7. Awal Mulanya

217 26 1
                                    

Seorang anak kecil sedang menangis meratapi es krim yang baru gurunya beri telah jatuh melumuri tanah. Ia tak henti-hentinya menangis, namun tak ada seorang pun peduli dengan itu.

Di depan TK itu, ia menunggu jemputan yang tak kunjung datang. Ditemani suara motor dan mobil saling bersahutan di jalan. Tangan mungilnya mengusap air mata yang jatuh, walau sebenarnya tidak ada gunanya. Karena buliran-buliran tersebut terus jatuh.

Lalu, dengan sangat amat kebetulan. Seorang anak kecil, namun berbeda jenis kelamin lewat di depannya untuk menunggu jemputan juga.

Anak lelaki itu menatap kasihan kearahnya, kemudian tanpa ragu ia berjongkok dan tersenyum penuh kasih sayang. "Kenapa?"

"Es krim aku jatoh," jawabnya menunjuk es krimnya di tanah. Mata anak itu bertabrakan dengan mata lelaki di depannya. Membuatnya berhenti menangis sesaat.

"Jangan nangis ya? Kalo aku nangis teyus Mamah aku bilang nanti bisa berubah jadi anak kucing."

Anak perempuan itu mengerutkan dahi. "Iya?"

"Iya, emangnya kamu mau jadi kucing? Kucing 'kan jelek." entah kenapa ia menggeleng padahal sebenarnya hatinya akan tersentuh melihat anak kucing. "Yaudah kalo gitu jangan nangis lagi," senyum sangat amat manis perlahan terbit di wajahnya. Bersamaan dengan tangan anak lelaki itu yang mengusap air matanya sambil tersenyum.

"Hik," ceguknya membuat kunciran di kepalanya bergoyang. Pipi besarnya memerah, hangat menyelimuti hatinya.

Wanita dengan dandanan sederhana namun elegan datang menghampiri mereka, ia menatap anak lelaki itu. "Halo, temennya Sasya ya?"

"Iya tante," anak kecil tersebut tersenyum. "Dia nangis gara-gara es klimnya jatoh, teyus sekayang dia cegukan."

Ibu dari anak perempuan tertawa karena anak laki-laki itu bicara dengan cadel. "Makasi ya udah mau nemenin anak tante disini," tangan halusnya mengusap rambut coklat lelaki itu. "Nama kamu siapa?"

"Nama aku, Manata Putela Jaya," jawabnya kurang jelas.

Tiba-tiba saja, kejadian sekitar tiga belas tahun kembali berputar di memorinya. Sasya menggigit bawah bibirnya, otaknya bekerja keras untuk menyangkal bahwa anak lelaki yang berhasil membuatnya berhenti menangis itu adalah orang yang sama dengan orang yang sangat arogan dan tak punya hati.

Orang yang selalu membuat perempuan manangis karena janji-jani palsu yang ia tebarkan. Astaga, membayangkan wajahnya saja sudah mampu membuat Sasya mual. Ia sudah terlalu muak dengan sikap Natha yang seenaknya.

Satu hal yang bisa dilakukan untuk membuktikan apakah anak itu Natha atau bukan adalah mencari tau nama lengkap Natha karena Sasya masih mengingat dengan jelas nama yang berasal dari suara cadel itu.

Ia ingat waktu itu, saat ia masih berumur empat tahun. Ratna, ibunya pernah mengantarnya ke dokter karena terlalu sering cegukan.

Dokter tak mampu menjelaskan apapun, tak ada obat untuk penyakit ini. Ia harus menanggungnya sendiri tanpa obat.

Sampai akhirnya, Sasya masuk Sekolah Dasar. Disanalah penderitaannya berakhir. Ia sudah tak pernah cegukan sesering dulu.

Namun, baru-baru ini penyakit itu kembali muncul. "Hik," sialan, bahkan mengingat wajah Natha saja sudah berhasil membuatnya cegukan.

***

Sudah berulang kali tangannya memencet gambar telepon di kontak kakaknya, tetap suara operator terdengar yang kata kakaknya adalah pacar yang sweet karena rela mewakilinya menyahut.

Atribut MOS sekolah barunya sudah dia tanggalkan karena gerah. Belasan pesan sudah ia kirimkan namun hasilnya nihil. Menghubungi orang tuanya juga sama saja karena mereka sedang menginap di rumah neneknya yang nun jauh disana.

Kalau memesan Gojek sedang tidak ada kuota. Huft, hari ini adalah salah satu hari terburuk bagi Nayla. Sebuah mobil berhenti tepat di depannya, segera ia masuk lalu duduk di kursi penumpang belakang tanpa melihat si pengemudi yang diyakininya kakak menjengkelkannya.

"Nay gak mau duduk di depan. Biar abang jadi supir Nay aja, siapa suruh jemputnya lama. Ntar kalau Nay diculik gimana?" cerocosnya tetap tidak mau melihat kakaknya.

Dehaman keras dari depannya membuat Nayla terlonjak kaget. Meskipun kakaknya adalah seorang cowok tulen, suara kakaknya itu sangat khas dibagian nyaringnya. Jadi jika ingin membuat dehaman cool seperti itu pasti terlihat dibuat-buat.

Takut-takut Nayla melirik kaca spion depan dan makin terkejut sekaligus takut melihat wajah orang itu yang ternyata bukan kakaknya.

Antara takut dan malu sih sebenarnya. Beginilah mau ngambek tapi malah dapet apes, lagipula kenapa mobil kakaknya tidak limited edition saja biar tidak ada yang kedua begini.

"Maaf kak, saya kira tadi mobil kakak mobil abang saya. Saya keluar dulu ya? Sekali lagi maaf," ucapnya lalu bersiap keluar dari mobil.

Namun sebuah tangan kekar menahan tangannya dan saat itulah Nayla ketakutan setengah mati melihat wajah menyeramkan dari orang dihadapannya ini.

Belum saja Nayla bereaksi, pria itu sudah menerjangnya dan berniat melucuti semua pakaiannya dengan menindih Nayla.

Dari aroma badannya sepertinya pria ini mabuk. Si pria melepas kemeja seragam Nayla dengan menariknya paksa sehingga kancing bajunya bertebaran dimana-mana.

Meronta hebat, itulah yang dilakukan Nayla sekarang. Mau setampan apapun pria di depannya ini kakaknya tetap akan kecewa mengetahui adik satu-satunya ternodai oleh seseorang yang sudah tidak jelas masa depannya.

Sampai bagian penutup Nayla yang tersisa celana pendek ketatnya yang kemudian ditarik paksa hingga menyisakan celana dalamnya saja yang langsung dirobek pria itu, hingga yang tersisa adalah tubuh polos Nayla yang terpampang nyata dihadapannya.

Tak cukup dengan itu saja, tangan Nayla yang gadis itu gunakan untuk menutupi bagian penting tubuhnya ditarik dan digigitnya dengan keras sehingga tidak dapat melakukan hal yang sama lagi karena kesakitan.

Si pria sedikit mengangkat tubuhnya, bersiap mengekspos dirinya juga dihadapan Nayla. Tapi sesuatu yang besar menghentikannya.

Kakak Nayla mencongkel pintu mobilnya dengan linggis sampai terlepas dan melemparnya sampai hancur menjadi beberapa bagian. Matanya memerah, dengan emosi memuncak ia memukul kepala pria itu dengan linggis yang dibawanya sampai tidak sadarkan diri.

Dengan cepat ia melepas semua penutup tubuh bagian atasnya lalu memakaikannya ditubuh polos adiknya yang hanya diam dengan air mata tetap menetes dari matanya.

Massa tubuh adiknya terangkat, direngkuhnya tubuh ringkih nan malang itu lalu dibawanya menuju mobilnya, mengabaikan si pria brengsek yang ia harap sudah bertemu dengan sejuta iblis di neraka.

Ia seratus persen yakin jika adiknya memang belum disentuh hebat oleh pria yang disebut sebagai bajingan itu. Ditambah hasil pemeriksaan yang mengatakan adiknya sembilan puluh sembilan persen perawan. Tapi, tetap saja bajingan itu sudah melihatnya dan tidak menutup kemungkinan mungkin ponsel laknatnya juga merekam hal yang sama.

NathaSya [ON EDITING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang