#10: Te Amo

4.4K 236 10
                                    

I love you....

***

[Instrumental background: Wind - Akeboshi]

***

Toneri telah di jebloskan ke dalam penjara. Seluruh orang baik di mansion Hyuga dan mansion Uzumaki serta warga Konoha Gakuen telah mendengarnya. Sebagian besar penggemar pria itu menangis meratapi nasib mengenaskan lelaki tampan itu. Kejadian itu masuk ke dalam berita. Hukuman yang di jatuhkan pada pria Otsutsuki itu adalah kurungan selama lebih dari sepuluh tahun, meski belum pasti apa tindakan selanjutnya. Terlebih pria itu yang mati-matian mencoba membela dirinya dengan menuduh Naruto Uzumaki yang mencoba membunuhnya dan menculik Hinata untuk usaha prostitusi. Sidang berakhir kacau, lelaki itu mengamuk dan pihak keamanan terpaksa harus menyeret pria itu keluar untuk menenangkannya. Beritanya menyebar dengan cepat dalam beberapa jam setelah tragedi penculikkan Hinata dan percobaan pembunuhan pria tersebut terhadap Naruto.

"Dasar gila," Desis Hiashi. Naruto dan Hinata mendongak melihat Hiashi yang berdiri di belakang sofa. Di tangan pria itu terdapat sebuah handuk putih untuk mengeringkan tubuh keduanya. Mereka telah kembali ke mansion Hyuga untuk mengobati luka-luka yang disebabkan Toneri.

"Apa yang kupikirkan dulu hingga bisa bekerja sama dengan psikopat itu."

Hiashi memberikan handuk itu kepada mereka dan mendudukkan dirinya di samping Naruto.

"Soal kejadian itu... aku minta maaf," Hiashi menatap naruto dalam, "Aku tak menyangka Toneri akan melibatkanmu seperti itu, dan terima kasih untuk menyelamatkan putriku."

Naruto meletakkan handuk itu di pangkuannya dan menyengir ke arah Hiashi, "Tidak apa-apa, ttebayo!" kedua matanya bergulir ke arah Hinata yang menatap khawatir luka-luka di wajahnya, "Lagipula aku akan melakukan apapun untuk Hinata-chan."

Hiashi mengangguk paham dan bangkit berdiri, pria itu mengambil kedua handuk yang basah itu dan menyerahkannya kepada seorang pelayan wanita yang sedari tadi berdiri di sudut ruangan.

Lelaki paruh baya itu melangkah keluar meninggalkan sepasang kekasih itu sendiri. Mempercayakan gadis sulungnya kepada pemuda bernama lengkap Naruto Uzumaki.

Keduanya terdiam. Tak tahu ingin mulai dari mana. Naruto mengerti jika Hinata masih ketakutan setelah melihat proses penembakkan dengan mata kepalanya sendiri. Apalagi posisi Toneri yang berdiri di belakag mereka mengharuskannya untuk melihat darah yang bermuncratan. Obsesi pria itu terbilang ekstrim, dalam kondisi apapun dia akan mengorbankan segalanya--bahkan kedua kakinya, untuk mendapatkan HInata.

Namun tuhan berkata lain. Tak ada kalimat Toneri dan Hinata dalam buku sejarah. Pria itu mendapatkan apa yang dia pantas dapatkan. Kondisi kejiwaannya harus di atasi sebelum bertambah buruk, dan Naruto tak yakin jika HInata akan berani bertatap muka dengan Toneri walaupun dia dinyatakan sembuh.

"Naruto," panggil Hinata pelan, tangannya menyentuh perban yang membalut kepala kekasihnya, "Umh--maksudku Naruto-kun."

"Ya?"

"Aku sangat-sangat bererima kasih untuk semuanya, kau menyelamatkanku..." Hinata tersenyum manis dan memberanikan diri untuk memeluk tubuh Naruto pelan. Kepalanya tenggelam dalam dada Naruto dan gadis itu berbisik, "dan untuk mencintaiku."

Naruto sempat menahan napas sebentar melihat kenekatan Hinata. Selain dari luka yang juga membalut punggungnya, tapi tubuh Hinata yang bersandar di dadanya membuat dia nyaris kehilangan akal. Badan Hinata sangat kecil, sedangkan miliknya besar, mereka memang ditakdirkan bersama, layaknya dua potongan puzzle yang saling melengkapi.

UnconqueredTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang