Ternyata butuh 1 tahun untuk nulis bagian Kanda-Sara saja.  Kami akui kami memang lelet mengupdatenya.  Doakan kehidupan nyata kami lancar ya wkwk. Selamat membaca semuanya.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hari Minggu yang cerah, lima hari pasca pertemuan Kandara dan Sara yang meremukkan hati masing-masing. Mereka memang lucu, saling bermerah muda tetapi begitu rumit untuk jadi bersama. Seakan menegaskan bahwa merah muda di dada saja tidak cukup untuk menjalin asmara.

Pagi yang cerah untuk menjemur kasur, bantal, serta boneka Baymax, tetapi Kandara memilih kembali tidur selepas subuh. Ia baru sampai rumah pukul dua malam dan berencana tidur sampai siang. Sayangnya, rencana terkadang hanya wacana seperti rencananya membawa Sara ke pelaminan yang gagal.

Jarum pendek masih menunjuk angka sepuluh ketika telinga Kandara mendengar suara piano yang mengalun merdu. Mau tidak mau, Kandara jadi terjaga. Denting piano itu sukses mengantarkannya ke masa lalu. Waktu di kala ia masih bocah yang gemar berlarian sambil membawa robot Power Rangers merah dan ayahnya memainkan piano sambil bernyanyi.

Kandara ingat, betapa ayahnya berusaha mengenalkan musik padanya. Namun, otak Kandara bebal jika disesaki skill musikal, ia merasa tidak pernah berhasil membahagiakan ayahnya karena tidak pernah bisa memainkan piano. Prestasi bermusik Kandara sebatas memainkan Ibu Kita Kartini dengan pianika saat ujian seni musik saat SMP.

Denting piano yang menari di telinganya semakin membuat pikirannya mengembara dengan gila. Ia mulai bertanya-tanya, maukah Sara menerimanya jika ia bisa bermain piano di depan perempuan itu? Mungkin ia bisa memainkan lagu-lagu romantis, seperti lagunya Martina McBride;My Valentine, atau yang sedang hits dinyanyikan oleh seluruh makhluk; Akad.Ya, begitulah, lagu-lagu yang tentunya membuat dada wanita berdebar dan hatinya menggelepar.

Akan tetapi, Kandara sadar. Ia tak bisa meraih Sara. Hubungan mereka seperti lagu Menghitung Hari.Jika diduetkan, Sara mungkin akan bernyanyi versi Krisdayanti dengan suara merdunya. Sedangkan Kandara akan merusak Menghitung Hari 2 versi Anda dengan sumbangnya.

Tak ingin berlama-lama memikirkan Sara, Kandara memutuskan beranjak dan melihat jemari siapa yang menekan tuts piano dengan begitu indah.

***

Isyana Andriani Rahman. Lahir ketika azan isya sehingga diberi nama Isyana. Bernama belakang Rahman karena dokter kandungan yang menolong proses operasi caesarnya bernama Tito Rahman. Sebab nama itu, di masa sekolah Isyana pernah dicurigai anak angkat karena nama ayahnya Ibrahim tanpa Rahman. Kini, di usianya yang ke-26, Isya telah menjadi guru musik di sebuah sekolah di daerah Talang Semut dan mengajar les beberapa anak, termasuk Tamimi, sepupu Kandara yang masih berusia delapan tahun.

Perempuan berambut panjang berponi itu tiba pukul sembilan. Seorang ojek daring mengantarkan sampai ke depan gerbang rumah Kandara. Kedatangan yang mendapatkan sambutan hangat dari penghuni rumah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 04, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Setengah LusinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang