Party
Sejak insiden nasi goreng asin hampir seminggu lalu, belum sekali pun Arman membahas insiden itu. Meski setiap kali mereka ada di ruang makan, Evelyn bisa melihat Arman berusaha menahan senyumnya. Terkadang malah pria itu sengaja memalingkan wajah dari Evelyn untuk menyembunyikan senyum. Meski begitu, Evelyn bahkan tak bisa protes.
Namun malam itu, ketika Evelyn mengenakan gaun yang dihadiahkan Arman, yang membuat Arman harus merasakan nasi goreng asin itu, Evelyn tak bisa diam saja. Ia melirik Arman yang duduk di sebelahnya di mobil pria itu, sementara Luki menyetir dan Riani duduk di jok depan.
"Apa makanan kesukaanmu?" Evelyn memulai.
"Nasi goreng," jawab Arman cepat.
Evelyn mengumpat dalam hati.
"Oke, waktu itu aku masih belajar," Evelyn mengakui. "Garamnya kebanyakan."
Arman mengangguk sembari berusaha menahan senyum.
"Aku terus latihan masak abis kejadian itu," Evelyn menyebutkan.
"Aku tau," balas Arman. "Kamu ikut kelas masak, kan? Riani udah bilang ke aku."
Evelyn berdehem.
"Trus, sekarang gimana hasilnya?" tanya Arman.
Evelyn kembali berdehem. "Semua butuh proses. Nggak ada yang instan. Dan proses itu panjang waktunya. Nggak mungkin dalam semalam aku langsung jago masak, kan?"
"Nggak semalam juga, sih," Arman membalas. "Empat malam? Kalau dihitung dari insiden nasi goreng itu, empat malam, bukan?"
Evelyn menahan emosinya. Baiklah. Toh memang dia yang salah.
"Ini pestanya di mana, sih? Masih jauh?" Evelyn mengalihkan pembicaraan.
"Bentar lagi juga nyampe," Arman menjawab santai.
Evelyn sudah akan protes ketika mobil itu berbelok ke pelataran parkir sebuah hotel berbintang. Terpaksa ia menelan lagi protesnya. Apalagi saat ia turun, Arman memegangi tangannya, membantunya turun dari mobil.
Evelyn menautkan tangannya di lengan Arman sebelum mereka berjalan memasuki hotel itu. Pestanya diadakan di ballroom hotel itu. Pak Hendri dan istrinya menghampiri dan menyapa Arman dan Evelyn saat melihat mereka.
Istri Pak Hendri bertanya tentang kabar ibu Evelyn. Meski Evelyn belum sempat melihat ibunya lagi sejak ia menikah, tapi ia beberapa kali menelepon ibunya menanyakan kabar, dan ayah ibunya sepertinya baik-baik saja. Berkat pernikahannya dengan Arman. Bahkan kemarin, orangtuanya baru saja berangkat berlibur ke luar negeri, dengan paksaan Arman. Pria itu bilang, setelah menghadapi masalah perusahaan kemarin, orangtua Evelyn perlu liburan. Bahkan papa Arman juga akan bergabung dengan orangtua Evelyn.
Istri Pak Hendri lantas membawa Evelyn pergi dari Arman dan memperkenalkan Evelyn pada tamu-tamu yang ada di sana. Dari Arman, Evelyn mendengar jika pasangan suami istri ini tidak mempunyai putra. Karena itulah Pak Hendri dan istrinya sangat menyukai Arman. Hari ini adalah pesta ulang tahun perusahaan mereka sekaligus perayaan ulang tahun pernikahan perak mereka. Karena itu, Arman meminta Evelyn untuk bersikap manis di depan mereka. Setidaknya itu yang dikatakan Arman ketika mereka bersiap-siap ke pesta tadi.
Tapi bahkan meskipun Arman tidak meminta, Evelyn akan bersikap manis di depan mereka. Mereka toh orang yang baik. Lihat betapa mereka sangat menghargai dan memperhatikan Evelyn.
Setelah memperkenalkan Evelyn pada para tamunya, istri Pak Hendri itu meminta Evelyn memainkan piano untuknya. Bahkan sebelum Evelyn sempat menyetujui, istri Pak Hendri sudah mengumumkan dari stage di depan bahwa Evelyn akan memberikan lagu selamat untuk pestanya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry Me or Be My Wife (End)
Roman d'amourEvelyn terpaksa harus menjalani pernikahan bisnis dengan pria cuek yang sombong, Armando Alfian Brawijaya, demi melindungi keluarganya. Ia bahkan harus putus dari kekasihnya di hari pernikahannya. Evelyn membenci pernikahannya, membenci Arman...