Four- "Saver."

154 15 1
                                    

Aku kembali memasuki ruangan osis, disana sudah terdapat banyak anggota osis yang lainnya. Hari ini kita akan mengadakan rapat.

"Ketua," panggil Jack. "Apa harus peraturan sekolah di tulis di buku, peraturannya sangat banyak." Jack adalah orang kepercayaanku, sifatnya yang kecewek-cewean yang membuatku nyaman padanya, namun tetap saja dia tetap takut padaku. Aku menatap Tajam ke arah Jack.

"Tentu saja harus!" Tegasku.

"Ta-tapi?" Kata Jack gugup.

Aku menatap Jack dengan Geram. Namun belum saja aku berbicara dia sudah berkata terlebih dahulu. "Baiklah." Kata Jack yang langsung kembali ke mejanya.

"Ketua," Kata Harry. "Bagaimana dengan persiapan besok?" Dia benar, aku hampir saja lupa, besok adalah lomba yang biasa di adakan oleh sekolah kami, yaitu olimpiade olahraga.

"Ya, tentu saja, aku akan menjelaskannya." Kataku.

***

Setelah pulang sekolah aku harus menjalani kehidupanku yang lainnya, menjadi pembantu di rumah orang kaya. Aku memiliki alasan sendiri mengapa harus menjadi pembantu. Aku juga harus membutuhi keperluanku dan keluargaku juga. Aku memiliki adik dan seorang ibu yang sangat aku sayangi, sementara ayahku dia telah meninggal. Aku memasuki pintu belakang dan mulai memasuki ruang ganti.

"Stella," Panggil madamm. "Bisakah kau bersihkan kamar tuan Sebastian."

"Apa?" Tanyaku kaget.

"Kenapa memang?" Tanyanya balik padaku. Oh tuhan, ini adalah hari sialku, kenapa aku harus membersihkan kamarnya.

"Ti-tidak." Jawabku dengan gugup.

***

Aku mengetuk pelan pintu kamarnya. Namun tak ada jawaban. Lalu aku mencoba mengetuk lagi namun tetap saja tidak ada jawaban. Syukurlah, berarti dia sedang tidak ada di rumah. Aku memasuki kamar itu dengan hati-hati. Ada satu pertanyaan yang selalu terngiang di kepalaku, jika dia memang orang kaya, kenapa dia harus sekolah di sekolahan negri? Sudahlah lupakan Stella, dia sama sekali bukan urusanmu. Saat aku tengah merapihkan kasurnya, aku mendegar suara pintu kamar mandi terbuka. Dia ada disini.

"Sekarang seragammu berubah ketua." Kata Sebastian yang langsung membuatku kaget dan sekaligus gemetar. Dia hanya menggunakan jogger pants saja dan tidak mengenakan atasan. Aku merasa mukaku memerah, apa yang terjadi pada mu Stella? Kau tidak pernah seperti ini sebelumnya?

"Maafkan aku Tuan karena langsung masuk, tapi aku sudah mengetuk pintu." Aku mencoba bersikap propesional mungkin namun tetap saja aku merasa ada tekanan di setiap ucapanku.

"Wow!" Kata Sebastian. Dia tertawa terbahak-bahak "kau aneh, kau seperti semangka." Ia terus tertawa di sela-sela ucapannya. Apa dia baru saja memangilku aneh dan memangilku semangka?  Ini adalah pekerjaanku, kenapa dia berani menghinannya, dan dia berani sekali menggolongkan aku sebagai buah-buahan. Aku harus sabar menanggapinya. Bagaimana pun juga dia adalah anak dari Tuan rumah. Aku harus sabar.

"Baiklah Tuan, kamarnya sudah bersih." Kataku sambil tersenyum palsu.

"Mau kemana ketua Osis?" Kata Sebastian yang langsung menahan tanganku yang sudah memegang kenop pintu.

"Aku harus keluar Tuan." Kataku yang mencoba bersikap ramah. Ia mendorongku pelan ketembok. Mataku bertemu dengan mata birunya. Deg, apa-apaan ini? Kenapa aku tidak bisa melawannya? Ayo Stella lawan dia dan kenapa aku merasa wajahku memerah sekarang.

"Apakah ada orang lain yang tahu pekerjaanmu?" Tanya Sebastian. Kenapa pertanyaannya mampu mengimidasiku? Bahkan aku merasa sekujur tubuhku merinding, Sebastian telah berubah menjadi Sebastian yang serius, aku tidak pernah mengerti dengan perubahan sikapnya. Tadi sikap Sebastian gila sekarang menjadi Sebastian yang serius, aku tidak mengerti.

"Tidak." Jawabku dingin.

"Benarkah?" Tanyanya lagi. Rasanya aku ingin keluar dari situasi ini juga. Aku mencoba mendorongnya namun tetap saja dia lebih kuat. "Minggir." Kataku yang masih berusaha mendorongnya. Ia terdiam, lalu tangannya mengusap kepalaku lembut. "Maaf, ketua." Ia tersenyum manis padaku. Deg, apa-apaan ini? Sekarang aku merasa wajahku benar-benar semerah ikan lobster, bagaimana bisa dia membuatku takut dan malu secara bersamaan.

***

Hari sudah menunjukan malam. Aku pun mulai menuju jalan pulang, namun aku terkejut saat melihat Finn, Lucas dan Cam ada di hadapanku.

"Ohh, jadi pekerjaan ketua Osis kita adalah pembantu." Kata Finn yang sambil tertawa kecil dan diikuti oleh Lucas dan Cam. Finn memegang tanganku dengan kasar. Aku ingin melawannya namun badanku terlalu lemah, mungkin karena tadi siang aku lupa makan. Rasanya aku ingin pingsan. Namun aku terkesiap karena seseorang lamgsung menangkis tangan Finn yang mengengamku erat.

"Jangan sentuh dia." Mataku membulat mendegar Suara yang sudah sangat aku kenal. Suara sebastian. "Dia miliku." Aku benar-benar terkejut akan ucapnnya, namun aku terlalu lemah untuk melawannya.

"Se-sebastian?" Tanya mereka gugup dengan secara bersamaan, mereka terlihat takut dan langsung berlari begitu saja. Setelah itu aku tidak melihat apa-apa lagi. Dan setelah aku sadar, aku pun sudah berada dirumahku.

Jangan lupa vote dan comment yang 😂 Gua doain deh semoga di datengin sama Sebastian.

Can you keep my secret?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang