Bab 23 - Cute Jealousy

132K 6.5K 72
                                    

Cute Jealousy


Saat Evelyn bangun pagi itu, Arman tak ada di sampingnya. Entah sudah bangun lebih dulu, atau ia tak pulang semalam. Ketika Evelyn turun untuk makan semalam, Bi Nah memberitahu jika Arman meninggalkan rumah dan belum pulang. Mendengar itu, Evelyn tak lagi merasa ingin makan.

Bahkan ketika kembali ke kamarnya, ia menghabiskan semalaman dengan menangis dengan menyedihkannya, hingga tertidur. Evelyn bahkan tak terkejut melihat matanya yang bengkak saat ia bercermin di depan wastafel kamar mandi.

Evelyn menarik napas dalam, lalu mencuci muka. Ia menghabiskan tiga puluh menit untuk berendam, sebelum keluar dari kamar mandi. Saat ia turun ke ruang makan, Arman juga tidak ada di sana. Apa dia sudah berangkat bekerja?

Namun dari Bi Nah, Evelyn akhirnya tahu jika pria itu tidak pulang. Entah ke mana ia pergi. Mungkin menemui siapa pun gadis yang dicintainya itu.

Sialan, Arman!

Evelyn bergegas meninggalkan ruang makan tanpa menyentuh makanannya sebelum Bi Nah atau siapa pun di rumah itu melihat air matanya. Namun saat ia akan menaiki tangga, Riani yang ada di sana sempat melihatnya. Jelas gadis itu akan melaporkannya pada Arman.

Tak ingin Arman melihat keadaan menyedihkannya, hari itu Evelyn memutuskan untuk keluar dari rumah. Ia akan berbelanja, makan di restoran mahal, dan ia akan melakukan apa pun yang akan membuatnya tampak bahagia.

Namun, ketika Evelyn memasuki butik pertama, ia sudah melihat Arman di sana. Evelyn menatap Riani tajam, yang hanya menggumamkan maaf. Setelah dia bersenang-senang dengan gadisnya, sekarang dia akan mengawasi Evelyn seperti maniak gila? Pria kurang ajar tidak tahu diri!

Evelyn mengabaikan Arman. Pun ketika pria itu mengikuti Evelyn ke butik-butik berikutnya. Apa pria itu tak punya pekerjaan?

Saat tiba jam makan siang, Evelyn pergi ke restoran mewah, masih dengan diikuti Arman. Ia memesan course meal paling mahal. Toh uang yang ia gunakan adalah uang Arman. Sejak mereka menikah, Evelyn memang mendapat kartu dari Arman. Semua pengeluaran Evelyn, ditanggung Arman. Meski di awal pernikahan mereka dulu, Evelyn masih menggunakan kartunya sendiri.

Meski begitu, satu-satunya yang disentuh Evelyn saat makan siang itu adalah air putihnya. Ia sama sekali tak lapar, lebih tepatnya, tak ingin makan. Evelyn melihat Arman duduk beberapa meja darinya, pria itu juga hanya memesan makanan tanpa menyentuhnya.

Maniak gila keras kepala. Apa dia sebegitu tak percayanya pada Evelyn? Bahkan setelah menuduh Evelyn kemarin ....

Evelyn mengusir pikiran menyedihkan itu sebelum ia kembali menangis. Evelyn meninggalkan restoran itu sebelum mereka menyajikan makanan penutupnya. Lagi, Arman mengikutinya. Sementara tujuan Evelyn berikutnya adalah ... rumah orang tuanya. Lihat apa yang akan Arman lakukan di sana nanti.

Begitu Evelyn tiba di rumah orang tuanya, ibunya menyambutnya hangat, sementara ayahnya masih di kantor. Saat ibunya memeluknya, Evelyn mendapati tangisnya kembali pecah.

Ibunya tak bertanya dan hanya menepuk punggungnya lembut. Selama beberapa saat, ibunya hanya membiarkan Evelyn menangis di pelukannya. Begitu Evelyn sudah lebih tenang, barulah mereka pindah ke ruang keluarga.

Ibunya tak langsung bertanya kenapa Evelyn menangis, tapi justru menanyakan kabar Evelyn. Selama beberapa saat, mereka hanya mengobrol tentang hal-hal biasa. Tentang liburan ayah dan ibunya, tentang kelas memasak Evelyn, juga tentang Ryan.

Tak terasa, hari beranjak sore. Evelyn baru saja akan berkata jika dia ingin menginap, ketika ibunya lebih dulu berkata,

"Kamu pulang sana. Udah sore. Udah waktunya suamimu pulang kantor, kan?"

Marry Me or Be My Wife (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang