Part 6

1.6K 124 4
                                    

"Mmm.. Nomormu.. aktif ?" tanya Gus Zahid. Fatma diam, lebih tepatnya tak tau harus menjawab apa.
Untuk apa seorang Gus Zahid menanyakan nomorku aktif atau tidak ? Batin Fatma.

"Masih. Maaf, Gus. Aku mbalik ke pondok dulu. Assalamualaikum." Fatma langsung pergi sebelum mendengar jawaban salam dari Gus Zahid. Ia tak mau terlihat salah tingkah di hadapan lelaki itu. Sama sekali jangan sampai terlihat.

Sementara itu, masih di depan pintu ndalem, dia tersenyum. Entah kenapa, walaupun hanya berdialog sebentar dengan gadis itu, mampu membuat Gus Zahid tersenyum. Dia adalah Gus Zahid. Seorang lelaki yang telah jatuh karena gadis itu. Dijatuhkan hatinya.

Fatma memasuki kamarnya dengan terburu-buru. Memukul pipinya berkali-kali. Mencubit tangannya lebih dari sekali. Ini bukan mimpi ! Ini bukan mimpi seperti dugaannya. "Tapi kenapa ?" gumamnya.
"Kenapa apanya, Fat ?" Anis ternyata sedari tadi ada di kamarnya. Fatma kikuk.
"Mm.. Nggakpapa, Nis." jawab Fatma.
"Eh, Fat, tunggu, lihat sini." ujar Riani. "Sini, lebih deket lagi." Fatma mendekat ke Riani.
"Kok pipimu merah ?" Fatma bertambah kikuk.
"Kenapa e, Fat ? Kamu habis ketemu siapa ? Jangan-jangan.." Anis menyipitkan matanya. Memasang wajah seperti orang yang sedang menyelidiki.
"Jangan-jangan apa ? Nggak ada apa-apa kok." bantah Fatma.
"Kenapa hayo, Fat ? Kamu jatuh cinta lagi kan ?" ujar Anis masih dengan wajah yang sama.
"Orang mana, Fat ? Santri putra kah ?" Kali ini, Riani yang meledeknya.
"Udah-udah aku mau nderes." Fatma mengambil Al-Quran dan handphonenya lantas ke luar kamar. Sementara Anis dan Riani hanya tertawa puas setelah melihat Fatma pergi karena malu seperti tadi.

Fatma ke pendopo yang biasa digunakan setoran pagi dan nderesan sore. Jam sudah menunjukkan pukul 9 tapi dia belum membuat hafalan 1 ayat pun. Pikirannya sedang teralihkan saat ini.
"Ah fokus fokus. Aku harus fokus." gumamnya.

Handphone di sebelahnya berbunyi. Ada 1 pesan yang masuk. "Pasti orang itu. " gumam Fatma.
Semangat hafalan, Fatma.
Fatma mengetik balasan ke nomor itu. Dia tak pernah suka teka-teki.

Ini siapa ? Tolong jangan mbuat org ngrasa ngeri.

5 menit, 10 menit, Handpdhone Fatma berbunyi.

Nanti kamu pasti tau.

Fatma kesal. Ia mengunci layar handphonenya lalu membuka Al-Qurannya. Belum memulai bacaannya, handphonenya sudah berbunyi lagi.
"Kok nomornya beda?" gumam gadis itu. Tampak tulisan, Kamu di mana sekarang ?

Ya Allah, ini siapa lagi ? Aku takut. Kenapa sih sama orang-orang ini ? Apa serunya sms tanpa identitas? Gerutunya.

Ini siapa ? Balasnya. Tak seperti orang dengan nomor yang sebelumnya, kali ini orang itu membalasnya dengan cepat.
Aku Zahid Hamizan Rabbani. Kamu di mana sekarang ?

Fatma tercengang. Untuk kesekian kalinya, orang itu berhasil membuat Fatma salah tingkah. Fatma tak tau harus menyebut perasaan apa ini. Tapi yang jelas, orang itu membuat pikiran Fatma terganggu.
Di pendopo, Gus. Jawabnya singkat. Tak mau memperpanjang obrolan.

Handphonenya berbunyi. Gus Zahid ternyata fast respon juga. Batinnya.
Oh. Mau nderes ya ? Maaf ganggu. Smgt nderes, Fat.

Fatma menutup handphonenya. Lalu tersenyum.  Dibukanya mushaf coklat kesayangannya. Memulai bacaannya, berusaha fokus. Gemuruh di batinnya tak dapat ditipu. Jatuh hati ? Mungkin.

Lelaki itu membuka handphonenya, membaca sms yang ia terima. Lelaki itu tersenyum, lalu menutup handphonenya. Kurasa, aku jatuh hati lagi. Gumamnya.

***

Pagi masih memberi pemandangan yang indah. Matahari baru saja terbit. Setoran pagi belum selesai. Tapi Fatma sudah setoran tadi, jadi saat ini ia sedang bersantai di kamarnya. Mengecek handphonenya. Mengirim kabar kepada ayah dan kakaknya. Membuka akun facebooknya.

#2. Nantikanku di Batas WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang