seven

163 21 0
                                    

"Hei, jalan-jalan ke taman, yuk!" ujar Seungcheol sambil menuangkan kopi hitam ke mug-nya.

"Tidak mau, mataku bengkak begini" tolakku.

"Salah sendiri, kenapa kau emosional sampai menangis semalaman" hujat sahabatku itu seraya menunjukan cengirannya. Sebelum aku melontarkan balasan, ia kembali menjawab, "ayolah, pakai kacamata hitam saja~ memangnya kau itu vampir apa? keluar rumahlah sekali-sekali"

Aku menggaruk tengkukku dan mengiyakan. Pemuda bersurai hitam itu menyeruput kopinya sambil tersenyum girang.

Jam 10, kami pun pergi keluar. Matahari bersinar terang meski udaranya agak dingin. Daun-daun masih berguguran dan menumpuk di pinggir jalan. Beberapa anak memanfaatkan situasi itu untuk bermain dan mengumpulkan daun maple.

"Wah ramai juga jam segini" kami akhirnya sampai di taman, dan sepanjang penglihatan, banyak orang tua yang membawa anak-anak mereka kesana. Beberapa pasang kekasih pun turut meramaikan tempat tersebut.

Setelah berjalan cukup jauh, kami akhirnya menemukan satu bangku kosong dan duduk disana.

"Kenapa tidak jadi pakai kacamata hitam?" goda Seungcheol tiba-tiba.

Aku meliriknya malas. "Aneh tau, kalau pagi-pagi begini"

Pemuda bersurai hitam itu membalasnya dengan tertawa ringan.

"Kau mau minum? Akan kubelikan" Seungcheol beranjak dari posisinya.

"Erm, jus apel saja, terima kasih" jawabku.

Sembari menunggu Seungcheol kembali, aku menatap daun-daun maple yang berguguran karena tertiup angin.

"Jisoo-ya! Nanti kita ke taman lalu mengambil daun maple sama-sama, yah!"

Dadaku terasa sakit. Aku buru-buru mengusap mataku dan menghela napas beberapa kali. Tidak mungkin aku menangis di keramaian begini.

"Oppa!" seorang anak perempuan imut dengan rambut dikuncir dua menghampiriku dengan senyum lebar. "untukmu~"

Gadis kecil itu memberiku daun maple yang telah berubah menjadi kemerahan karena musim gugur.

"Untukku?" Aku tersenyum kearahnya dan gadis itu mengangguk. "Terima kasih"

Gadis itupun tersenyum lebar dan berlari menuju sepasang suami istri yang sepertinya merupakan orangtuanya. Aku pun menganggukan kepala tanda hormat saat mereka melihatku. Mereka membalas dan kembali berjalan.

"Wah wah ada apa ini?" Seungcheol rupanya telah selesai membeli minuman. "Aku seperti habis menonton drama, apa itu judulnyaㅡ"

"Berisik, Cheol-ah" aku pun memasukkan daun itu ke kantong mantelku dan mengambil gelas plastik berisi jus apel dari tangannya dan mulai menyeruput isinya.

"Mau jalan lagi?"

"Oke"

Kami akhirnya sampai di ujung taman yang menghadap ke jalan raya yang sudah dipenuhi kendaraan lalu lalang.

"Ayo balik lagi" Seungcheol memutar tubuhnya, tapi mendadak ia berhenti melangkah.

Aku nyaris menabrak punggungnya. "Ada apa? Kok berhenti?"

"Err tidak.." sayang, mulutnya tak sejalan dengan kedua matanya yang menatap kearah dua lelaki yang sedang berjalan kearah kami.

Aku menahan napas saat mengetahui siapa salah satunya.

Yoon Jeonghan.

Berjalan dengan seseorang yang tak kami kenal.

silenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang