Hate, Hate, Hate
Evelyn tak percaya ia bisa terjebak dalam situasi bodoh seperti tadi. Kenapa pula Riani tak mengatakan pada Evelyn jika mereka akan makan malam dengan Pak Hendri? Ia benar-benar kesal dan marah pada Arman, juga Riani. Terutama Arman.
Ketika Riani memberitahukan bahwa ia akan makan malam dengan Arman, Evelyn pikir Arman setidaknya memikirkan image pernikahan mereka, jadi meski ia pergi bekerja hari ini, tapi ia mengajak Evelyn makan malam juga. Namun ketika mendapati Arman tidak hanya memikirkan image pernikahan mereka, tapi juga memanfaatkan dan menggunakan Evelyn untuk menjaga image itu di depan rekan bisnisnya, Evelyn benar-benar merasa bodoh. Kesal juga.
Bagaimana tidak? Seharian ia bersusah payah demi menunjukan penampilan terbaiknya hanya untuk menjadi boneka Arman. Bukan hanya untuk image pernikahan mereka, tapi untuk perusahaan, pekerjaan, yang sangat dicintai pria itu.
Seolah Arman belum cukup membuat Evelyn kesal, ketika Evelyn berbaik hati menunjukan permainan pianonya tadi, Arman bahkan mengabaikannya. Ketika Evelyn memainkan piano tadi, ia melihat Arman sibuk membicarakan sesuatu dengan Luki. Sialan, pria itu.
Namun semua itu belum berakhir. Usai acara makan malam tadi, Arman meminta Evelyn pulang lebih dulu dengan Riani karena ada yang harus ia urus di kantor. Baiklah, oke, Evelyn mengerti. Ia doakan semoga pernikahan Arman dan pekerjaannya itu bahagia. Selama-lamanya.
Evelyn akhirnya meneriakkan kekesalannya di dalam mobil yang disetiri Riani menuju rumah Arman.
"Ada apa, Bu?" tanya Riani cemas dari depan.
Evelyn menatap Riani kesal dari kaca spion tengah. "Kenapa kamu tadi nggak bilang ke aku kalau acara makan malam tadi buat urusan bisnis? Kenapa kamu nggak bilang kalau bakal ada Pak Hendri sama istriya?" tuntut Evelyn.
Riani meringis. "Maaf, Bu. Tadi saya sudah akan mengatakannya, tapi Bu Evelyn menyela saya," Riani memberi alasan.
Evelyn menyipitkan mata sembari berusaha mengingat-ingat. Ia mengumpat kesal ketika mendapati Riani mengatakan kebenaran.
"Sebenernya malam ini Bu Evelyn ada jadwal makan malam di luar dengan Pak Arman dan ..."
Kalimat Riani tadi belum selesai dan Evelyn sudah heboh mengajak Riani berbelanja dan ke salon. Seharian tadi Evelyn memilih dan mencoba entah berapa banyak gaun, dari butik ke butik. Ia juga menghabiskan berjam-jam di salon untuk .... Ugh, memikirkannya hanya membuat Evelyn semakin kesal.
Memasuki rumah, Riani bertanya apakah ada yang Evelyn perlukan dan Evelyn menjawab jika ia tidak memerlukan apa pun. Ia bahkan menyuruh Riani pulang saja. Bahkan meskipun Riani tidak sepenuhnya bersalah, tapi tetap saja ....
Evelyn melangkah marah menaiki tangga menuju kamarnya. Dengan kasar ia melepas semua aksesoris yang dikenakannya. Ia lalu pergi ke ruang ganti dan melepaskan gaunnya, membuangnya sembarangan di lantai, menarik keluar kaos longgar dari lemarinya dan pergi ke kamar mandi tanpa memakainya.
Bahkan mungkin jika saat ini Arman ada di sini, Evelyn tidak akan keberatan meski ia berkeliaran di kamar ini tanpa pakaian. Namun sedetik setelah pikiran itu terbersit di kepalanya, Evelyn segera mengusir pikiran gila itu. Ia hanya bisa melakukan ini jika Arman tidak ada.
Evelyn masuk ke kamar mandi dan membiarkan air shower mengguyur rambut hasil salonnya tadi. Selama beberapa saat, ia hanya berdiri di bawah shower, membiarkan air mengguyur kepalanya, tubuhnya. Baru setelah ia lebih tenang sedikit, ia mengisi air di bathtub. Pikirannya bisa lebih tenang jika dia berendam.
![](https://img.wattpad.com/cover/95850050-288-k507209.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry Me or Be My Wife (End)
RomanceEvelyn terpaksa harus menjalani pernikahan bisnis dengan pria cuek yang sombong, Armando Alfian Brawijaya, demi melindungi keluarganya. Ia bahkan harus putus dari kekasihnya di hari pernikahannya. Evelyn membenci pernikahannya, membenci Arman...