Bab 16 - Smile For Me

132K 6.6K 77
                                    

Smile For Me


"Pagi," Evelyn menyapanya saat gadis itu memasuki ruang makan yang menjadi satu dengan dapur.

Arman menoleh sekilas dan membalas, "Pagi," sebelum melanjutkan membuat sarapan.

"Kamu masak?" tanya Evelyn seraya berdiri di samping Arman.

Arman mengangguk seraya mengocok telur yang sudah dicampurnya dengan potongan kecil sosis di mangkuk kecil.

"Ini apa?" tanya Evelyn saat melihat telur di mangkuk yang dibawa Arman.

"Telur," jawab Arman sekenanya.

Evelyn mendesis kesal, membuatnya tersenyum geli.

"Aku juga tau ini telur," kesal Evelyn. "Tapi ini mau dibuat apa?"

"Digoreng aja. Tadi aku kasih sosis. Kamu doyan, kan?" tanya Arman.

Evelyn mengangguk, tapi ia masih bertahan di tempatnya.

"Kamu sejak kapan bisa masak?" tanya Evelyn kemudian.

"Sejak Papa nyuruh aku sama Lyra bagi tugas selama kita liburan di sini," Arman memberitahu "Lyra anti masak. Dia bahkan nggak bisa nyalain kompor. Aku udah bilang kalau dia nggak bisa masak, kan?"

"Bohong," dengus Evelyn geli.

"Kalau aku bohong, kamu bisa cium aku nanti," balas Arman enteng, sementara Evelyn memukul lengannya pelan.

"Nanti bakal aku tanyain sendiri ke Lyra," ucap gadis itu.

"Tanya aja," Arman menanggapi. "Sekalian bilang ke dia kalau kamu juga nggak bisa masak."

"Aku lagi belajar," Evelyn tak terima.

Arman mengangguk-angguk. Ia sudah akan mengomentari tentang itu ketika Evelyn lebih dulu berkata,

"Jangan ngeledekin kemampuan masakku terus, sih. Atau aku nggak bakal mau masak lagi."

Arman terpaksa mengalah. "Mau aku ajarin masak?" ia berbaik hati menawarkan.

Evelyn menyipitkan mata menatapnya. "Beneran, kamu mau ngajarin aku masak?"

Arman mengangguk. Ia lantas meletakkan mangkuk berisi telurnya tadi.

"Kamu bisa nyoba goreng telurnya," Arman mempersilakan.

Evelyn mengangkat alis. "Kamu nantangin aku?"

Arman tersenyum geli, menggeleng, tapi Evelyn tampaknya tak percaya.

"Aku juga udah bisa goreng telur," kata gadis itu seraya mendorong Arman minggir. "Liat aja. Aku bahkan bisa ngebalik telurnya tanpa pecah."

"Oke," Arman menuruti sembari berusaha menahan senyum gelinya.

Ia kemudian menyaksikan Evelyn memanaskan minyak, lalu memasukkan telur ke penggorengan. Ketika tiba waktunya membalik telur itu, Arman bisa melihat keraguan gadis itu. Evelyn sudah akan menggunakan spatula untuk membalik telurnya, tapi ia menarik tangannya lagi.

Gadis itu lantas berdehem dan memegangi penggorengan itu dengan tangan kanannya. Dugaan Arman, ia akan melempar telurnya ke udara untuk membaliknya.

"Kamu yakin bisa? Ntar kalau telurnya jatuh, kita nggak sarapan, lho. Telurnya tinggal itu tadi," Arman mengingatkan Evelyn.

Arman tersenyum geli melihat Evelyn semakin gugup kini. Tak bisa tinggal diam, Arman kemudian berpindah ke belakang Evelyn, tangan kanannya melingkupi tangan Evelyn yang memegang gagang penggorengan. Dengan satu sentakan, Arman melempar telurnya ke udara dan membaliknya tanpa menjatuhkannya sedikit pun.

Marry Me or Be My Wife (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang