#5: Unacceptable Memory

2.3K 166 3
                                    

***

[Song background: Azu - Stay With Me ]

***


Hinata menghindarinya.

Dia bisa merasakannya. Gadis itu bahkan tak ingin betatap muka dengannya. Naruto harus bekerja keras untuk menyusup ke tenda perempuan hanya untuk mengucapkan selamat malam ke Hinata. Tapi dengan sadis, Hinata mengusirnya dengan mengancam akan memanggil guru Kakashi.

Pernah sekali, Naruto rela dimaki Sasuke karena tak membantu mengangkut kayu bakar untuk api unggun hanya untuk melihat dengan siapa Hinata berbicara. Tapi lagi-lagi Hinata memergokinya dan menyuruhnya untuk mengenyahkan bokongnya jauh-jauh.

Naruto menggaruk kepalanya frustasi.

Apa yang di sembunyikan Hinata?!

Kedua bola mata saphire milik lelaki itu bergulir melihat Sasuke yang mendengus di sebelahnya. Pria Uchiha itu menatap layar ponselnya yang besar. Naruto mengernyitkan dahinya, menggeser mendekati sobat karibnya itu hendak melihat apa yang dapat membuat Uchiha prodigy itu tersenyum tipis.

Asap kecil muncul dari kedua daun telinga Naruto. Disana, terpampang foto gadis berambut bubblegum yang selfie dengan teman seperempuannya dan seorang guru.

Guru baru yang membuatnya resah siang malam.

'Selfie bersama sensei yang tampan dan muda!' Caption Sakura.

Mata Naruto menatap foto itu tak berkedip. Sasuke menoleh heran, heran melihat sahabatnya yang tumben-tumbennya memandangi Sakura yang berdiri paling depan dalam foto itu. Sasuke mengamati siapa saja yang berada dalam jepretan dadakan tersebut. Sasuke paham.

Disana tak hanya ada Sakura dan Ino yang tersenyum paling depan. Tepat di sana, di samping tubuh TenTen yang tertawa lebar, berdiri Hinata Hyuga. Bahunya terlilit lengan kekar milik Toneri Otsutsuki. Hinata tak tersenyum, hanya mengeluarkan semburat merah dan menundukkan kepala. Toneri tersenyum tipis. Dan kepalanya itu! Sangat dekat dengan wajah Hinata yang terlihat luar biasa canggung.

Naruto bangkit dari posisi duduknya, siap menghantamkan ponsel Sasuke ke lantai jika saja sang Uchiha tak cepat menghentikannya.

Sasuke menggerutu dan memasukkan ponsel pintarnya ke saku, "Dengar, aku tahu kau cemburu, tetapi semuanya tak akan selesai jika kau hanya marah-marah saja!"

Naruto menggeram marah, "kau tak mengerti apa yang ku rasakan, brengsek!"

Sasuke berbalik dan mencengkram kerah jaket oranye Naruto, kedua matanya berkilat tajam, urat kesal tampak berdenyut gila di kedua pelipisnya, "Aku tahu," kedua tangan lelaki berambut hitam itu melepaskan cengkramannya di tubuh Naruto dengan kasar, "Aku tahu segala detail yang kau rasakan, jangan pikir kau bisa membodohiku."

"Aku tahu amarahmu setiap kali Toneri-sensei menyentuh Hinata,"

"Aku tahu rasa tak nyamanmu setiap kali Hinata menolak berbicara denganmu,"

Sasuke membalikkan tubuhnya seraya mengusap wajahnya kasar, "Setidaknya lakukan sesuatu selain merengek dan mengganggu orang lain."

Naruto menunduk, wajahnya muram dan kusam. Kedua tangannya masih mengepal. Urat-urat pada wajahnya tegang. Dan kedua alisnya yang menukik menandakkan betapa marahnya Uzumaki kita ini.

"Hei, Naruto," Sang pemilik nama mengangkat kepalanya menatap kedua bola mata onyx Sasuke, "hanya satu hal yang perlu kau ingat..."

"...lakukanlah secara jantan, jangan ceroboh kali ini."

UnconqueredTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang