15 :: Cemburu

38 8 0
                                    

Bagian 15

Sudah 20 menit aku menunggu, tapi belum ada tanda-tanda Marcel akan muncul. Rasa bosan mulai menyerangku. Kemana Marcel? Kenapa lama sekali?

20 menit yang lalu, aku baru saja menyelesaikan projectku. Ya, project iklan yang kemarin di berikan Sopea baru selesai sekarang. Kalian pikir, membuat iklan untuk Travel Agent itu gampang? Susah, tahu! Terlebih, aku sama sekali tidak berpengalaman di bidang Pariwisata. Jadi, aku sedikit kesulitan. Aku mengambil SMA karena aku pikir, aku akan langsung kuliah setelah lulus. Tapi akhirnya, aku berubah pikiran. Aku memutuskan untuk bekerja lebih dulu baru menyelesaikan kuliahku. Dan sekarang, aku menyesal karena tidak mengambil SMK khususnya jurusan Pariwisata. Mungkin, kalau aku masuk Pariwisata, aku akan lebih mudah bekerja di tempat ini. Tapi, mau bagaimana lagi? Nasi sudah menjadi bubur. Gak akan bisa kembali lagi ke nasi, apalagi beras. Tapi, kalau mau memberikan beberapa bumbu untuk membuat cita rasa yang baru pada bubur agar tetap terasa enak, itu bisa. Dan akan aku lakukan!

Mataku silih berganti melirik jam tangan dan ruang kerja bagian kepala HRD dengan tidak sabaran. Ah, lihat saja, kalau sampai pukul 6 tepat Marcel tidak juga datang, aku akan pulang sendiri dan mendiamkan dia selama beberapa hari! Enak saja aku di buat menunggu lama seperti ini! Harusnya, Marcel tahu kalau wanita itu tidak suka menunggu! Iya kalau yang di tunggu pasti. Kalau tidak? Ah, itu sangat menyesakkan. Benar begitu, 'kan? Jadi, ayolah para pria, peka, lah!

"Marcel sialan! Lama banget, sih, ih!" aku mendengus sebal.

Hampir jam 6 tepat, adzan magrib juga sudah mulai terdengar di telingaku, tapi Marcel belum juga menunjukkan batang hidungnya. Apa, sih, yang Marcel kerjakan?

Aku menyerah. Benar-benar malas menunggu yang tidak pasti seperti ini. Marcel sialan! Membuatku menunggu lama dan tidak memberi kabar. Ah, benar-benar double shit!

"Pak, stop!" aku melambaikan tanganku ke arah taxi yang lewat di hadapanku. Di depan gedung Jeason Holding Company, taxi memang selalu lewat. Apalagi di jam-jam pulang kantor seperti saat ini. Aku memutuskan untuk pulang sendiri menggunakan taxi. Daripada harus menunggu Marcel sampai larut malam? Males banget.

Tapi, saat aku hendak masuk ke dalam taxi, kejadian yang terjadi tepat di depan mataku membuat tubuhku menegang sempurna. Tanpa kusadari, mataku mulai memanas. Jadi, ini yang membuatnya lama di dalam padahal jam pulang kantor sudah  berbunyi sejak satu jam yang lalu?

Sangat menyakitkan.

Oke, baik. Sekarang, aku tanya ke kalian. Bagaimana perasaan kalian setelah menunggu lama seseorang sampai magrib seperti ini, tapi yang di tunggu asyik bercanda dengan wanita lain? Sakit? Ya, itulah yang aku rasakan.

Di depan mataku, terpajang jelas canda tawa Marcel bersama Sky. Cewek yang beberapa hari lalu berkenalan denganku. Sepertinya, mereka terlihat bahagia. Ah, bukan sepertinya lagi, tapi faktanya memang seperti itu.

Kayaknya mereka berdua tidak menyadari kehadiranku di sini. Syukurlah, aku tidak ingin mereka berdua melihatku. Setelah menarik napas panjang, aku masuk ke dalam taxi di temani bulir-bulir air mata yang mulai berjatuhan dari mataku. Jadi, ini yang di katakan cemburu? Ya, sangat menyakitkan.

"Jalan, Pak. Lurus aja, nanti di pertigaan, ambil kanan." setelah itu, taxi yang aku tumpangi melesat cepat meninggalkan Marcel dan Sky yang masih asyik bercanda ria.

Ya, sekarang aku menyadari. Dimana ada cinta, pasti selalu ada sakit yang mengiringi. Dimana ada rasa, pasti selalu ada cemburu yang menghantui.

***

HEARTBREAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang