6. Calon Aktor

263 27 0
                                    



Hayoloh masih banyak yang jadi hantu ya?? Vote dulu ah, baru deh baca❣️









Sudah keenam kalinya, bi Emi menatap takut-takut kearah ruang keluarga. Disana, tepat diatas sofa seorang gadis sedang uring-uringan dan tak lelah-lehanya untuk meremas bantal sofa sembari bereteriak histeris. Entah berteriak karena kesenangan, atau malah ketakutan.

"Mampus gue..." dan sudah berulang kali juga, bi Emi mencoba mendekat untuk bertanya apakah majikannya itu baik-baik saja, walau dari gerak-geriknya jelas dia sedang tidak baik-baik saja.

"Eh, yaudah sih. Gak ada masalahnya juga, toh kenapa kalo misalnya dia tau gue yang nolongin?" Sasya kemudian duduk dari posisi tidurannya, mengangkat kepala setinggi mungkin dengan raut wajah yang percaya diri. Namun tak sampai lima menit, ia kembali berteriak. Memeluk bantal di tangannya sembari berguling di sofa.

"Mati gue," gumamnya memukul-mukul kepalanya sendiri. Kejadian itu tentunya tak luput dari pandangan bi Emi. Dia berjalan mendekat kearah Sasya setelah banyak pertimbangan.

"Non sakit?"

Sasya menolehkan kepalanya ke belakang, tempat dimana bi Emi berdiri. Tanpa minat Sasya menggeleng, kemudian kembali bergumam. "Dia tau bi..."

Bi Emi menelan ludahnya sendiri, melihat penampilan Sasya yang luar biasa berantakan. Rambut kusut yang tergerai, seragam sekolah yang lecek, dan kaos kaki yang masih menempel pada kakinya. Bi Emi menepuk paha Sasya. "Uring-uringannya nanti aja non, ganti baju dulu sana. Non udah hampir satu jam loh kayak gini terus di sofa."

Sasya menggeleng, membuat bi Emi mendesah pelan. "Bibi buatin non rendang loh, gak mau makan nih? Atau mau bibi yang ambilin?"

Tawaran itu mampu membuat mood Sasya berubah seratus delapan puluh derajat. Ia berdiri, menatap bi Emi dengan mata berbinar. Gadis itu mengangguk semangat, persis seperti dulu saat dia akan segera bertemu dengan sang Ayah. "Ambilin ya bi?" pintanya manja.

Bi Emi tentunya mengangguk, berlalu pergi kearah dapur, meninggalkan Sasya yang kembali berbaring di sofa.

Dengan posisi menatap langit-langit, gadis itu menutup mata, merasakan kantuk yang mulai melandanya. Tepat saat sebuah dentingan di ponselnya berbunyi membuat mata bulat Sasya terbuka.

Ia mengambil ponsel di dalam saku, membaca baik-baik kiriman dm dari seseorang. Dan setelahnya, ia kembali berteriak.

MahenathaPutra :
;)

***

"Gendut!" teriak seorang lelaki sembari mengejar seseorang gadis di depannya. Gadis yang dikejarnya itu tampak sudah sangat lelah dan malas, padahal mereka baru saja tiba di sekolah.

Yaya menoleh, menghentikan langkahnya sesaat kemudian menatap dengan tanda tanya kearah Natha. Ia berdeham. "Iya, kenapa?"

"Itu, lo temennya si Natasya-Natasya itu 'kan ya?"

"Emang kenapa?"

Natha berdecak malas. "Ditanya bukannya jawab malah balik nanya."

Yaya memutar matanya malas. "Iya-iya, kenapa emangnya?"

"Nah karena lo temennya, lo pasti dong punya id linenya? Ataugak nomer hapenya gitu?"

NathaSya [ON EDITING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang