Kamu itu orang baik. Aku ini orang bodoh. Saking bodohnya, aku sampai lupa kalau kamu selalu baik ke semua orang. Bukan kepadaku saja.
***
Alina berjalan ke ruang makan menuruni tangga. Disana sudah ada Rangga dan Papa. Tanpa ada Mama, seperti biasa.
Mamanya ini wanita karir, dia terlalu sibuk dengan dunianya. Sehingga lupa akan kewajibannya sebagai seorang Ibu. Mungkin istri juga.
"Mama?" tanya Alina saat dirinya sudah duduk di kursi seperti biasa.
"udah berangkat kerja. Kamu hari ini mau di anterin Papa nggak? Hari ini Papa nggak terlalu sibuk"
Bukannya menjawab. Alina hanya menatap makanan yang ada di meja. Nasi goreng. Dan Alina sudah bisa kembali menebak siapa yang memasaknya.
Pasti Papa. Karena Mamanya tidak bisa memasak, makanya Alina sedikit sangsi jika yang memasak nasi goreng ini adalah Mamanya -Agis-.
"kak, nasi gorengnya asin tau. Kenapa nggak Kaka aja yang masak?" bisik Rangga yang duduk disebelahnya.
"Hargai aja, udah untung ada yang masakin sarapan" balas Alina tanpa berbisik, tetapi tidak terlalu keras juga. Membuat Papanya kembali menatap anak gadisnya.
Alina menyendok nasi goreng ke piring. Hanya sedikit. Karena tidak mau ambil resiko memakan makanan yang asin.
Jika Papa yang bikin, sekali asin maka asinnya kebangetan. Jika pedas, maka akan benar-benar pedas. Tapi jika tidak ada rasanya, maka akan benar-benar hambar. Tidak pernah tanggung-tanggung.
Rumah Alina memang memiliki pembantu rumah tangga. Tapi biasanya hanya datang pada pukul delapan sampai pukul lima sore, setelahnya akan pulang. Tidak menetap.
Itulah mengapa setiap pagi Alina jarang sarapan. Karena tidak ada yang membuatkannya. Namun Ia seberusaha mungkin untuk memaksa Rangga sarapan. Walaupun hanya telur ceplok atau dadar.
Ini juga jarang-jarang Papanya ikut sarapan. Sampai memasak pula. Bisanya pagi-pagi sekali Papa dan Mama Alina sudah berangkat ke kantor. Menyisakan Alina dan Rangga.
Memang inilah pahitnya memiliki orangtua yang serba memikirkan karir ketimbang keluarga.
Alina bersumpah, jika sudah besar nanti Ia tidak mau menjadi wanita karir. Ia ingin berbakti kepada suami dan menjadi ibu idaman bagi anak-anaknya kelak.
Bahkan Alina sudah menanamkan hal itu pada dirinya dari sekarang. Dia tidak mau anak-anaknya nanti merasa kekurangan kasih sayang seperti dirinya.
Setelah sarapan, Alina dan Rangga diantar Papanya-Romi- ke sekolah. Setelah Rangga, barulah Alina yang sampai disekolah.
"hari ini Papa akan pulang sekitar jam tiga sore. Nanti kita ke mall ya. Papa udah lama nggak ajak kamu sama Rangga belanja"
Sebelum Alina keluar dari mobil. Romi mengatakan hal tersebut. Alina sih sudah biasa dijanjiin seperti ini.
Maka reaksi Alina hanya mengangguk. Soalnya, Romi lebih banyak janji dari pada bukti. Membuat Alina harus menelan ucapan Romi bulat-bulat. Seperti yang sudah-sudah.
"Alina pamit, Pa. Assalamu'alaikum"
"waalaikumsalam. Kamu sekolah yang bener. Jangan pacaran terus"
Alina meringis saat mendengarnya, lalu menyalimi tangan Romi dan keluar dari mobil.
***
"Woi. Free class again! Bu Syfa nggak masuk" teriak Rendy di depan kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALINA
Teen FictionPernah membayangkan di sukai dengan seorang cowok yang nakal luar biasa di sekolah pun tidak. Tapi realitanya, Alina di sukai dengan sungguh-sungguh oleh Arian-si good looking tapi bad habit-. Padahal, tipe cowok impian Alina itu yang baik-baik dan...