Watch The Sunset

148 25 12
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore namun aku masih berada di perpustakaan kampusku, berkutat dengan tugas yang harus dikumpulkan besok, menjadi seorang mahasiswa baru memang sangat merepotkan. Sudah lebih dari empat jam aku duduk menghadap laptop dan mengesampingkan urusanku yang lain, bahkan handphone-ku entah ada dimana.




Selesai, aku melirik jam yang ada di pojok kanan bawah layar, sudah jam empat sore, namun saat pandanganku turun sedikit kebawah aku baru sadar bahwa hari ini aku ada janji bertemu Dinda.


Aku lalu bergegas mencari handphone-ku didalam tas dan mencari ke setiap bagian namun tidak dapat menemukannya.


aku hampir frustasi sampai tiba-tiba aku ingat bahwa aku meletakkan handphone ku di tas laptop yang aku titipkan ke penjaga perpustakaan, segera aku bereskan semua barang-barang yang berada diatas meja dan memastikan bahwa tidak ada yang tertinggal lalu berlari ke arah penitipan barang.


23 missed calls


10 new messages


Dan hampir semuanya dari Dinda.



Ardan kenapa kamu se-ceroboh ini?



Aku menghembuskan napas berat lalu terburu-buru berjalan ke parkiran, aku sudah telat dua jam dan aku tidak yakin Dinda akan memaafkanku.



***


"Assalamualaikum..." ucapku sambil mengetuk pintu rumah Dinda, ini bukan weekend jadi aku yakin Dinda sedang sendirian dirumah.


Tidak lama kemudian pintu dibuka, dia sempat terkejut setelah menyadari bahwa aku yang datang. Dinda bergegas menutup pintu kembali namun aku menahannya.


"Din... maaf..." Aku meraih tangan kanannya dan menatapnya dengan pandangan memohon.


"Basi." Ucapnya singkat lalu menarik tangannya kembali dan menyilangkannya didepan dada.


"Aku ngerjain tugas di kampus dan aku beneran gak inget kalo ada janji sama kamu Din..." Aku masih terus memohon dan berharap agar wanita didepanku ini berhenti memasang wajah datarnya.


"Ah, lupa sama aku?" Sial, kenapa setiap perempuan selalu punya kalimat yang membuat laki-laki merasa terpojok seperti ini?


"Din, gak gitu maksud aku..."


"Terus....?" Dinda bertanya masih dengan tatapan datarnya.


"Mending ikut aku sekarang." Aku langsung menarik tangan Dinda kearah mobil dan memaksanya duduk di kursi sebelah kiriku.


"Apaan sih Dan? Mau kemana?" Dinda masih terus berontak sampai aku memasangkan seatbelt ditubuhnya dan menggenggam tangan kanannya lembut.


"Mending kamu diem, tenang, sabar. Atau kamu ngantuk? Kalo ngantuk mending tidur." Aku berbicara sambil menatap manik matanya dalam-dalam. Dan benar, Dinda hanya diam dan mengangguk. Jurusku berhasil.


Aku menjalankan mobil dengan kecepatan normal, baru setengah jam perjalanan namun Dinda sudah tidur.


Setidaknya hidupku sedikit tentram tanpa gangguan tatapan menyeramkannya itu.



***



Kami sampai, baru dua menit mobil aku matikan dan Dinda sudah membuka matanya.


Dia menguap lebar seolah-olah ini kamarnya lalu menoleh ke kanan dan dia menatapku, aku tersenyum manis namun Dinda lagi-lagi membalasku dengan tatapan seramnya. Namun saat dia menoleh ke kanan, pandangannya berhenti dan bisa kulihat dari pantulan kaca dia membulatkan matanya.


Dia berbalik, menatapku.



"Dan......" Dinda meraih tangan kiriku seolah menuntut jawaban.


"Kejutan!!!" Ucapku riang, aku mengambil jaket yang ada di jok belakang lalu berjalan keluar mobil, membuka pintu mobil disisi lain dan mempersilakan Dinda keluar.


Aku memakaikan jaket yang ada ditanganku ke tubuh Dinda, ini hampir malam namun matahari belum sepenuhnya turun. Pantai sedang dingin-dinginnya bukan?


Kami berjalan ke arah pantai lalu duduk di bangku yang tersedia disana, kami pun duduk menghadap lautan. Angin yang berhembus kencang membuat rambut Dinda berantakkan, aku menarik ikat rambut yang berada di pergelangan tangan kirinya lalu menggunakan itu untuk mengikat rambutnya.



Cantik.



"Makasih ya...Kamu tau aja kalo aku lagi pengen banget ke pantai.." Ucapan Dinda menghilangkan fokusku yang sedang menatap wajahnya dalam diam.


Dinda, bagaimana bisa aku tidak tahu kalau semua postingan kamu di sosial media akhir-akhir ini tidak jauh dari pantai dan matahari terbenam?


Aku lalu menyandarkan kepalaku di bahu kanannya, Dinda menoleh sebentar lalu mengusap rambutku menggunakan tangan kirinya.


"Maafin aku ya, tugas aku lagi banyak banget udah gitu deadline nya bikin pusing dan bikin aku sempet lupa sama kamu..." Ucapku dengan suara se-lembut mungkin.


"Iya, maafin aku juga ya karena udah egois gak mau denger penjelasan kamu..."


Aku menegakkan kepala, menoleh kearah Dinda dan Dinda menoleh kearahku lalu kami sama-sama tersenyum.












Sudah hampir tiga tahun namun aku tidak pernah bosan memandang objek didepanku ini.

Cerita KamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang