BAB 7

174 8 1
                                    

Hari ini Alina tidak seperti Alina yang biasanya. Tidak ada Alina yang ngomel-ngomel akibat Bara dan Baim yang mengambil jajanan Mini tanpa mau membayar.

Alina juga tidak peduli dengan keadaan kelas yang sibuk mencibir Yono akibat kepelitannya. Alina hanya diam. Seperti banyak pikiran. Dan Lala mengetahui penyebabnya.

Saat ini masih memasuki jam kedua, masih ada waktu lima belas menit untuk memasuki jam ketiga. Maka, keadaan kelas langsung berisik.

Sepertinya, kelas Alina hobi sekali membuat keberisikan. Ohiya, sedari saat memasuki kelas bersama Bara, Alina tidak mau menatap Riki. Menghindari bersitatap dengan cowok bermata teduh itu.

Hingga semuanya harus sirna oleh ucapan Nino.

"Alina sama Riki dipanggil pak Dedi sekarang. Penting katanya" kata Nino di depan kelas.

Jadi, Alina adalah sekretaris kelas. Dan Riki adalah wakil ketua kelas. Karena hari ini Rendy tidak masuk, maka guru olahraga itu memanggil keduanya.

Jantung Alina berdegup dengan kencang. Rasanya ingin lepas.

Kenapa pak Dedi harus menggagalkan rencana penghindarannya?!

"bareng?"

Alina terkejut dengan suara indah favoritnya, terlihat Riki yang berdiri di samping meja dengan senyum ramah seperti biasa.

Ya wajar sih, Riki kan tidak tahu jika ada seseorang yang sedang patah hati karenanya.

Alina tidak menjawab. Tapi Ia mengangguk. Sebelum berjalan keluar kelas, Alina sempat menatap Lala yang menyemangati Alina.

Selama perjalanan ke ruang guru, Alina dan Riki hanya bungkam. Tidak ada sapaan bodoh Alina, tidak ada obrolan kecil yang mampu membuat hati Alina berbunga, bahkan tidak ada tawa yang menghiasi keduanya.

Alina hanya diam saja. Mengikuti arah kemana kakinya melangkah.

Ingin rasanya Alina bertanya mengenai hubungan Riki dengan Sarah. Tapi Alina kubur dalam-dalam karena Ia tidak mau membuat hatinya di hancurkan berkali-kali.

Hingga mereka berdua sudah sampai di ruang guru. Di depan meja pak Dedi, sudah ada Gerald dengan teman perempuannya.

Gerald tersenyum lebar kepada Alina, yang di balas dengan senyum paksaan.

"besok kan kelas sebelas ipa dua sama kelas dua belas ips tiga ada jam olahraga. Nah kebetulan, besok pak Samsul tidak bisa mengajar. Jadi Beliau meminta bapak untuk menyatukan kelas kalian" kata pak Dedi to the point.

Membuat Alina terkejut. Tidak menyangka jika ada penggabungan jam olahraga seperti ini, sama kelas dua belas pula. Itu kan kelasnya Ari.

"Nanti akan ada penilaian kelompok dalam permainan ini. Bapak meminta kalian sebagai perwakilan kelas. Beritahu info ini ke teman-teman kelas kalian. Dan bentuk kelompoknya, masing-masing kelompok beranggota lima orang. Tidak boleh lebih" lanjut sang guru.

Alina mendongak. Berusaha mencerna maksud ucapan pak Dedi.

"perkelompok nggak di gabung kan Pak? Maksudnya, gabungan antara kelas saya sama kelas dua belas ips tiga" Riki bertanya dengan sopan.

"tidak. Tapi nanti kelompok dari kelas Gerald akan lawan kelompok kelas Riki. Kalian akan bermain olahraga futsal. Lawannya, biar besok Bapak yang pilih secara acak. Ada yang mau di tanyakan lagi?"

Alina, Riki, Gerald dan satu temannya itu menggeleng. Artinya mereka semua sudah mengerti dan tidak ada yang mau ditanyakan lagi. Lalu pak Dedi membolehkan keempatnya untuk kembali ke kelas.

ALINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang