Bake a Cake

206 36 9
                                    

"Taa, terus ini telornya dimasukin satu satu atau sekaligus?" gue bertanya lagi untuk yang kesekian kalinya.

"Satu satu Wirga, pelan pelan" dia menjawab pertanyaan gue sambil sibuk memoles loyang dengan mentega.

"Iya iya" gue kembali melanjutkan kegiatan gue yang tertunda tadi, mencampurkan semua telur yang ada di mangkok kedalam wadah pengadukan didepan gue.

Kalo kalian bingung sekarang gue dan cewek yang lagi memoles loyang dengan mentega tadi sedang apa jawabannya adalah "iseng-iseng buat cake". Itu juga jawaban yang gue terima setelah bertanya ke cewek yang sekarang lagi sibuk nimbang terigu disamping gue, namanya Teta, Arnetta Daneetra, pacar rasa temen, rasa sahabat, rasa kakak gue hehehe.

Eh iya, hai gue Wirga, Aadinath Wirga Dinata. Anak pertama dari keluarga Dinata. Anak laki-laki satu-satunya karna adik gue perempuan. Gue yang akan bercerita disini, bercerita tentang kerepotan dan keribetan gue dan Teta yang lagi membuat cake.

Berawal dari kita berdua yang gabut gak tau mau ngapain dan gak tau mau kemana akhirnya tercetuslah ide"iseng-iseng buat cake" ini. Bermodal resep yang kita cari di internet dan sedikit ilmu Teta dari sekolah tata boganya dulu kita berdua memulai membuat cake.

Karna bahan-bahan yang ada dirumah Teta ternyata tidak memungkinkan untuk membuat cake yang WAH (padahal belum tentu juga gue dan Teta bisa) akhirnya kita hanya membuat banana choco cake.

"Udah nih telornya, terus apa lagi?"

"Hah? Umm sebentar liat resep dulu" Teta mengambil handphone yang berada dikantong bajunya.

"Cepetan tangan gue pegel"

"Aaah terigunya masukin Gaa, dikit-dikit terus kalo udah masukin pisang sama minyaknya" ucapnya sambil memberikan terigu yang udah dia timbang tadi ke gue.

"Lo yang masukin nih, gue yang aduk"

"Iya iya"

Dia mulai masukin terigu ke wadah sedikit demi sedikit sambil terus gue aduk.

"Setelah minyak apa?" gue bertanya lagi.

"Udah selesai terus dipanggang deh"

"Ovennya udah lo nyalain?"

"Eh iya hehehehe belum" dia menyengir kuda.

Satu jitakan kecil berhasil mendarat tepat dikepalanya, jitakan dari gue.

"Aduh sakit,iya iya maaf kan lupa" keluhnya disertai dengan bibirnya yang mengerucut lucu. Aduh Taa gue gemes.

"Nih pegang mixernya biar gue yang nyalain" ucap gue.

Teta menurut dan segera mengambil alih mixer dari tangan gue. Gue pun langsung berjalan kearah oven dan menyalakannya serta mengatur suhu. Pas gue selesai dengan oven ternyata Teta lagi nuangin adonan cakenya kedalam loyang.

"Taa.." panggil gue setelah dia selesai masukin loyang kedalam oven.

"Apa?"

"Rambut lo kena adonan" ucap gue santai.

"Hah iya? Mana?" tanyanya panik sambil memeriksa rambutnya.

"Nih" gue menunjuk bagian rambutnya yang kena adonan cake tadi.

"Ih kok banyak ya"

"Lo sih gak dikuncir rambutnya, gerah gue ngeliatnya" ucap gue sambil membersihkan rambut dia yang terkena adonan dengan tissue.

"Ih bawel"

"Kaya ibu ibu ya?"

"Bukan, kaya emak emak"

Cerita KamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang